:: 15 ::

252 76 11
                                    

___________

::PARTNER::
Choi Soobin
___________









Hayeon benar-benar tidak mengerti dengan semuanya. Jadi, hatinya itu untuk siapa sebenarnya? Ia masih menyimpan rasa pada Chani. Tapi, ia terpaksa harus melupakannya karena Yeji. Di sisi lain, keberadaan Soobin juga membuat Hayeon merasa bahwa ia sangat istimewa. Munafik jika seorang perempuan tidak terbawa perasaan saat menghadapi sikap Soobin ini.

Hatinya saat ini seperti terbagi dua. Apa ia benar-benar menyukai Soobin yang baru saja ia kenal, bahkan baru saja bertemu dengannya? Dan apakah ia bisa merelakan Chani, di saat Chani mulai menyukainya kembali?

Rasanya Hayeon ingin menjerit sekencang-kencangnya. Tapi, ia tahan karena tidak mungkin menjerit di tempat umum seperti ini.

"Choi Hayeon!" Panggil Soobin lebih keras karena sedari tadi, Hayeon melamun.

"Kenapa? Apa ada masalah?" Tanya Soobin dengan tulus.

Hayeon menggeleng.

"Lalu apa? Kau tadi yang mengajakku jalan-jalan. Tapi kenapa malah kau yang tidak bersemangat?" Tuntut Soobin.

"Tidak ada apa-apa Soobin. Aku memang sering melamun karena asyik," alibi Hayeon.

"Jangan sering melamun. Tidak baik," peringat Soobin.

"Oh iya, jadi apa alasanmu tidak masuk sekolah?" Tanya Hayeon yang entah keberapa kalinya.

"Aku malas pergi sekolah," ungkap Soobin.

"Kenapa begitu? Katanya kau mau membantuku untuk menjauh dari Chani. Tapi kenapa kau malah tidak sekolah?"

"Memangnya Chani mendekatimu?" Tanya Soobin menghentikan langkahnya, kemudian menatap Hayeon lekat-lekat.

Hayeon ikut terhenti saat Soobin berhenti. Tanpa menoleh ke arah Soobin, Hayeon memutar bola matanya jengah.

"Dia menjemputku tadi pagi."

"Apa?!" Pekik Soobin.

Hayeon langsung memukul lengan Soobin dengan keras, karena Soobin sudah membuatnya terkejut.

"Wah.... ini tidak bisa di biarkan begitu saja. Aku harus memberi Chani pelajaran karena sudah berani mendekati pacarku," ucap Soobin mengepalkan tangannya.

"Apa? Pacar? Kau lupa kita hanya pura-pura?" Tanya Hayeon.

"Pura-pura yang akan menjadi nyata." Soobin mem-poutkan bibirnya.

Hayeon terkekeh geli melihat Soobin yang terlihat begitu menggemaskan.

"Sudahlah, sudah. Kalau kita membahas ini lebih jauh, nanti ujung-ujungnya kau akan menggombal seperti biasanya."

"Rupanya, kau sudah hafal sikapku ya? Aku yakin seratus persen, sebentar lagi kau akan menyukaiku," ucap Soobin tanpa ragu.

Hayeon hanya bisa menggelengkan kepala karena tak ada respon yang bisa ia keluarkan melalui kata-kata.

Kemudian, Hayeon melihat kedai ice cream di ujung taman. Tanpa memberitahu Soobin, Hayeon langsung menarik tangan Soobin dan mengajaknya. Tapi, Soobin merintih saat pergelangan tangannya di cekal oleh Hayeon. Padahal, Hayeon tidak terlalu kuat saat mencekalnya.

"Kau kenapa?" Tanya Hayeob sedikit khawatir.

"Ti-tidak. Aku hanya terkejut," jawab Soobin yang tidak pandai menyembunyikan kebohongannya.

Hayeon memang tidak ahli membaca pikiran orang. Tapi Hayeon tahu, kalau Soobin saat ini tengah berbohong. Hayeon bisa menebak dari sorot mata Soobin dan juga gerak-geriknya.

"Coba aku lihat tanganmu," pinta Hayeon saat Soobin menyembunyikan tangan kanannya di belakang.

"Tidak. Aku tidak apa-apa. Kau mau ice cream kan? Ayo kita ke sana."

Soobin langsung menarik lengan Hayeon menggunakan tangan kirinya dengan kaku. Saat Soobin berjalan di depan Hayeon, tangan kanannya berpindah posisi, di sembunyikan di depan.

Hayeon sangat yakin bahwa Soobin menyembunyikan sesuatu darinya. Tapi, jika Hayeon terus memaksa Soobin untuk memberitahu perihal rahasianya, pasti Soobin tidak akan merasa nyaman. Ia menunggu waktu yang tepat saja.

Sesampainya mereka di kedai ice cream, Soobin langsung memesan dua cup dengan selera mereka masing-masing. Tanpa sengaja dan tanpa di duga, selera mereka ternyata sama.

Ice cream choco latte dengan bubukan kacang almon yang di tabur di atasnya.

"Yummy!" Pekik Hayeon girang.

Hayeon persis seperti anak kecil yang tengah menanti-nanti ice creamnya.

Keduanya mulai makan ice cream dengan khidmat. Sampai-sampai mereka memesan ice cream dengan rasa yang sama lagi.

Vanila latte dengan selai strawbery di atasnya. Tak lupa, di tambah toping yang akan menggoyang lidah.

Hayeon memakan ice cream kedua sambil mencuri pandang ke arah Soobin. Saat seperti ini, Soobin terlihat tampan. Apalagi, saat mulutnya bergoyang karena mencerna ice cream agar masuk ke dalam tubuh dengan sempurna.

"Ternyata dia lucu ya," gumam Hayeon.

Untung saja, keadaan kedai ice cream ini sedang ramai, jadi Soobin tidak mendengar gumaman Hayeon. Tapi sebentar. Apa itu? Kenapa ada bercak-bercak merah di lengan kanan Soobin? Apa itu yang sedari tadi di tutupi olehnya.

Baru saja Hayeon ingin menegur Soobin, Hayeon langsung diam membeku karena saat ini Soobin memperhatikannya dengan senyum yang mengembang.

Jantungnya tiba-tiba senam sore karena mata mereka saling menatap.

"Ada apa menatapku seperti itu?" Tanya Hayeon kemudian. Jujur saja, ia sempat sedikit tersekat saat bertanya seperti itu. Hayeon benar-benar gugup.

"Kau lucu. Aku suka."

Hayeon kembali di buat untuk membungkam mulut. Kata-kata Soobin yang manis itu kembali lagi. Pipi Hayeon juga terasa panas. Apa mungkin pipinya memerah?

"Pipimu merah. Kau tersipu ya?" Tanya Soobin dengan polosnya.

"Pipi ku merah? Lihat, lenganmu juga merah," celetuk Hayeon.

Sebenarnya, Hayeon hanya ingin menghilangkan kegugupan pada dirinya. Tapi apa yang terjadi? Soobin langsung tegang karena pertanyaan Hayeon.





 Tapi apa yang terjadi? Soobin langsung tegang karena pertanyaan Hayeon

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Scroll ⬇
Awas Typo❗

PARTNERTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang