Detektif Dan menggontong dr. Aldrich keluar. Dia masih bernapas namun denyut nadinya lemah. Wajah dr. Aldrich semakin pucat. Dia sama sekali tak sadarkan diri. Dia pasti telah kehilangan banyak darah.
Detektif Dan berlari keluar, ambulance baru saja tiba. Di belakangnya, Rinz masih panik. Dia pasti tidak bisa berpikir jernih.
Rinz dan Detektif Dan ikut masuk ambulance. Rinz menggenggam tangan dr. Aldrich seolah memberinya energi untuk hidup.
"Bertahanlah, Dokter! Bertahanlah!" Rinz sesenggukan.Di sampingnya, Detektif Dan hanya bisa melihat pemandangan itu. Dilihatnya tangan Rinz yang menggenggam tangan dr. Aldrich. Entah mengapa hatinya terasa sedikit perih. Apakah seperti ini sikap seorang penyidik pada tersangkanya yang sekarat?
"Bertahanlah, Dokter! Kau harus hidup." bisik Rinz.
Pelan-pelan, tangan Detektif Dan bergerak mendekati tangan Rinz yang satunya. Dia lalu menggenggam tangan Rinz.
"Dia akan baik-baik saja, Rinz. Tenanglah!"
*****Tiba di rumah sakit, dokter UGD langsung memberi penanganan pada dr. Aldrich. Kulitnya yang putih membuat wajahnya semakin pucat. Wajahnya semakin lebam.
Dokter dan perawat bekerja cepat. Disobeknya pakaian dr. Aldrich yang basah agar mudah lepas. Dipasanginya tubuh yang terbujur lemas itu dengan selang infus. Tangannya diperiksa.
"Sepertinya bukan luka bunuh diri, Detektif." kata dr. Anwar, dokter UGD yang memeriksa. Diamatinya pergelangan tangan dr. Aldrich."Coba Anda perhatikan lukanya! Pelakunya bukan dr. Aldrich sendiri. Dia seorang dokter, jika ingin bunuh diri dia pasti akan memotong semua urat nadinya." jelas dr. Anwar lagi.
"Bolehkah kami mendokumentasikannya, Dok?" tanya Rinz.
"Biar kami yang mendokumentasikan. Selain tim medis tidak ada yang boleh masuk ruang tindakan dan operasi." jelas dr. Anwar.
"Baiklah, Dok. Kami minta tolong dokumentasinya." giliran Detektif Dan.
"Tentu saja." sahut dr. Anwar.
"Ahmad! Tolong rekam semua proses tindakan dan operasi pasien!" perintahnya pada salah satu perawat.
Para dokter dan perawat bergerak cepat. Mereka akan segera melakukan operasi, menutup dan menjahit pergelangan tangan dr. Aldrich.
Kondisi dr. Aldrich masih stabil, meskipun dia telah kehilangan banyak darah dan harus mendapatkan donor. Sayangnya golongan darah B- tidak ada stok. Tim dokter sudah mencari ke PMI, namun stok darah B- sudah habis. Rinz dan Detektif Dan menjadi panik.
Detektif J dan Rick tiba. Mereka ikut panik melihat kondisi dr. Aldrich.
Detektif J tak hilang akal, dia membuat iklan donasi darah di media sosialnya. Sebagai atlit e-sports, dia cukup terkenal di medsos. Followernya juga banyak.
Baru 10 menit diupload, beberapa DM masuk di instagramnya. Sebagian besar adalah teman-teman bulenya yang sedang berlibur di Indonesia. Mereka bilang akan segera menyusul ke rumah sakit.
Mereka benar-benar datang. 4 pria bule. Masing-masing berkebangsaan Amerika, Belanda, Jerman, dan Inggris. Mereka adalah atlit e-sports yang memiliki golongan darah B yang sama dengan dr. Aldrich, dan sama-sama berhesus negatif.
Bersyukur sekali, 2 orang dinyatakan sehat. Yang 2 baru saja minum wine dan sedikit mabuk, kondisi darahnya kurang bagus. Kelima detektif itu sangat bersyukur dr. Aldrich telah mendapat donor.
"Makasih J." ucap Rinz pada Detektif J.
Detektif J hanya tersenyum. Digenggamnya tangan Rinz, "It's okay, Rinz." sahutnya.
"Traktir aku nanti." goda Detektif J.
Rinz tersenyum.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Psycopath Doctor
Mystery / ThrillerRinz seorang kreator webtoon yang tidak pernah peduli dengan pekerjaan ayahnya, seorang polisi di Kota Metropolis. Ayahnya, Detektif Zoe sudah hampir 6 tahun mengejar pembunuh berantai yang membunuh korbannya dengan keji. Suatu hari, Detektif Zoe di...