Selama satu minggu Rinz tak pernah datang ke rumah sakit lagi. Beberapa kali dia menolak ditugasi berjaga di sana dengan dalih macam-macam. Kapten Oh paham jika Rinz sengaja menghindari dr. Aldrich. Beliau hanya tidak mengatakannya saja.
"Beri dia waktu, Al! Kau tahu sendiri watak Rinz yang keras itu. Bersabarlah sampai dia sendiri yang mendatangimu!" pesan Kapten Oh pada dr. Aldrich.
"Rinz bersamaku, Al. Dia suka investigasi langsung ke lapangan. Kami juga sedang interogasi tersangka pemilik toko bunga itu," tambah Detektif Dan.
"Apakah tersangkanya sudah mengaku?" tanya dr. Aldrich.
"Dia membuatku dan Rinz naik pitam berkali-kali," jawab Detektif Dan sambil menggelengkan kepala.
"Apakah Rinz baik-baik saja?" tanya dr. Aldrich khawatir.
"Dia baik-baik saja," sahut Kapten Oh.
"Dia habis membanting J lagi karena terus digodanya," cerita Detektif Dan.
"Digoda?" dr. Aldrich penasaran.
"Hmmm... J suka menjodoh-jodohkan Rinz denganmu. Katanya Rinz harus sering ke rumah sakit mengunjungi pacarnya," sahut Detektif Dan sambil menuding dr. Aldrich.
Kapten Oh dan dr. Aldrich tertawa. Rinz tidak suka diajak bercanda. Dia selalu serius. Bahkan ketika dia melakukan atau mengatakan sesuatu yang menggelikan bagi orang lain pun, dia sama sekali tidak tertawa.
dr. Aldrich jadi ingat, dia pernah mengikuti Rinz yang sedang duduk sendirian di tepi sungai Danube. Rinz memandangi sungai itu di awal musim semi yang dingin. Pantulan sinar matahari yang hampir tenggelam berkilauan berwarna jingga.
Di seberang terlihat jelas Budapest Parlement Building berdiri tegak nan gagah. Rinz seolah tak berkedip. Sebentar kemudian, Rinz mengeluarkan sketch book-nya dan mulai menggambar. Begitulah cara Rinz mengabadikan moment. Dia menikmatinya dan melukisnya diam-diam.
Saat ini, dr. Aldrich menyadari bahwa dia telah menjadikan moment berharganya bersama Rinz mubadzir. Dia harusnya mau dikenalkan ayahnya saat pertama kali dia melihat Rinz kala itu. Sayangnya, dia memilih melewatkan kesempatan itu dan kehilangan moment berharganya.
dr. Aldrich menghela napas. Dia merindukan Rinz. Sangat merindukannya.
*****Di kantor polisi, proses interogasi yang alot masih terjadi antara Rinz, Detektif Dan, dan 2 tersangka pemilik toko bunga. Kedua tersangka ternyata bernama Jony Sutrisna (JS) dan Imelda Anjani (IA) yang merupakan suami istri.
Mereka diinterogasi terpisah. Jawaban mereka tidak pernah sama. Sang suami membela istri. Sang istri membela suami. Mereka juga belum mengaku sebagai pembunuh, kaki tangan, atau pun sebagai orang yang terlibat dalam pembunuhan Pak Suparman maupun wanita muda di Taman Tulip.
Barang bukti icepick limited edition yang ditemukan di rumah mereka, tetap belum berhasil membuat mereka bicara sedikitpun. Mereka tetap diam, padahal data forensik membuktikan terdapat 2 DNA pada penusuk es itu. DNA wanita korban pembunuhan di Taman Tulip dan Pak Suparman. Rupanya keduanya ditusuk dengan senjata yang sama.
Tersangka JS tetap membantah bukan dia pelakunya. Tersangka IA pun mengatakan jika dia dan suaminya tidak tahu menahu tentang pembunuhan.
Rinz dan Detektif Dan jadi murka.
"Pak Jony Sutrisna! DNA wanita dan penjaga klinik itu ditemukan di penusuk es yang kami ambil di rumahmu. Apa Kau masih mengelak? Kau pikir polisi bodoh asal tuduh orang?" cecar Detektif Dan dengan nada tinggi."Socho Grand Hotel. Aku tahu tempat itu. Kau pernah bekerja di sana bukan? Kami bahkan memiliki riwayat pekerjaanmu dan istrimu. Kalian juga terlibat kejahatan perdagangan manusia 27 tahun lalu ke Korea," cecar Rinz.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Psycopath Doctor
Mystery / ThrillerRinz seorang kreator webtoon yang tidak pernah peduli dengan pekerjaan ayahnya, seorang polisi di Kota Metropolis. Ayahnya, Detektif Zoe sudah hampir 6 tahun mengejar pembunuh berantai yang membunuh korbannya dengan keji. Suatu hari, Detektif Zoe di...