:: 22 ::

235 58 2
                                    

___________

::PARTNER::
Choi Soobin
___________









Pagi ini, Hayeon dan Soobin di pertemukan di depan gerbang sekolah. Hayeon biasa bersikap ceria. Tapi Soobin, ia menjadi sedikit pendiam.

Hingga akhirnya, Hayeon menghentikan langkahnya. Tetapi, Soobin terus berjalan tanpa mempedulikan Hayeon.

"Tumben sekali? Kenapa sikapnya seperti itu?" Gumam Hayeon.

Hayeon kembali berjalan tanpa mendapat jawaban atas pertanyaannya itu. Baru beberapa langkah, seseorang memanggil.

"Choi Hayeon!"

Gadis itu menoleh.

Di dapatinya Yeonjun tengah berlari ke arahnya. Lalu, langsung merangkul bahu Hayeon setelah Yeonjun tiba.

"Aku sangat merindukanmu," ucap Yeonjun masih mengalungkan lengannya di bahu Hayeon.

"Aku juga merindukanmu," jawab Hayeon antusias.

"Kenapa tadi tidak menjemput?"

"Sengaja."

"Kenapa?"

"Agar kau dan Soobin berangkat bersama."

"Tapi kenapa begitu?"

"Karena nanti, dia yang akan menggantikanku untuk menjaga dirimu," Ucap Yeonjun mencolek batang hidung Hayeon. Tangannya masih tetap merangkul bahu Hayeon.

"Kenapa kau sangat percaya padanya? Bukannya dia orang baru?"

"Tanya pada ini." Yeonjun menyentuh bagian di dekat leher, di bawah bahu depan. Sedikit ke bawah.

"Kenapa ini mau percaya dengan kehadiran Soobin?" Yeonjun bertanya balik pada Hayeon. Seolah-olah, hati Hayeon juga menerima Soobin sebagai orang baru yang akan benar-benar menetap.

"Aku? Memangnya kau tahu aku menerima Soobin? Atau percaya pada Soobin semudah itu?" Tanya Hayeon.

"Kita sudah bersama berapa lama? Sampai-sampai kau bertanya seperti itu? Dari matamu saja sudah kentara kalau kau itu memilih Soobin sebagai tempatmu singgah untuk sungguh."

"Dasar si pemanis kata."

Hayeon mencolek pipi Yeonjun dengan kasar. Laki-laki itu hanya terkekeh melihat sahabatnya yang sangat menggemaskan ketika di goda.

"Si pemanis kata itu Soobin, bukan aku."

"Ya, ya, terserah saja. Sampai jumpa!"

Hayeon melambaikan tangannya ke arah Yeonjun. Mereka berpisah di depan ruang kelas Hayeon.

Kemudian, gadis itu masuk dan langsung mencari keberadaan Soobin.

"Kemana dia? Tidak ada?"

"Eung, maaf Na Siyeon, apa kau tahu keberadaan Soobin?" Tanya Hayeon pada si sekertaris kelas. Kebetulan hanya ada dia dan dua orang lainnya di kelas.

"Tidak, Choi Hayeon. Dia belum datang kemari."

Jawaban Siyeon membuat Hayeon berpikir keras. Tadi Soobin datang bersamanya. Tapi kenapa Soobin tidak ada di kelas seperti biasanya?

Rasa khawatir Hayeon tiba-tiba saja muncul. Ada hal tidak enak yang ia rasakan di dalam hatinya. Dan rasa itu tertuju pada Soobin.

"Aku harus tenang," gumam Hayeon.

"Ya ampun, masih pagi sudah berbuat ulah." Perbincangan teman satu sekolahnya itu langsung menarik atensi Hayeon.

"Iya. Padahal dia baru. Tapi sudah berbuat masalah. Wajahnya saja yang tampan. Tapi sikapnya begitu."

Semua orang membicarakan hal yang membuat Hayeon bertambah bingung. Baru? Soobin baru. Tampan? Soobin juga tampan. Bersikap seperti itu? Maksud mereka bagaimana?

Hayeon berjalan lurus ke ujung kelas dua. Ia fokus pada Soobin yang saat ini menghilang. Sampai-sampai, ada kerumunan yang langsung menarik Hayeon untuk mendekat.

"Permisi," ucap Hayeon berusaha mencari celah untuk melihat di tengah kerumunan itu.

Soobin.

Chani.

Hayeon terbelalak saat mereka berdua saling tatap. Jarak mereka hanya beberapa centi. Ada kemarahan yang muncul.

"Ada apa ini?"

Hayeon bertanya pada salah satu siswi yang ada di dekatnya.

"Entah. Sepertinya ada perselisihan. Tapi aku tidak tahu apa penyebabnya."

Hayeon memberanikan diri untuk mendekat. Sebelumnya sempat di tahan, tapi Hayeon keukeuh, tak ingin terjadi keributan.

"Soobin, Chani, ada apa ini?" Tanya Hayeon melihat keduanya secara bergantian.

Tak ada yang menjawab.

Tanpa pikir panjang, Hayeon langsung berteriak.

"Ada guru konseling!"

Seketika semua terkejut dan langsung berhamburan pergi. Ada yang sampai terjatuh karena terlalu panik.

Soobin dan Chani pun tersadar dan menjauhkan tubuh mereka masing-masing.

Kini tinggal Hayeon, Soobin, dan Chani yang ada di koridor kelas 2-4.

Semuanya berkutat pada pikiran masing-masing. Hingga Soobin memutuskan untuk pergi.

"Choi Soobin!" Panggil Hayeon.

Laki-laki itu berhenti tanpa menoleh. Hayeon terdiam. Tiba-tiba sesuatu hal yang ingin di katakan, menghilang begitu saja. Ia lupa.

Karena tak ada hal apapun yang di sampaikan Hayeon. Soobin kembali berjalan meninggalkan dua remaja itu.

"Apa yang terjadi?" Tanya Hayeon beralih pada Chani.

"Entahlah. Dia mendatangiku dan langsung marah-marah."

"Kau melakukan sesuatu?" Tanya Hayeon lagi.

Chani menggelengkan kepalanya. Kemudian tangannya bergerak meraih tangan Hayeon.

"Jauhi dia. Dia pemarah dan kasar. Dia menuduhku yang tidak-tidak."

Hayeon langsung menghempaskan tangan Chani dari tangannya.

Tiba-tiba ia menatap Chani dengan sinis.

"Kau yang harus menjauhiku. Aku tidak menyukaimu. Aku tahu, ini semua hanya akal-akalanmu saja kan? Kau tahu, sudah ada orang lain di hidupku. Aku membencimu. Jangan pernah dekati aku!"

Hayeon pergi begitu saja. Meninggalkan kata yang membuat hati Chani merasa terluka.

"Dia membenciku? Dia membenciku, setelah sikapnya membuatku sadar bahwa aku juga mencintainya seperti dia mencintaiku?"

Chani menatap kosong telapak tangannya. Ia tidak mengerti atas semua hal yang terjadi. Sebelumnya, Hayeon begitu dekat dengan Chani. Sampai-sampai Yeji membuatnya tersiksa. Tapi mengapa sekarang malah ia malah membenci Chani?













 Tapi mengapa sekarang malah ia malah membenci Chani?

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Ngerti sama alurnya gak sih??

Bingung ya??

Aku juga bingung:v

PARTNERTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang