___________
::PARTNER::
Choi Soobin
___________
Soobin pergi ke toilet untuk menghindari pertanyaan dari Hayeon. Ia tidak mau jika Hayeon akan menjauhinya, hanya karena Soobin melakukan hal bodoh.
Hayeon berdecak karena sudah sepuluh menit pergi ke toilet, Soobin tak kunjung kembali. Karena tidak mungkin menyusul ke toilet pria, Hayson mengirim pesan pada Soobin.
Choi Hayeon
|Jika kau tidak kembali dalam 10 detik, aku akan meninggalkanmu dan tak akan pernah mau mengajak jalan-jalan lagi.Dan benar saja. Belum sampai sepuluh detik, Soobin kembali dengan nafas yang terengah-engah.
"Habis dari toilet atau belanja? Lama sekali," cibir Hayeon.
Soobin hanya terkekeh canggung. "Maaf, perutku sangat sakit. Jadi setelah aku keluar, aku kembali masuk."
"Kau khawatir padaku ya?" Tanya Soobin dengan tingkat kepedean yang sudah menggunung.
"Iya. Aku hanya tidak mau kau pulang sendiri tanpa aku."
"Aku tidak akan meninggalkanmu. Tenang saja. Sampai kapanpun aku akan stay with you."
"Kau mau disini bersamaku?" Tanya Hayeon sedikit meringis mendengar ucapan Soobin itu.
"Iya."
"Selamanya?"
"Iya."
"Tapi aku tidak mau."
"Kenapa?" Tanya Soobin.
"Gila apa? Kita diam di sini selamanya? Kau saja sendiri. Aku tidak mau."
Kali ini Soobin yang meringis. Ia tak menyangka kalau Hayeon tipe orang tidak peka.
"Sudah ya. Kau jangan mengalihkan pembicaraan kita lagi. Apa yang membuatmu melukai lenganmu?" Tanya Hayeon mengambil tangan kanan Soobin.
Ia memperlihatkan bekas cutter yang di sayatkan pada lengan Soobin.
Kali ini, Soobin tidak bisa mengelak lagi karena sudah tertangkap basah oleh Hayeon. Ia menghela nafas panjang, lalu mengeluarkannya secara perlahan.
Hayeon masih setia menunggu kejadian yang akan dicerita Soobin.
"A-aku itu. A-aku melukainya. Iya melukainya," jawab Soobin dengan kepala tertunduk.
Hayeon melotot tak percaya ke arah Soobin. Bukannya cutting itu hanya untuk orang-orang merasa stres. Maksudnya, hanya di lakukan oleh orang yang memiliki masalah berat.
Dan apa masalah yang ia hadapi saat ini. Memang seberat apa?
"Kau ada masalah?" Tanya Hayeon hati-hati.
"Kau tidak perlu tau. Sebaiknya kita pulang," pinta Soobin.
Dari nada bicara Soobin sudah kentara bahwa masalah yang ia pikul saat ini adalah masalah berat.
Hayeon beranjak dan langsung menahan lengan Soobin.
Hal itu, membuat jantung Soobin seperti detikan waktu.
"Kau tahu tidak, seberat apapun masalah yang kau hadapi, jika di pikul berdua, pasti akan terasa ringan," ucap Hayeon berusaha membujuk Soobin dengan kalimat lama.
"Iya aku tahu. Tapi, masalah ini juga tidak memberi keuntungan bagimu. Juga tidak penting. Ayo ku antarkan pulang."
Soobin menarik tangan Hayeon dengan lembut. Hayeon pun tak bisa memaksa Soobin untuk bercerita. Ia paham, pasti masalahnya ini, masalah pribadi.
***
Setelah mengantarkan Hayeon ke rumahnya, Soobin langsung pamit pulang agar tidak di tanya-tanya lagi oleh Hayeon.
Bukan Soobin tidak mau cerita pada Hayeon. Hanya saja, Soobin belum siap untuk bercerita. Cukup ia dan juga ibunya yang tahu.
Di perjalanan, Soobin terus melamun. Tapi terkadang ia fokus ke jalan. Hampir saja karena kelalaian Soobin, ia hampir di tabrak sebuah mobil hitam.
Soobin meminta maaf atas kejadian teledor ini. Setelah urusan mereka selesai, mobil itu kembali melaju ke arah yang berbeda dari Soobin.
"Sepertinya aku kenal dengan mobil itu?" Gumam Soobin belum ada niat untuk melanjutkan perjalanannya.
Soobin akhirnya memutar arah untuk mengikuti mobil yang baru saja mau menabraknya. Soobin ingin memastikan apa yang ada di pikirannya itu benar.
Hingga sampai di sebuah rumah yang tak terlalu mewah. Namun bisa di katakan bahwa pemilik rumah ini adalah orang kaya.
Soobin berhenti di dekat pagar hitam. Ia melihat pemilik rumah itu keluar dari mobil. Soobin bisa melihatnya dengan leluasa, karena pagar rumah itu bisa di bilang menutupi tubuh Soobin. Tapi juga memiliki celah untuk Soobin melihat ke dalam.
"Jadi benar?" Soobin bertanya pada dirinya sendiri.
Mobil hitam yang sangat Soobin ingat di otaknya.
"Kenapa tidak ada nomor kendaraannya? Di copot? Mobil sebagus itu tak memiliki nomor kendaraan?" Tanya Soobin lagi.
"Jadi benar dia yang sudah melakukan semua ini?"
Tangan Soobin mengepal kuat. Matanya seketika memanas melihat orang itu dengan jelas. Dari sudut wajahnya, Soobin bisa mengenali bahwa orang itu yang sudah merenggut nyawa kedua orang tuanya.
"Sial! Dia muncul lagi." Soobin berdecak kesal.
"Itu?" Soobin terkejut melihat orang yang baru saja menyusul laki-laki paruh baya itu.
"Sepertinya aku pernah melihat dia?"
"Argh...!!! Andai kau tidak muncul. Mungkin aku akan melupakan semua ini. Tapi tidak, karena kau muncul kembali."
Soobin menggertakkan giginya. Lalu menghidupkan mesin vespanya dan melaju meninggalkan rumah itu.
Soobin akan mengingat-ingat wajah kedua laki-laki tadi. Ia akan mulai bergerak untuk membalas perbuatan laki-laki itu.
"Aku tidak akan melepaskanmu. Sekalipun anakmu yang akan ku habisi," geram Soobin di perjalanan.
Ubin kok bisa semarah itu ya? Ada apa nih kira-kira? Tebak dong kuy!
Scroll ⬇
Awas Typo❗
KAMU SEDANG MEMBACA
PARTNER
Fanfiction❝Jika aku memang pasanganmu, selangkah pun aku tak dapat berjalan tanpa dirimu.❞