Darah Pembunuh

86 14 2
                                    

Mobil Toyota Camry warna hitam itu melaju dengan kecepatan 90 km/jam melewati jalan tol. Pengemudinya melepas topi dan tertawa lepas. Seseorang di sampingnya memeriksa kamera dashboard mobil yang lepas sebagian sekrupnya. Dikencangkannya kamera itu dengan obeng. Dia lalu ikut tertawa lepas. Mereka seakan sedang memenangkan sesuatu.

Di dalam bagasi, Detektif Rick mulai siuman. Tengkuknya terasa berat, seperti dibebani batu berpuluh ton. Dia menoleh ke kanan kiri mengamati situasinya. Bajunya terjepit pintu bagasi. Dia sulit bergerak di ruangan yang sempit itu. Di sampingnya, Detektif Lim menghimpit tubuhnya yang juga meringkuk tak nyaman. Detektif Lim masih tak sadarkan diri. Wajahnya pucat dan nafasnya pelan. Detektif Rick mulai panik. Disenggolnya Detektif Lim dengan lengannya. Detektif Lim tak berkutik.

Detektif Rick tak hilang akal, diambilnya ponsel cadangan di sepatu bootnya dengan hati-hati. Pukul 02:32 dini hari terpampang di layar ponsel yang kecil itu. Dikirimnya pesan singkat pada Detektif J, Dan, Rinz, dan Kapten Oh. Diaktifkannya mode getar ponsel monoponic itu. Disetrumnya Detektif Lim. Detektif Lim mengerjapkan mata. Dia menatap Detektif Rick dengan lemah. Detektif Rick menulis pesan di ponselnya.

"Kita harus keluar dari sini, Pak Lim. Ayo loncat!" ajaknya.

Detektif Lim masih setengah sadar. Dia mengedipkan mata tanda setuju.

Detektif Rick melihat celah dari bajunya yang terjepit pintu bagasi. Dicongkelnya baju itu dengan hati-hati.

Krek!
Krek!
Bajunya sobek.
Pintu bagasi terkunci dari luar dan tidak bisa dibuka.

Detektif Rick dan Lim berpikir keras. Mereka harus memberi tahu posisi mereka pada orang lain.

Detektif Rick menendang dengan sekuat tenaga lampu mobil bagian belakang.

Brak!
Brak!
Bruk!
Klothak!
Klothak!
Kres!
Kres!
Brak!

Lampu belakang mobil bagian kiri lepas dan terjatuh di badan jalan, membuat bekas berlubang pada tempatnya. Detektif Rick dan Lim bisa merasakan dengan jelas angin malam berhembus mengenai wajah dan beberapa bagian tubuh mereka melewati lubang itu.

Detektif Rick mencoba menghubungi Kapten Oh. Ponselnya tidak aktif. Dia lalu menelepon Detektif Dan dan J namun tidak diangkat. Rinz bahkan tidak aktif ponselnya. Detektif Rick mendengus kesal. Dia merasa tidak dipedulikan.

"Sialan!" maki Detektif rick

"Tidak adakah yang mengangkat teleponmu, Rick?" Detektif Lim gusar.

Detektif Rick hanya menggeleng. Dia lalu menghubungi Kapten Ri. Beliau terkenal sebagai sapi gila. Pasti masih terjaga saat ini.

"Kapten, lacak ponselku! Aku dan Pak Lim berada di dalam bagasi Toyota Camry milik dr. Anwar," lapornya cepat.

"Jangan dimatikan teleponmu!" sahut Kapten Ri.

Dari balik telepon, Detektif Rick bisa mendengar suara Kapten Ri yang membangunkan Kapten Oh dan anak buahnya yang terlelap seperti ikan pindang di ruang piket. Meskipun belum tersadar 100% mereka segera membagi tugas dan bekerja cepat melacak keberadaan Detektif Rick dan Lim. Sisanya menyiapkan mobil dan bergegas mencari kedua rekannya yang tertangkap dr. Anwar.
*****

Di klinik AlSkinCare, dr. Laura masih bekerja bersama dr. Aldrich dan asistennya. Detektif Dan, J, dan Rinz tertidur di sofa. Wajah mereka terlihat lelah dan kusud. Apalagi malam sebelumnya mereka menginap di kantor polisi. Entah sudah makan atau belum, mandi atau belum, tak dihiraukan ketiga detektif itu. Beberapa kali dr. Aldrich menengok Rinz yang tertidur pulas seperti orang mati.

Ponsel Detektif Dan bergetar, Detektif J pun demikian. Ponsel Rinz dicharge di atas meja karena kehabisan daya dan dalam keadaan non aktif. Getaran ponsel Detektif Dan dan J sangat menganggu.

My Psycopath DoctorTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang