:: 11 ::

322 79 19
                                    

___________

::PARTNER::
Choi Soobin
___________










Pulang sekolah kali ini, Hayeon di antar oleh Soobin menggunakan vespanya. Awalnya Soobin ingin mengajak Hayeon pergi makan atau sekedar berjalan-jalan. Tapi, Hayeon menolak karena ia harus menjaga toko bunga.

Sesampainya di toko bunga, sudah ada Taeyang yang menjaga. Lalu, setelah Hayeon datang, Taeyang pergi. Karena tidak ada pesanan yang harus di antar, Hayeon meminta Taeyang untuk istirahat di rumah saja.

Hayeon menyimpan tas selempangnya. Tadi, ia sempat mampir ke tempat kostnya untuk mengganti baju.

Mata Hayeon tertuju pada Soobin yang masih setia duduk di atas motornya. Soobin hanya menoleh kesana kemari tanpa berani untuk mendekati toko bunganya. Soobin benar-benar seperti orang yang tersesat.

Akhirnya Hayeon keluar dari toko bunga dan menghampiri Soobin.

"Kenapa masih diam?" Tanya Hayeon saat ia sampai di dekat Soobin.

"Kau tau kan, aku tidak suka bunga?"

Hayeon tersenyum. "Aku melupakan itu," jawabnya.

"Kenapa semua hal tentangku kau lupakan?" Tanya Soobin tidak terima.

Hayeon selalu saja melupakan hal yang berkaitan dengannya. Apapun itu.

"Ya maaf, kau kan orang baru. Jadi aku tidak bisa mengingat kau terus menerus."

Tak ada pembicaraan lagi setelah Hayeon mengeluarkan kalimat itu. Mereka tiba-tiba canggung. Satu pun dari mereka tak mempunyai topik untuk di bicarakan.

Hayeon memutuskan untuk berdehem.

"Kau pulang saja," pinta Hayeon.

"Kenapa pulang?" Tanya Soobin menyatukan kedua alisnya.

"Kau kan masih memakai baju sekolah. Jadi pulanglah."

"Aku tidak mau pulang. Aku ingin menunggumu di sini," kata Soobin.

"Di sini?" Hayeon menunjuk ke posisi mereka saat ini.

"Iya."

"Kalau mau, tunggu di dalam saja."

"Tidak. Nanti alergiku bagaimana?"

Hayeon mengedikkan bahu.

"Lalu, kalau kau terus-terusan menjauh dari bunga-bunga itu. Bagaimana jika aku ingin meminta tolong padamu?"

"Minta tolong apa?" Tanya Soobin.

"Mengangkat bunga," jawab Hayeon.

"Kenapa bunganya di angkat?"

"Karena bunga-bunga itu akan di antar kepada konsumen."

"Ya, pegawaimu kan ada. Kenapa tidak meminta tolong pada mereka?" Soobin melempar tanggung jawab yang belum ia terima.

"Katanya kau menyukaiku. Kalau kau menyukaiku, kau harus menyukai bunga juga, kan?"

Soobin berpikir sejenak. Kalimat Hayeon patut di pertimbangkan. Ia punya alergi bunga, tapi Soobin juga tidak mau kehilangan orang yang ia suka hanya karena alerginya tidak bisa di sembuhkan.

"Ya- ya.... aku akan berusaha."

"Berusaha apa?"

"Berusaha terbiasa dengan bunga. Agar aku bisa selalu dekat denganmu."

Hayeon kembali menggelengkan kepala. Kenapa Soobin selalu saja berkata manis seperti ini.

"Soobin," panggil Hayeon.

"Hmmm...."

"Kau bukan playboy kan?"

Soobin langsung melotot mendengar pertanyaan Hayeon.

"Kenapa bertanya seperti itu?" Tanya Soobin.

"Ya.... ya- karena, kau selalu berkata manis padaku," jawab Hayeon.

Soobin tersenyum simpul. Menampakkan kedua lesung pipinya. Lalu, tangan Soobin bergerak untuk menyentuh kedua bahu Hayeon.

"Kau ingin tahu kenapa aku berkata manis? Karena, aku ingin selalu melambungkan hati orang yang aku sayangi tanpa menjatuhkannya. Dan kau tau, siapa yang selama ini ku perlakukan seperti ini?" Tanya Soobin menggantungkan kalimatnya.

Hayeon hanya diam mematung. Matanya tak lepas dari manik mata lawan bicaranya.

Lalu, jari telunjuk Soobin menyentuh puncak hidung Hayeon.

"Hanya kau."









***












Soobin terus membayangkan wajah Hayeon. Ia senang bisa berhasil pindah dan menempati kelas yang sama seperti Hayeon. Baru kali ini, ada gadis yang membuatnya bersikukuh untuk mendapatkannya. Dan juga baru kali ini Soobin menemukan gadis ramah dan sederhana seperti Hayeon.

Jujur saja, setiap kali ia berkata manis pada Hayeon, jantungnya berdegup kencang.

"Apa mungkin sifat ayah menurun padaku?" Gumam Soobin.

Namun saat ia menyebut kata ayah, tiba-tiba Hayeon pergi dari pikirannya. Hal yang dulu, kembali terulang di dalam otak Soobin. Seakan-akan, kejadian yang paling mengenaskan itu menjadi simpanan di memori otak Soobin.

Keadaan hatinya tiba-tiba saja memburuk. Pikirannya kacau.

"Arghhhh!!!!"

"Kenapa semuanya kembali?" Teriak Soobin dengan wajah yang tertutup bantal.










***











Sikap agresif Soobin memang patut membuat oknum-oknum tertentu merasa kalau sikap Soobin terkesan murahan. Singkatnya waktu, membuat Soobin seperti orang yang tidak wajar. Ia seolah-olah seperti seorang playboy yang menyebar kata manis tanpa ada buktinya.

Tapi hati Hayeon selalu saja menolak jika Soobin ini benar-benar seorang playboy. Hayeon merasa kalau setiap ucapan Soobin adalah kebenaran.

"Ish!! Memangnya secepat ini melupakan Chani?" Tanyanya pada diri sendiri.

Baru kemarin sebelum Soobin datang, hatinya sangat terpaku kepada Chani. Tapi kenapa semua berubah?

Hayeon tak henti-hentinya memikirkan Soobin. Padahal, ia dan Soobin baru bertemu lagi hari ini.

"Arghhhhh!!!! Menyebalkan!"

Hayeon menutup kepalanya menggunakan bantal. Kemudian, matanya tiba-tiba terlelap.

















 Kemudian, matanya tiba-tiba terlelap

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.



Aku gatau nulis apa

PARTNERTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang