Ngeri! Inilah Deretan Kasus Genosida yang Pernah Terjadi di Indonesia

34 1 0
                                    

Apa itu genosida? Secara etimologi, genosida terdiri atas dua kata, yakni geno yang berasal dari bahasa Yunani dan cida yang berasal dari bahasa latin. Geno bermakna suku atau ras dan cida bermakna pembantaian. Jadi, sudah sangat jelas bahwa genosida merupakan pembantaian massal yang dilakukan terhadap suatu suku atau ras atau etnis tertentu.

Salah satu contoh kasus genosida yang paling terkenal dilakukan oleh pasukan Nazi yang dipimpin oleh Adolf Hitler. Pada saat itu, pasukan Nazi membantai kaum Yahudi tanpa belas kasihan dan dianggap sebagai pembantaian massal paling mengerikan yang pernah terjadi.

Nah, tahukah kamu ternyata kasus genosida ini pernah terjadi di Indonesia, lho. Penasaran? Berikut deretan sejarah kasus genosida yang terjadi di Indonesia!

1. Genosida etnis Tionghoa tahun 1740

Pembantaian etnis Tionghoa ini memang tidak banyak diketahui oleh orang banyak. Bahkan di sekolah pun tidak diajarkan. Meski demikian, di masa lalu, peristiwa ini cukup membuat geger tanah air kita.

Pembantaian massal terhadap etnis Tionghoa ini dipicu oleh persaingan dagang antara Belanda dan Inggris. VOC mulai merasa was-was karena perusahaan dagang Inggris yang bernama EIC mulai mengambil alih perdagangan Asia.

Mungkin karena kesal atau gimana, pihak VOC melampiaskannya kepada etnis Tionghoa yang memang pada saat itu mulai berdatangan dan berkembang di Indonesia. Para pedagang yang berasal dari etnis ini dikenakan banyak pungli dan pajak yang sangat merugikan.

Menanggapi sikap kesewenang-wenangan VOC, kelompok pemuda Tionghoa kemudian melakukan aksi protes. Sayangnya, aksi protes dari mereka dibalas oleh aksi yang lebih kejam dari VOC.

Pemerintah Belanda mulai memprovokasi warga lokal untuk melakukan pembantaian terhadap orang Tionghoa. Bahkan Belanda juga telah menyiapkan hadiah khusus bagi siapa saja yang berhasil memenggal kepala orang Tionghoa.

Selain itu, Belanda mulai melakukan penyisiran ke semua area yang diduga sebagai tempat tinggal orang etnis Tionghoa. Mereka mendobrak pintu dan menembak mati siapa saja yang berada di dalamnya. Setidaknya lebih dari 7.500 jiwa melayang dengan cepat.

Akibat dari kasus ini, Belanda mewajibkan orang Cina untuk membangun daerahnya sendiri. Mereka pun dilarang keluar kota untuk melakukan perdagangan. Nah, makanya di setiap kota besar selalu memiliki pojok-pojok pecinan.

2. Neraka di jalur Anyer-Panarukan tahun 1808 – 1809

Disebut sebagai pembantaian massal karena pada saat pembangunan jalan sepanjang 1.000 km ini, pemerintah Belanda memaksa warga untuk bekerja tanpa imbalan.

Di bawah tangan besi Gubernur Jenderal Herman Willem Daendels, puluhan ribu pekerja dipaksa membuat jalan yang mana berlokasi di medan-medan yang sulit.

Para pekerja pun hanya diberi makan seadanya sehingga banyak dari para pekerja yang sekarat. Jika pihak Belanda tahu ada pekerja yang sekarat, mereka akan menembak mati pekerja tersebut dan membuangnya di pinggir jalan.

Setidaknya jalan yang membentang dari Anyer hingga Panarukan ini telah mengambil lebih dari 12 ribu nyawa penduduk pribumi. Proyek ini dapat terselesaikan hanya dalam kurun waktu satu tahun. Daendels yang pada saat itu menjadi pemimpin pun diberikan apresiasi oleh atasannya, Napoleon Bonaparte.

3. Pembantaian massal Mandor oleh tentara Jepang tahun 1943 – 1945

Meski hanya tiga tahun berkuasa di Indonesia, namun kekejaman tentara Jepang lebih mengerikan dibandingkan dengan Belanda. Salah satu bukti dari kekejaman tentara Jepang dapat dilihat dari peristiwa yang terjadi di wilayah Mandor, Kalimantan Barat.

Sebanyak lebih dari 20 ribu orang dibantai oleh pasukan Jepang. Mayat-mayat kemudian dikubur dalam satu liang sehingga sulit untuk diidentifikasi. Sebenarnya apa yang melatarbelakangi pembantaian ini?

Pada saat itu, pemerintah Jepang berencana untuk membuat Jepang kedua di tempat tersebut. Agar rencana tersebut berhasil, semua orang yang berada di Mandor harus dibunuh terlebih dahulu.

Menurut saksi mata, banyak penduduk yang berusia di atas 12 tahun dikumpulkan di suatu tempat. Mereka ditembak, ditutup kepalanya dengan plastik, lalu dipenggal dengan samurai. Ada juga yang dibunuh dengan cara dimasukkan air lewat selang ke dalam mulutnya hingga tewas.

Semua orang dewasa dibunuh dengan keji. Mereka yang masih kanak-kanak kemudian dididik dengan ajaran Jepang yang keras. Sejarah mencatat bahwa tragedi ini terjadi pada tanggal 28 Juni 1944.

Sebagai bentuk penghormatan kepada para penduduk yang dibantai tersebut, orang di Kalimantan Barat akan mengibarkan bendera setengah tiang dan pemerintah pun menjadikan tanggal tersebut sebagai Hari Berkabung Daerah.

Selesai - Merah

Anything Scary (versi indonesia)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang