Rinz dan Detektif Dan ke rumah dr. Aldrich sebelum ke rumah sakit. Rumahnya masih seperti semalam. Rinz dan Detektif Dan membuka-buka lemari dan laci. Mereka tidak menemukan apapun yang dapat dijadikan petunjuk pembunuhan.
Di laci meja kerjanya, Rinz menemukan passport berwarna merah bertuliskan "Reisepass", passport Jerman sesuai kewarganegaraan dr. Aldrich. Di laci itu terdapat buku agenda bersampul kulit. Tak banyak yang ditulisnya. Selain tulisan berbahasa Jerman, di situ terdapat banyak sekali tulisan Hangeul.
Pada sambul depan buku terdapat foto dr. Aldrich bersama ibunya dan seorang pria bule. Di belakang foto tertulis "Bremen, 2000". Foto 20 tahun yang lalu, dr. Aldrich masih 12 tahun. Dokter itu memang sudah tampan dari lahir. Rinz mencoba membuka-buka buku itu lagi.
Rinz menjadi penasaran. Disorotnya dengan translator halaman demi halaman buku agenda itu. Tidak ada yang menarik selain tulisan jadwal rapat, jadwal seminar, alamat lokasi seminar, alamat hotel, nomor DOI artikel jurnal, nomer telpon profesor, dan semacam itu.
Menurut dokumen profil dr. Aldrich, dia menjadi warga negara Jerman sejak usia 8 tahun. Dia mulai tinggal di Jerman sejak ibunya menikah dengan orang Jerman. Ibunya seorang Korea-Jerman. Ayah kandungnya tidak tertulis dalam akta lahirnya.
Rinz mulai menyorot lagi tulisan-tulisan itu. Entah pada halaman ke berapa, Rinz menemukan sebuah tulisan yang membuatnya sangat terkejut. Tulisan itu berbunyi, "Married, Metropolis, June 12, 2007". Siapa yang menikah? Rinz bertanya-tanya. Jika tahun 2007, umur dr. Aldrich baru 19 tahun. Sepertinya tidak mungkin dia menikah di usia semuda itu. Namun siapa sangka, bukankah tidak ada yang tahu bagaimana kehidupan yang dr. Aldrich jalani. Asal usul dan status menikah dr. Aldrich semakin membuatnya penasaran.
"Dia sudah menikah?" Detektif Dan juga tidak percaya dengan apa yang dilihatnya.
"Tapi di mana istrinya?" Detektif Dan makin penasaran.
"Belum tahu siapa yang menikah, hanya tertulis seperti ini saja," sahut Rinz sambil menunjukkan tulisan itu pada Detektif Dan.
"Kau tahu, Rinz? Seorang pria . . ."
"Tidak akan menulis status pernikahan orang lain dalam buku agendanya," seru keduanya bersamaan."Nah, jadi aku yakin dr. Aldrich sudah menikah," seru Detektif Dan lagi.
"Mungkin saja," Rinz mengangguk.
"Bisa jadi istrinya adalah kunci kemisteriusan dr. Aldrich," tebak Detektif Dan.
Rinz mengernyitkan dahinya, "Kamu ikutan J sedang mengarang novel romantis?" sahut Rinz.
Detektif Dan tersenyum saja.
"Aku yakin dr. Aldrich tidak menyimpan semua dokumen di rumahnya. Untuk rumah sebesar ini, lemari dan laci-laci terlalu mubadzir. Isinya nyaris kosong," kata Rinz.
Detektif Dan masuk ke lemari baju dr. Aldrich. Lemarinya lebih mirip outlet butik. Baju ditata rapi berdasarkan warna dan modelnya di lemari yang menempel dinding. Di dekat pintu terdapat cermin besar, seukuran manusia. Pada laci-lacinya terdapat pakaian dalam. Pada laci yang lain tertata rapi koleksi jam tangan dan dasi. Di tengah terdapat rak sepatu.
"Wow! Bermerk semua, Rinz," seru Detektif Dan.
"Beberapa barangnya bahkan edisi terbatas," tambah Rinz.
"Luar biasa kaya dr. Aldrich, rasanya tidak mungkin jika dia membunuh. Dia tidak memiliki motif," seloroh Detektif Dan.
"Mereka yang membunuh demi kesenangan dan kepuasan, pasti akan dianggap tidak memiliki motif," sahut Rinz.
"Kau benar," Detektif Dan sepakat dengan pendapat Rinz.
Tetiba ponsel Rinz bergetar, Kapten Oh menelponnya, "Cepatlah ke rumah sakit, dr. Aldrich sudah siuman. Dia hanya mau bicara denganmu," kata Kapten Oh.
Rinz dan Detektif Dan bergegas ke rumah sakit.
*****Kapten Oh meminta Rinz langsung menemui dr. Aldrich. Rinz masuk ke kamar VVIP itu. Di ranjang, dr. Aldrich sudah terlihat membuka mata. Dia menatap Rinz dengan lembut.
"Apa kau baik-baik saja, Detektif?" tanya dr. Aldrich.
Rinz mengangguk, "Bukankah seharusnya akulah yang menanyakan hal itu padamu, Dok," sahut Rinz sambil berjalan mendekat.
Rinz berdiri di samping ranjang dr. Aldrich. Dibalasnya tatapan mata dr. Aldrich. Diamatinya wajah putih pucat itu. Lebamnya mulai berkurang. Namun luka goresan masih di sana sini.
"Akhirnya aku melihatmu," ucap dr. Aldrich sambil tersenyum.
Mendengar ucapan dan melihat sikap dr. Aldrich membuat Rinz tak sabar ingin mencecarnya dengan berbagai pertanyaan. Namun melihat bagaimana dr. Aldrich masih lemas, Rinz mengurungkan niatnya.
"Terimakasih sudah menolongku. Seandainya hari itu kamu tidak datang, aku pasti sudah mati. Mereka benar-benar ingin menghabisiku," cerita dr. Aldrich.
"Siapa mereka?" selidik Rinz.
"2 orang bertopeng. Aku tidak tahu siapa," jawab dr. Aldrich.
"Mengapa Kamu mengiris urat nadimu? Apa Kamu berniat bunuh diri?" tanya Rinz lagi.
dr. Aldrich tidak menjawab pertanyaan Rinz. Dia malah tertawa, "Jadi menurutmu aku bunuh diri? Kau harus belajar lagi, Detektif," sahut dr. Aldrich dengan suara lemah.
Rinz sedikit emosi dikatai seperti itu. Dia lalu mengeluarkan foto papan tulis dr. Aldrich, "Ini apa?" tanyanya.
"Itu yang ingin kutunjukkan padamu beberapa hari yang lalu. Tapi Kamu tidak juga datang ke rumahku. Syukurlah Kamu sudah menemukannya," jawab dr. Aldrich yang membuat Rinz merasa bingung.
Rinz mengernyitkan dahinya, "24 korban pembunuhan tertulis di papan itu. Bahkan almarhum ayahku hanya menulisnya sampai korban ke-21. Tapi catatanmu jauh lebih lengkap. Apa Kamu sedang bermain detektif? Atau Kamu sedang menulis agenda korban pembunuhanmu" selidik Rinz lagi.
"Aku hanya melanjutkan apa yang sudah dikerjakan Detektif Zoe," jawab dr. Aldrich.
Jawaban dr. Aldrich membuat Rinz semakin penasaran. Dia tampak ringan sekali menyebut nama ayahnya. Bahkan dia seolah akrab dengan ayahnya. Apa hubungan dr. Aldrich dengan ayahnya? Rinz jadi gelisah. Dia ingin menebaknya, namun takut tebakannya benar. Dia takut jawaban dr. Aldrich persis seperti yang ditakutkannya.
Rinz menatap tajam mata dr. Aldrich. Dia ingin tahu apakah dr. Aldrich jujur padanya selama ini. Kotak pandora dr. Aldrich terasa terintip celahnya. Namum semakin merasa telah menemukan hal baru, Rinz justru semakin bingung dan ketakutan.
Rinz takut dengan rahasia yang disimpan dr. Aldrich yang berhubungan dengan ayahnya. Jika keduanya bekerjasama untuk menyelidiki, Rinz tidak mempersoalkannya. Namun jika kerjasama itu ternyata sebuah tindak kejahatan, Rinz harus bersikap tegas.
dr. Aldrich membalas tatapan mata Rinz. Dia tetap menatap Rinz dengan lembut. Tatapan itu membuat Rinz merasa tidak nyaman. Terlebih lagi jika benar status dr. Aldrich adalah pria yang sudah menikah.
Ribuan pertanyaan berkecamuk di kepala Rinz. Rasanya hampir meledak. Rinz ingin membebaskan rasa penasarannya. Namun lagi-lagi dia takut menjumpai rahasia yang seharusnya tidak diketahuinya. Rinz bergidik.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Psycopath Doctor
Mistério / SuspenseRinz seorang kreator webtoon yang tidak pernah peduli dengan pekerjaan ayahnya, seorang polisi di Kota Metropolis. Ayahnya, Detektif Zoe sudah hampir 6 tahun mengejar pembunuh berantai yang membunuh korbannya dengan keji. Suatu hari, Detektif Zoe di...