Kebenaran yang Disembunyikan

70 10 0
                                    

"Apa yang membawamu ke TKP lagi, Rinz?" selidik Detektif Dan.

"Rasa penasaran. Aku heran mengapa sudah lebih dari seminggu kita belum menemukan titik terang. Kita malah lupa karena muncul kasus baru dengan terlukanya dr. Aldrich," jelas Rinz sambil terus mengemudi.

"Kamu pasti curiga ada toeri konspirasi di baliknya," tebak Detektif Dan.

"Aku curiga terlukanya dr. Aldrich untuk mengalihkan perhatian. Aku takut dia playing victim. Yeah, meskipun luka-lukanya menunjukkan dia benar-benar diserang. Namun papan tulis itu seolah mengatakan sebaliknya," jelas Rinz lagi.

"Apakah menurutmu dr. Aldrich benar-benar tersangkanya?" tanya Detektif Dan.

"Itu masih abu-abu. Dia memiliki alibi dan bukti kuat sebagai korban. Namun dia juga memiliki bukti nyata bahwa bisa saja dia adalah tersangka," jelas Rinz lagi.

"Berarti tersangka yang kita tangkap hari ini hanyalah kaki tangan," tebak Detektif Dan.

"Yup! Benar sekali! Dia tidak tampak cerdas. Dia hanya terlihat beringas dan mengerikan," kata Rinz.

"Aku sepakat denganmu. Otak dari pembunuhan berantai tusuk es ini pasti orang yang tidak bodoh," kata Detektif Dan.

Rinz mengangguk sambil terus mengemudi. Mobil melaju tenang masuk kantor BFN. Detektif Dan dan Rinz turun. Mereka menemui dr. Yoga.

"Apakah ini senjatanya?" tanya dr. Yoga.

"Kemungkinan, Dok. Tolong diperiksa. Berapa lama hasilnya keluar?" sahut Detektif Dan.

"Paling cepat 2 hari," jawab dr. Yoga.

"Bisa ga lebih cepat, Dok?" desak Rinz.

"Akan kuusahakan 1,5 hari," sahut dr. Yoga.

Rinz dan Detektif Dan berpamitan. Di depan pintu masuk mereka bertemu dr. Huda, kepala BFN.
"Selamat siang! Hasil otopsi sudah dikirim tadi pagi. Ada keperluan apa kalian ke sini?" sapa dr. Huda.

"Menyerahkan barang bukti, Dok," sahut Detektif Dan.

"Kami pergi dulu, Dok," Rinz langsung berpamitan. Entah mengapa dia selalu enggan bercakap dengan kepala BFN itu. Dia melihat ketidakjujuran di matanya. Iya, sejak cincin berinisial 'SA' diserahkannya terlambat. Rinz merasa ada yang disembunyikan.

"Jaga sikapmu, Rinz!" kata Detektif Dan menasihati Rinz.

Mereka berdua masuk mobil. Rinz membawa mobilnya pelan. Mobil itu tidak menuju kantor polisi, namun ke rumah sakit.

"Kamu mau interogasi dr. Aldrich lagi?" selidik Detektif Dan.

Rinz mengangguk,"Hmmm...aku akan mencoba bicara lagi dengannya. Aku juga ada keperluan lain di Lab. Analisis," jelasnya.

"Lab. Analisis? Mengapa tidak ke BFN saja untuk analisis barang bukti?" Detektif Dan tidak percaya.

"Urusan pribadi, Dan. Aku tidak mau melibatkan BFN," jawab Rinz santai.

"Urusan pribadi? Urusan apa, Rinz?" Detektif Dan semakin penasaran.

"Tes DNA," sahut Rinz singkat.

"DNA siapa?" Detektif Dan tidak bisa mengendalikan rasa ingin tahunya.

"DNA-ku dan ayah," sahut Rinz.

Detektif Dan terdiam. Dia menatap Rinz. Dia berpikir kata apa yang tepat diucapkannya sekarang. Dia mengetahui sesuatu. Wajahnya dibuat sedatar mungkin. Dia tidak ingin Rinz tahu jika dia sudah tahu.

"Kamu pasti bertanya kenapa aku perlu tes DNA. Aku hanya ingin tahu apakah aku benar-benar anak ayahku," jelas Rinz.

"Apa yang akan Kamu lakukan setelah mengetahui kebenarannya?" tanya Detektif Dan lagi. Dia berharap Rinz tidak berbuat yang aneh-aneh seperti yang ditakutkan Detektif Zoe selama ini.

"Aku akan mencari tahu siapa ayahku," sahut Rinz.

Detektif Dan menghela napas dengan berat. Benar yang ditakutkannya. Rinz tak akan diam saja. Rinz bukan seseorang yang mudah menyerah untuk rasa ingin tahunya. Dia sangat gigih.
*****

Detektif Dan dan Rinz berpisah di depan lift. Rinz ke lantai 7 Lab. Analisis, sedangkan Detektif Dan lantai 11 ruang perawatan VVIP di mana dr. Aldrich dirawat.

Tanpa sepengetahuan Rinz dan rekan-rekannya, Detektif Dan dan dr. Aldrich sebenarnya sudah saling kenal cukup lama. Mereka hanya menyembunyikan hubungan persahabatan itu dari siapapun, termasuk Rinz.

Di depan ruang VVIP masih dijaga 2 petugas. Detektif Dan masuk begitu saja.

"Kau datang sendiri, Dan?" sapa dr. Aldrich.

Detektif Dan mengangguk, "Rinz ke Lab. Analisis," sahutnya lesu.

"Tes DNA? Kenapa tidak di BFN?" dr. Aldrich penasaran.

"Rinz mengambil tes DNA-nya dan Detektif Zoe," jelas Detektif Dan.

"Susul Rinz, Dan! Aku takut dia berbuat sesuatu yang aneh dan membahayakan. Kau tahu sendiri temperamennya sangat buruk," kata dr. Aldrich dengan nada khawatir.

"Dia memang sudah berencana akan berbuat sesuatu," sahut Detektif Dan ketus.

Tetiba Detektif Dan kesal. Dia merasa sangat kesal pada sahabatnya itu.
"Mengapa Kamu tidak memberitahunya dari awal, Al? Rinz pasti tidak perlu susah-susah tes DNA! Kamu malah selalu berputar-putar jika menjawab pertanyaannya!" Detektif Dan geram.

dr. Aldrich diam saja dimarahi seperti itu.

"Rinz tidak akan berhenti di sini. Dia akan segera mencari tahu sendiri siapa ayahnya," tambah Detektif Dan dengan nada tinggi.

"Susul Rinz, Dan! Susul dia!" dr. Aldrich memohon. Dia sangat khawatir.

Detektif Dan keluar dari kamar VVIP itu sambil membanting pintu. Dia sangat geram. Dia sendiri tidak tahu bagaimana menghadapi Rinz nantinya.
*****

Rinz antri seperti pasien. Dia menunggu petugas laborat yang sedang mengambilkan hasil tes DNAnya. 8 juta bukan harga yang murah. Uang itu sama besar dengan angsuran mobilnya.

Rinz berusaha menyiapkan diri atas segala kemungkinan. Jantungnya berdebar tak karuan. Dia gelisah, sangat gelisah. Dia takut tebakannya benar.

Dari kejauhan Detektif Dan memandang Rinz yang tampak gelisah. Dia ingin segera mendekati Rinz, memberitahunya, menenangkannya. Namun, dia memilih menunggu. Dilihatnya Rinz menghampiri petugas laborat. Petugas itu menyerahkan amplop pada Rinz.

Deg ... deg ... deg ...
Jantung Rinz berdebar kencang, pun demikian Detektif Dan.
Jika Rinz berdebar dengan hasilnya. Detektif Dan berdebar dengan reaksi dan tindakan Rinz selanjutnya.

Deg ... deg ... deg ...

My Psycopath DoctorTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang