"Cepatlah, Rinz!" teriak Detektif J dari luar toilet.
Di toilet, Rinz sedang sibuk menutupi muka dan tangannya yang bentol dan merah-merah.
"Di mana singanya?" tanya Detektif Rick di depan pintu toilet.
Detektif J menunjukkan dengan kepalanya.
Sebentar kemudian Rinz keluar dengan muka tertutup masker dan kacamata hitam. Alerginya bereaksi buruk. Hanya 3 ekor udang yang dimakannya, bentolnya menjalar di sekujur tubuh. Dia merasa seluruh badannya gatal dan kepanasan.
"Apakah bentol-bentol bisa menyebabkan kematian? Aaah...benar-benar ide yang buruk seperti ini." Detektif Rick mendengus kesal. Dia merasa kasihan pada Rinz yang diminta menyamar dengan memanfaatkan alergi seafoodnya agar bisa masuk ke klinik dr. Aldrich tanpa dicurigai.
"Rinz tidak bertampang polisi. Selain terlihat agak jutek, Rinz lebih mirip mahasiswa abadi." ledek Detektif J ketika Kapten Oh mengusulkan penyamaran.
Ledekan itu disambut tawa rekan-rekannya. Rinz bersungut kesal."Dia datang sebagai pasien, tapi tetap tidak menutupi profesinya sebagai polisi." sahut Detektif Lim.
"Itu benar, dr. Aldrich sudah menghafalkan wajah kita semua. Rinz tidak mungkin datang menjadi orang lain." tambah Kapten Oh.
Rinz manggut-manggut. Dia sudah tidak tahan dengan panas dan gatal di sekujur tubuhnya.
"Tinggalkan pistolmu, Rinz!" kata Kapten Oh mengingatkan.
"Sudah di laciku, Kapten." sahut Rinz.
Rinz berlari keluar. Di halaman kantor mobilnya terparkir berdampingan dengan mobil Kapten Oh. Mobil Kapten Oh seumuran mobil ayahnya. Mungkin dulu belinya juga dikredit. Setiap Rinz ingat mobil ayahnya, Rinz jadi sedih. Mobil itu dikredit selama 15 tahun. Ketika lunas, mobil itu sudah usang. Sama persis seperti mobil Kapten Oh.
Di negeri mana pun juga, seorang polisi jujur tidak akan naik mobil mewah, kecuali dia memang sudah kaya dari sononya, anak orang kaya seperti Detektif J, atau punya pekerjaan sambilan yang lumayan seperti dirinya sendiri. Rinz menatap mobilnya dengan lesu, masih 3 tahun lagi menunggu mobilnya lunas. Ayahnya bahkan baru 2 kali menumpang mobilnya. Pertama, ketika mobil ayahnya mogok. Kedua, ketika ayahnya memintanya mengantar ke bengkel untuk mengambil mobilnya yang diservis.
Rinz jadi rindu ayahnya. Ayah yang jarang dipedulikannya. Dia juga rindu ibunya. Kebersamaannya dengan ibunya tidak lama. Sejak ibunya meninggal, Rinz kurang dekat dengan ayahnya. Ibunya meninggal dengan tragis, setragis kematian ayahnya. Rinz menaruh dendam pada kedua pembunuh orang tuanya. Sayangnya, pembunuh ibunya sudah tertangkap dan dihukum mati. Sedangkan pembunuh ayahnya adalah pelaku yang sedang diburunya. Rinz mengepalkan tangan. Dia geram.
*****Klinik AlSkinCare penuh seperti biasanya. Rinz datang untuk berobat. Panas dan gatal di sekujur tubuhnya semakin menjadi. Wajahnya bengkak dan merah. Mukanya mirip seperti singa. Benar juga Detektif Rick memanggilnya singa.
Kartu antrian yang diterimanya berbeda. Rinz beruntung tidak perlu menunggu lama karena reaksi alerginya memburuk. Petugas pendaftaran yang menerima Rinz sempat terkejut melihat muka Rinz. Pasien yang datang ke klinik biasanya untuk perawatan. Masalah kulit yang dideritanya tidak sampai membuat wajah berubah drastis. Petugas itu menatap Rinz penuh iba. Beruntung karena kondisinya, dia masuk pasien emergency yang harus segera ditangani.
"Kondisi Anda sangat buruk, Detektif. Mengapa tidak ke UGD?" Rinz terkejut dengan pertanyaan dr. Aldrich. Ternyata dr. Aldrich sudah mengenalnya.
"Anda sengaja datang ke klinik ini untuk menyelidiki?" lanjutnya kemudian sambil menatap Rinz dengan tajam.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Psycopath Doctor
Mystery / ThrillerRinz seorang kreator webtoon yang tidak pernah peduli dengan pekerjaan ayahnya, seorang polisi di Kota Metropolis. Ayahnya, Detektif Zoe sudah hampir 6 tahun mengejar pembunuh berantai yang membunuh korbannya dengan keji. Suatu hari, Detektif Zoe di...