:: 19 ::

255 71 3
                                    

___________

::PARTNER::
Choi Soobin
___________








"Hayeon, tunggu sebentar!" Panggil seseorang dari belakang.

Karena merasa terpanggil, Hayeon berhenti dan memutar tubuhnya.

"Guru Kim?"

"Ini hasil ulangan kalian."

"Aih, kenapa cepat sekali di bagikannya?" tanya Hayeon basa-basi.

"Sudahlah. Kalian juga menanti-nanti hasilnya kan? Bilang pada semua. Lain kali, belajar di rumah lebih giat lagi ya?"

"Memangnya? Hasil ulangan kami sangat buruk?" Tanya Hayeon tertegun mendengar kalimat guru Kim yang entah sebuah peringatan atau apa.

"Jangan banyak tanya. Cepat bagikan saja," pinta guru Kim.

"Oh iya-iya, guru."

Hayeon pun pamit dengan membungkukkan tubuhnya. Tak lupa, guru Kim pun berterima kasih pada Hayeon.

Di sepanjang koridor, jantung Hayeon berdetak kencang. Ia takut jika nanti nilainya jelek. Bisa jadi kan? Soobin memberi jawaban yang salah? Dan membuat Hayeon mendapat nilai buruk.

Sesampainya di kelas, Hayeon langsung membagikan kertas ulangan teman-temannya. Tak lupa, Hayeon menyampaikan apa yang di perintahkan oleh guru Kim.

"Woah!! Nilaiku."
"Yes!! Yuhu!!"
"Ya ampun ini tidak salah?"
"Nasib otak yang pas-pasan."
"Nilai macam apa ini?"

Begitulah teriakan-teriakan teman-teman Hayeon. Mendengarnya membuat Hayeon semakin takut akan nilai yang ia dapatkan. Kemudian, Soobin menghampiri Hayeon.

"Hey ada apa?" Tanya Soobin lembut.

"Aku takut dengan nilainya."

"Kenapa harus takut?"

"Aku takut kalau nanti nilainya jelek," ucap Hayeon menunduk.

"Eoh? Kau meremehkan jawabanku?" Tanya Soobin mengerucutkan bibirnya.

Lalu Soobin mengangkat dagu Hayeon, agar gadis itu mau menatap Soobin.

"Kau tidak percaya padaku kah?" Tanya Soobin saat mereka saling menatap.

"Tidak. Tidak. Bukan begitu." Hayeon jadi panik sendiri saat menatap mata Soobin. Sepertinya ia salah bicara. Buktinya raut wajah Soobin seperti kecewa.

"Tidak apa-apa. Kalau kau belum siap melihat nilainya, bagaimana kalau nanti pulang sekolah kita pergi ke taman kota dan kita buka di sana bersama-sama?" Tawar Soobin.

Kebetulan kertas jawaban mereka itu terlipat seperti buku tulis. Hanya saja, ini lebih panjang, seperti ukuran kertas F4.

Hayeon nampak berpikir sejenak.

"Bagaimana jika tidak di taman kota? Kita cari taman yang lain saja. Di taman kota itu sangat ramai, dan pasti kita tidak bisa menikmati momen," komentar Hayeon.

Soobin tersenyum penuh arti saat mendengarnya.

"Jadi kau hanya ingin berdua saja denganku? Sepertinya mulai tumbuh benih-benih cinta," cibir Soobin.

"Ish kau ini!! Selalu saja menggodaku. Sudah lah, aku mau duduk," elak Hayeon yang merasa pipinya memanas.

Sepeninggalnya Hayeon, Soobin masih berdiri di depan menghadap papan tulis. Hatinya menjerit bahagia, karena opininya itu. Ia berpikir kalau Hayeon ingin sekali menikmati momen berdua. Di taman yang sepi?

"Apa Hayeon sudah mulai membuka hatinya?" Gumam Soobin.

Tanpa sadar, Soobin tersenyum senang. Mungkin jika ada yang melihatnya, Soobin bisa di katai gila karena tersenyum pada papan tulis.

***

Pulang sekolah, Yeonjun melihat Sahabatnya itu berjalan menuju kelasnya. Namun ia tidak sendiri. Melainkan bersama Soobin.

Yeonjun memutuskan untuk bersembunyi dari balik tembok.

"Sepertinya Hayeon terlihat begitu bahagia saat bersama Soobin."

"Bahkan, mereka terlihat sangat akrab. Padahal, mereka baru saling kenal. Aku juga heran dengan sikap Hayeon, biasanya jika ia berkenalan atau punya teman baru, pasti Hayeon tidak akan seakrab itu. Sampai-sampai dia jadi jarang menghubungiku."

Yeonjun hanya bisa bermonolog untuk mengungkapkan segala pikirannya.

Setelah keduanya sudah sangat dekat dengan posisi Yeonjun. Laki-laki itu langsung menarik tubuhnya dari balik tembok. Ia berjalan muncul seperti orang yang biasa berjalan.

"Eoh Hayeon?" Sapa Yeonjun pura-pura terkejut.

"Oh hai!" Hayeon menyapa balik.

Soobin hanya bisa diam. Ia masih belum terbiasa bergaul dengan teman-teman barunya.

"Kaku sekali?" Cibir Yeonjun kemudian.

Soobin mendongak melihat ke arah Yeonjun. Laki-laki itu hanya terkekeh.

Yeonjun merasa aneh dengan tatapan Soobin. Seperti ada sesuatu.

"Kalian mau kemana? Padahal baru saja aku ingin menyusulmu."

"Kami akan menjemputmu," jawab Hayeon.

"Kau dari mana?" Tanya Hayeon.

"Da-dari...."

Yeonjun berpikir sejenak. Ia harus mengatakan darimana?

Sedangkan lorong di belakangnya itu, jalan menuju ke kelas 1.

"Aku dari...."

Yeonjun terus berpikir. Hayeon dan Soobin hanya diam menunggu jawaban dari Yeonjun.

"Dari mana?" Tanya Soobin berusaha akrab.

"Mm.... aku tadi dari kelas satu tiga karena di pinta memanggil ketua kelasnya."

Soobin dan Hayeon manggut-manggut.

"Kau mau ikut bersama kami tidak?" Tanya Hayeon.

Yeonjun melihat Soobin terkejut.

"Ada apa Soobin?" Tanya Yeonjun.

"Ha? Ada apa?" Soobin yang tidak mengerti pun malah balik bertanya.

"Kau sepertinya terkejut?"

"Tidak. Aku tidak apa-apa. Aku juga tidak terkejut" jawab Soobin.

Yeonjun merasa aneh. Tapi biarkan saja. Ia pura-pura percaya saja.

"Mau ikut tidak?" Tanya Hayeon lagi.

"Kemana?"

"Kita akan pergi berjalan-jalan."

"Kapan?"

"Sekarang."

Yeonjun kembali berpikir mempertimbangkan ajakan Hayeon. Sepertinya ini waktu yang tepat untuk mengetahui bagaimana sikap Soobin saat berdua dengan Hayeon. Karena ia belum tahu betul Soobin ini orang seperti apa.

"Maaf, aku tidak bisa. Kebetulan ayah akan pergi ke luar kota hari ini."










"

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Kemaren ga update, sekarang double😁
Scroll kuy
Maapkan banyak typo

PARTNERTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang