Di dalam kamar VVIP dr. Aldrich, Detektif Dan sudah menunggu bersama Kapten Oh. Rinz masuk ruangan dengan wajah berlipat. Dia merasa geram. Dia merasa dibodohi.
Belum habis syoknya karena hasil DNA, dia harus siap menerima kejutan lain. Rinz sudah berpikir macam-macam. Namun pikirannya kalang kabut. Seolah dia berada dalam sebuah labirin yang membuatnya bingung. Rinz mencoba menata hatinya, menenangkan diri untuk kejutan lain yang telah disiapkan.
Rinz duduk di kursi lipat. Kapten Oh duduk berdampingan dengan putranya, Detektif Dan di sofa. Wajah mereka tampak serius, khawatir, dan penuh siaga. Di sisi lain, dr. Aldrich duduk di kursi roda. Rinz duduk menghadap mereka bertiga.
Kapten Oh memulai pembicaraannya setelah minta maaf pada Rinz karena telah menyimpan rahasia besar darinya. Rinz diam mendengarkan. Tidak menyahut dan berkomentar apapun.
Kapten Oh bercerita tentang ibunda Rinz dan bagaimana bertemu Detektif Zoe. Dari mulai menjadi korban perdagangan manusia, diperkosa, dan kesulitan kembali ke Indonesia. Sampai ketika melahirkan, dirawat di rumah sakit, dan meninggal dunia.
Air mata Rinz berkaca-kaca. Tak terbayangkan penderitaan ibunya. Rinz tak bisa mengingat wajah ibunya. Ibunya hanya hadir dalam cerita ayahnya, Detektif Zoe. Cerita indah yang didengarnya selama 12 tahun, kemudian berubah menjadi cerita mengerikan yang membuatnya mengabaikan ayahnya.
Terbayang wajah Detektif Zoe ketika Rinz mengamuk karena mengetahui ibunya tewas dibunuh. Rinz menundukkan kepalanya. Dia sedih luar biasa. dr. Aldrich mendekatkan kursi rodanya. Tangan kanannya menggenggam tangan kiri Rinz, namun dihempaskan begitu saja oleh Rinz dengan kasar.
"Rinz!" panggil Kapten Oh lirih.
"Lanjutkan, Kapten!" sahut Rinz lirih.
Cerita Kapten Oh berlanjut tentang Ms. Jang Stanley dan putranya, dr. Aldrich, dan hubungan mereka dengan Detektif Zoe. Rinz mendongakkan kepalanya. Dia menatap dr. Aldrich yang menatapnya lembut.
"Waktu SMA, guruku pernah menyebutku lone ranger. Kurasa sebutan itu benar. Aku memang tidak memiliki siapapun," Rinz tersenyum getir.
Mata Detektif Dan berkaca-kaca. Dia ingin memeluk rekan kerjanya itu. Di sampingnya, dr. Aldrich tak berhenti menatap Rinz. Matanya juga berkaca-kaca.
"Kamu memiliki ibumu, ayahmu, dan kami, Rinz," sahut Detektif Dan.
"Ibuku bahkan meninggal sebelum aku bisa mengingat wajahnya. Ayahku, bukan ayahku," Rinz tersenyum getir lagi.
"Kamu memilikiku, Rinz," seloroh dr. Aldrich.
"Simpan dulu yang itu, Al! Rinz akan semakin syok," larang Detektif Dan.
Rinz curiga, jika ada hal lain yang dirahasiakan lagi darinya.
"Ada rahasia apa lagi tentang hidupku yang harus kutahu? Tolong jelaskan semuanya!" cecar Rinz
"Lain waktu saja, Rinz," sahut Detektif Dan.
"Kapan? Menungguku mencari tahu sendiri?" Rinz berhenti sebentar. Dia menarik napas dalam-dalam lalu menghempasnya dengan kasar.
"Tolong ceritakan semuanya! Setelah itu kita bicarakan pekerjaan," lanjutnya.Kapten Oh dan Detektif Dan menatap dr. Aldrich. Mereka berharap dr. Aldrich yang membukanya.
"Ketika Kamu berumur 14 tahun, ayah menikahkan kita agar kita tetap menjadi anaknya dan menjaga satu sama lain," jelas dr. Aldrich dengan tenang.
Sreet!
Rinz mendorong mundur kursinya. Dia tampak bingung dan tak bisa berkata apa-apa."Dulu aku tidak menyukaimu, karena menurutku Kamu telah mengambil ayahku. Mungkin karena ayah selalu bercerita tentang putrinya yang luar biasa itu, aku jadi penasaran. Lama-lama aku benar-benar menyukaimu. Sangat. Jadi aku setuju ketika ayah menikahkan kita," lanjut dr. Aldrich sambil mengeluarkan buku nikah berwarna hijau dan merah dari sakunya lalu memberikannya pada Rinz.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Psycopath Doctor
Misteri / ThrillerRinz seorang kreator webtoon yang tidak pernah peduli dengan pekerjaan ayahnya, seorang polisi di Kota Metropolis. Ayahnya, Detektif Zoe sudah hampir 6 tahun mengejar pembunuh berantai yang membunuh korbannya dengan keji. Suatu hari, Detektif Zoe di...