Ambulans telah meninggalkan lokasi, namun Kapten Oh, Kapten Ri, dan beberapa anak buahnya beserta tim forensik masih berada di TKP. Mereka memeriksa ke seluruh bangunan dan sekitarnya. Bangunan yang terbuat dari balok kayu itu adalah rumah singgah ketika bermalam di hutan. Rumah itu dulunya digunakan sebagai camp pelatihan bagi para detektif baru.
Kapten Oh dan Kapten Ri tidak menyangka jika rumah itu belum dirubuhkan, mengingat rumah itu telah diabaikan begitu lama. Mereka tidak menduga rumah itu menjadi sarang pembantaian kedua pembunuh keji itu.
Tak ambil tempo untuk bernostalgia dengan kenangan masing-masing, mereka menyeruak masuk ke dalam rumah dengan paksa. Tak banyak ruangan di rumah berukuran 10 x 10 meter itu. Hanya ada ruang tamu, ruang tengah yang sekaligus sebagai tempat beristirahat, dan dapur sederhana dengan tungku api dari bata merah. Di dapur terdapat rak piring model lama dengan perabotan lama pula. Rumah itu tidak memiliki kamar mandi di dalam. Di luar rumah, terdapat bilik kecil di samping sumur.
Ketika tiba di ruang tamu, Kapten Oh dan Kapten Ri merasakan sedikit nostalgia dengan rumah itu. Namun, semua itu tak berlangsung lama. Rasa itu berubah menjadi perasaan terpegun, marah, benci, mencekam, jijik, dan ngeri. Nafas mereka tercekat ketika tiba di ruang tengah. Di dalam ruangan itu terpajang rapi beberapa toples berisi kulit manusia. Di setiap toples ditempeli kertas berisi nama korban, tempat dan tanggal terjadinya pembunuhan.
Detektif Jon dan Bon yang melihat pemandangan yang tak terbayangkan itu langsung memegangi perut masing-masing. Mereka tak mampu mengendalikan mualnya. Terbirit-birit mereka berlari ke luar dan muntah seketika. Pemandangan mengerikan di ruangan itu telah mengaduk-aduk isi perut mereka.
"Dasar iblis! Ada 45 toples berisi kulit manusia," umpat Kapten Oh.
"Setan biadab! Mereka memang bukan manusia!" tambah Detektif Nick.
"Manusia tidak akan sebengis itu!" Detektif Syam ikut menimpali.
"Korban yang tercatat 26. Jika ditambah 11 kasus yang tak terselesaikan, berarti baru 37. 8 korban lain kita cari dari laporan orang hilang!" seloroh Kapten Ri berusaha mengembalikan rasionalitas rekan dan anak buahnya yang emosional melihat pemandangan yang brutal itu.
Kapten Oh berjalan memutar membaca nama setiap toples. Beliau terkesiap mendapati nama yang sangat dikenalnya. Matanya berkaca-kaca.
"Aku akan mengembalikan kulitmu pada jasadmu, Detektif Zoe!" ucapnya di depan toples bernama Zoe Arianto Sparman.
Kapten Ri mendekati Kapten Oh lalu berdiri di sampingnya, "Kami akan memastikan para bajingan itu mendapat hukuman setimpal, Detektif Zoe," serunya.
Detektif Nick, Jon, Bon, dan Syam ikut mendekat. Mata mereka turut berkaca-kaca.
"Di antara pembunuhan tersadis yang terjadi pada anggota kepolisian, pembunuhan ini yang paling brutal," seloroh Detektif Nick.
"Aku tidak habis pikir, bagaimana manusia bisa setega itu membunuh manusia lain seperti binatang," tambah Detektif Syam.
"Kapten Oh! Kami menemukan senjata yang mereka gunakan untuk membunuh," seru dr. Yoga memecah perasaan hampa para detektif itu.
Di tangan dr. Yoga terdapat penusuk es dengan model, warna, dan ukuran yang sama persis dengan yang ditemukan di rumah JS yang telah lebih dulu dipidana. Selain penusuk es, terdapat juga pisau bermata tipis, terlihat berkilau, dan tajam. Pisau itu tampak seperti pisau fillet ikan. Pada penusuk es dan pisau itu terdapat bercak darah yang telah mengering dengan tingkatan warna merah yang berbeda-beda.
"Sepertinya pelaku sengaja tidak pernah mencuci alat pembunuhannya," jelas dr. Yoga.
Kapten Oh, Kapten Ri, dan anak buahnya hanya bisa mengangguk, mencatat, dan merekam semua keterangan sementara dari dr. Yoga sambil terus menahan isi perut mereka yang meronta-ronta dari dalam. Ya, mereka mual. Perasaan mereka juga remuk redam melihat kulit tubuh rekannya yang ikut menjadi korban. Ya, perasaan kehilangan dan berduka itu terulang kembali.
*****
KAMU SEDANG MEMBACA
My Psycopath Doctor
Mysterie / ThrillerRinz seorang kreator webtoon yang tidak pernah peduli dengan pekerjaan ayahnya, seorang polisi di Kota Metropolis. Ayahnya, Detektif Zoe sudah hampir 6 tahun mengejar pembunuh berantai yang membunuh korbannya dengan keji. Suatu hari, Detektif Zoe di...