Epilog

509 58 12
                                    

"Kita berhenti sampai di sini."

Itulah kalimat Hayeon semalam setelah ia mengantar kekasihnya itu pulang. Ini benar-benar menyakitkan bagi dirinya. Dan juga bagi Hayeon.

Soobin masih setia melihat ke arah pintu masuk. Masih ada beberapa menit sebelum keberangkatannya ke Seoul. Tapi, kenapa Hayeon belum juga menemuinya.

Sesekali, matanya mengecek ponsel yang terus ia genggam. Tak ada ucapan atau sekedar sapaan dari Hayeon. Soobin menjadi khawatir dengan keadaan gadis itu.

"Lima menit tersisa untuk penumpang kereta A1 tujuan Busan-Seoul, bersiap-siap."

Dua kali pengumuman itu di kumandangkan. Tapi tetap saja, Hayeon belum muncul.

"Aku sudah benar-benar membuatnya kecewa. Maafkan aku," gumam Soobin.

"Sayang, mari kita masuk ke dalam kereta," ajak Choi Hima.

"Baik ibu."

Dengan lemas, Soobin beranjak dari duduknya dan berjalan menuju ke kereta. Tak lupa, ia juga menarik kopernya tanpa semangat.

Bruk!!

Seseorang menabrak tubuh Soobin hingga keduanya terjatuh. Mereka langsung menjadi pusat perhatian pengunjung stasiun. Banyak yang berbisik-bisik sesuatu.

Bisikan mereka seakan-akan tertutup oleh keterkejutan Soobin. Ia tak percaya siapa yang saat ini ada di hadapanya. Seseorang yang membuatnya jatuh tersungkur dan memeluk seseorang.

Choi Hima yang melihat adegan itu hanya bisa menutup mulutnya yang ternganga.

"Choi Soobin!" Pekik gadis itu riang.

Choi Hayeon. Gadis itu yang menabrak Soobin.

Kemudian keduanya berdiri setelah sama-sama sadar. Dengan air mata bahagia, Hayeon memeluk tubuh Soobin yang lebih tinggi darinya, dengan bahagia.

"Soobin, maafkan aku. Maafkan aku," ucapnya tersedu-sedu.

Soobin membalas pelukan Hayeon dengan erat. Akhirnya, gadis yang ia tunggu-tunggu datang menemuinya.

"Aku yang seharusnya minta maaf. Maafkan aku karena belum bisa menjadi bagian dari hidupmu. Aku belum bisa menepati janjiku pada Yeonjun untuk selalu menjagamu. Hari ini aku akan meninggalkanmu," ucap Soobin ikut terbawa suasana.

Siapa yang tidak sakit berpisah dengan orang yang kita cinta. Jika ada, maka orang itu termasuk ke dalam golongan orang munafik. Perpisahan itu sangatlah menyakitkan bagi orang-orang yang mengalaminya. Tidak mungkin ada orang yang menyukai perpisahan. Namun jika memang ada, mereka adalah orang-orang yang bisa jadi kehilangan akal.

Hayeon melepas pelukannya. Kemudian ia meraih tangan Soobin, lalu menyatukan jari telunjuknya dengan jari telunjuk Soobin.

"Berjanjilah untuk kembali," ucap Hayeon berusaha menahan tangisnya.

Ini adalah salah satu bentuk sakit hati yang Soobin rasakan. Tangis Hayeon bagai sebuah pisau yang berhasil menusuk-nusuk hatinya.

"Apapun akan ku lakukan untuk kembali bersamamu," timpal Soobin meneteskan air mata.

"Berjanjilah! Aku ingin kau berjanji, Choi Soobin!" Teriak Hayeon penuh penekanan. Gadis itu kembali menangis. Ia tak peduli dengan orang-orang di sekitarnya yang memperhatikannya dengan tatapan aneh. Ia sangat tidak peduli.

Kali ini Soobin yang menarik tubuh Hayeon ke pelukannya.

"Aku berjanji! Demi dirimu, aku berjanji akan pulang menemuimu!"

PARTNERTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang