:: 06 ::

384 97 25
                                    

___________

::PARTNER::
Choi Soobin
___________











Seminggu berlalu, Hayeon tidak bertemu dengan Soobin. Tapi entah kenapa, Soobin selalu saja datang saat pikirannya sedang luang. Di luar dugaan jika Soobin hanyalah pembeli pada umumnya. Hayeon pikir, Soobin benar-benar menyukainya.

Baru kali ini, ada pembeli bunga yang membuat Hayeon berpikir jauh. Biasanya, Hayeon hanya menanggapi mereka dengan lisan, bukan dengan perasaan. Seperti pada Soobin saat ini.

Hayeon juga tidak berhubungan lagi dengan Hima, pemilik resto sekaligus ibu Soobin. Tapi, Hayeon langsung membuang jauh-jauh perkataan Soobin saat itu. Ya walaupun akhirnya akan kembali.

Hari ini, Hayeon berangkat tanpa Yeonjun. Laki-laki itu tidak masuk dua hari ke depan. Ia bilang pada Hayeon, kalau Yeonjun akan ke Seoul untuk menemui saudaranya di sana. Yeonjun juga meninta izin pada Hayeon karena tidak bisa membantu Hayeon di toko.

Sebenarnya, itu tidaklah bermasalah bagi Hayeon, toh juga di toko bunga masih ada pegawai lain. Untung saja, mereka bukan anak tingkat tiga. Karena hal itu, bisa membuat Yeonjun sulit meminta izin.

Hayeon berjalan di koridor tingkat satu untuk menuju kelasnya. Keadaan sekolah belum terlalu ramai, maka dari itu, Hayeon lebih melambatkan langkahnya.

"Ya ampun," Pekik Hayeon yang melihat sebuah tangkai bunga mawar patah.

"Kenapa bisa patah?"

Dengan tidak hati-hati, Hayeon mengambil bunga itu dan durinya menancap di jari telunjuk kanan Hayeon.

"Awh...." Hayeon mengaduh.

"Eoh, kau kenapa?"

Tiba-tiba seseorang berjongkok melihat jari Hayeon yang terluka. Gadis itu melihat ke arah orang di hadapannya.

"Chani?"

"Tanganmu berdarah Hayeon," pekik Chani menarik tangan Hayeon.

Kemudian laki-laki itu mengeluarkan kotak obat yang selalu ia bawa ke sekolah.

"Ini, cuci tanganmu dulu." Chani menarik tupperware dari tasnya.

"Jangan, biar aku ke sana saja." Hayeon menunjuk ke sebuah wastafel tempat cuci tangan.

Chani mengangguk. Kemudian mereka berdua pergi ke sana. Setelah membasuh darah yang keluar, Chani langsung membersihkannya dengan kapas. Lalu, di tuangkanlah obat merah pada kapas yang baru untuk mengobati luka Hayeon.

"Mau memakai plaster ini?" Tawar Chani.

Hayeon mengangguk sambil tersenyum. Melihat plester dengan berbagai gambar hewan membuat Hayeon menjadi gemas pada Chani. Bagaimana bisa, laki-laki seperti Chani membawa plaster lucu ini?

"Kau selalu membawa plaster bergambar seperti ini?" Tanya Hayeon setelah Chani selesai melingkarkan plaster tersebut di jari telunjuk Hayeon.

"Iya. Kau tau bukan? Aku selalu saja membawa obat-obatan ke sekolah?"

"Eoh, bukan itu. Maksudku, kau itu laki-laki. Tapi, kenapa kau membawa plaster yang sangat menggemaskan seperti ini? Apa kau tidak malu ketika siswa lain melihat plester yang kau bawa?" Tanya Hayeon panjang lebar.

"Kenapa harus malu? Ini juga demi mencegah luka agar tidak semakin parah. Toh juga aku bawa dua plester. Karena kau perempuan, jadi aku memberimu plester yang lucu ini," jawab Chani sambil tersenyum.

PARTNERTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang