Jangan Coba Mendekat! Ini 4 Suku Pemburu Kepala Paling Mengerikan di Dunia

39 2 0
                                    

Pada zaman dahulu, peperangan sering kali terjadi. Mayoritas motifnya adalah untuk menunjuk siapa kelompok yang lebih berkuasa. Setelah berperang, mereka yang menang akan menjadi penguasa, sementara kelompok yang kalah harus menyingkir dari wilayah penaklukan.

Kelompok yang menang pun akan membawa sesuatu sebagai bentuk hegemoni kekuasaannya. Bisa berupa tameng, harta, hingga kepala manusia! Untuk yang terakhir ini, ternyata ada beberapa kelompok atau suku yang menargetkan kepala musuhnya sebagai cenderamata setelah berperang.

Tentunya ini sangat amat mengerikan, bukan? Nah, kelompok atau suku mana saja yang dikenal sebagai headhunter ini? Berikut infonya untuk kamu semua!

1. Suku Igorot – Filipina

Suku pemburu kepala yang pertama berasal dari Negara Filipina. Suku tersebut bernama suku Igorot. Suku ini biasanya memburu kepala dengan didasari oleh berbagai hal. Mulai dari perebutan kekuasaan, persembahan untuk musim panen, sebagai tumbal untuk kesehatan, hingga sebagai seserahan saat upacara pernikahan.

Meski begitu, tak sembarang orang boleh melakukan ritual perburuan kepala ini. Hanya para prajurit yang sudah ikut berperang atau memenangkan duel dengan lawannya yang diperbolehkan melakukan ritual ini.

Prajurit ini biasanya ditandai dengan sebuah tato bernama Chaklag yang merupakan simbol seorang headhunter. Pada saat memenggal kepala buruannya, suku Igorot biasanya menggunakan senjata tradisional mereka yang bentuknya menyerupai kapak besar.

Suku Igorot percaya semakin banyak kepala yang berhasil dipenggal, semakin kuat pula kekuatan magis yang dimiliki. Kepercayaan ini membuat suku Igorot dikenal sebagai suku yang senang berperang.

Selain itu, tensi perselisihan antarsuku pun menjadi semakin tinggi. Entah dipicu hal sepele seperti tersinggung atau balas dendam karena ada anggota sukunya yang dipenggal kelompok lain.

Bukti dari tingginya tensi peperangan suku Igorot pun tertuang dalam tulisan "The Bontoc Igorot" karangan Albert Ernest Jenks yang terbit pada tahun 1905. Dalam buku tersebut, diceritakan bahwa peperangan yang dilakukan oleh suku Igorot bisa berlangsung beberapa jam hingga satu hari penuh.

Perang baru benar-benar akan berhenti apabila kedua belah pihak sudah puas dengan jumlah kepala yang mereka penggal. Jumlah kepala yang dipenggal pun bervariasi, mulai dari satu hingga lusinan - bergantung seberapa dalam dendam antara kedua suku.

Seiring dengan berjalannya waktu serta masuknya pengaruh ajaran Kristen ke Filipina, praktik perburuan kepala ini sudah mulai ditinggalkan. Suku Igorot pun kini mulai mencoba untuk mengubah pola pikir mereka yang akhirnya secara bertahap meninggalkan praktik mengerikan ini.

2. Suku Shuar – Peru & Ekuador

Selanjutnya kita menuju wilayah Amerika Selatan di mana terdapat sebuah suku yang bernama Shuar. Suku ini tinggal di bagian terpencil dari hutan Amazon yang ada di dua negara, yakni Peru dan Ekuador. Konon suku Shuar memiliki struktur masyarakat yang cukup kompleks dan dikenal dengan berbagai macam ritual uniknya.

Beberapa di antaranya adalah ritual kedewasaan para remaja pria yang diwajibkan untuk melakukan perjalanan bersama dengan ayah atau paman selama beberapa minggu menuju ke tempat air terjun yang dikeramatkan.

Selama perjalanan, para remaja dari suku Shuar hanya diperbolehkan untuk mengonsumsi air perasan tembakau yang dipercaya mampu membuat mereka kuat dan siap untuk bertempur di medan perang.

Nah, selain ritual tersebut, ada satu ritual lagi yang dikatakan sangat menyeramkan. Suku Shuar akan mulai memburu kepala manusia dan mengawetkannya guna dijadikan sebagai sebuah jimat yang disebut dengan tsantsa.

Selain digunakan sebagai jimat, tsantsa juga sering dianggap sebagai lambang supremasi di kalangan suku Shuar. Semakin banyak orang yang memiliki tsantsa, maka semakin tinggi pula kedudukan yang dimiliki orang tersebut.

Nah, proses pengawetan kepala ini ternyata pernah diabadikan oleh seseorang bernama Edmundo Bielawski pada tahun 1965. Rekaman ini menjadi satu-satunya rekaman yang pernah didokumentasikan terkait ritual mengerikan yang dilakukan oleh suku Shuar.

3. Suku Aztec – Meksiko

Suku Aztec ternyata tidak hanya dikenal dengan ritual pengorbanan manusia yang dilakukan, tetapi juga terkenal dengan ritual perburuan kepala. Mereka sangat gemar mengoleksi kepala dari musuh-musuh yang telah dikalahkan.

Nah, kepala-kepala ini kemudian mereka kumpulkan dalam sebuah rak kayu bernama tzompanti. Agar kepala dapat diletakan di tzompanti, biasanya kepala yang telah dipenggal akan diberi lubang agar bisa dimasukkan ke tiang penyangga yang ada di tzompanti tersebut.

Praktik mengerikan ini dipercaya telah berlangsung sejak abad ke-7 atau 13 Masehi. Berdasarkan catatan Fray Diego Duran dan Bernard Ortiz de Montellano, telah ditemukan setidaknya 60 tengkorak manusia di sebuah kuil yang bernama Tenochtitlan.

Ke semua tengkorak tersebut tertata sangat rapi dalam tzompanti raksasa yang disebut dengan Hueyi Tzompantli. Catatan dari kedua orang di atas juga menyatakan jika sedikitnya terdapat lima buah Hueyi Tzompantli di dalam kompleks kuil Tenochtitlan.

4. Suku Dayak Laut – Borneo

Suku pemburu kepala yang terakhir berasal dari tanah air. Adalah suku Dayak Laut atau yang biasa dikenal sebagai Iban yang menjadi salah satu suku headhunter terngeri yang ada di dunia. Suku ini tinggal di sebagian wilayah Kalimantan Barat, Brunei, dan Serawak Malaysia.

Disebut suku Dayak Laut karena memang mereka biasanya mendiami wilayah pesisir pantai. Namun, bukan itu yang membuat suku in terkenal hingga ke mancanegara.

Hal yang membuat suku ini terkenal adalah ritual perburuan kepala yang dilakukan mereka, terutama pada saat berperang untuk memperluas wilayah kekuasaan.

Biasanya peperangan yang dilakukan oleh suku Dayak Laut berlangsung sengit. Selama berperang, suku Iban biasanya melakukan praktik pemenggalan kepala lawannya untuk menunjukkan superioritas mereka di depan lawan-lawannya.

Dalam bahasa lokal, ritual tersebut dinamakan Ngayau. Ritual ini bahkan pernah sangat terkenal pada era Perang Dunia II yang mana ketika itu suku Iban membentuk aliansi yang berisi ribuan ksatria pemburu kepala manusia. Konon mereka telah berhasil menghabisi setidaknya 1.500 tentara Jepang yang datang ke Kalimantan, lho.

Seiring dengan perkembangan zaman, praktik Ngayau sendiri mulai ditinggalkan dan semoga aja nggak pernah dilakukan lagi.

Selesai - Biru

Anything Scary (versi indonesia)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang