___________
::PARTNER::
Choi Soobin
___________
Setelah bel istirahat di bunyikan, Soobin mengajak Hayeon untuk makan siang bersama di kantin sekolah. Namun, karena Soobin yang terlalu bersemangat, jadi Hayeon terpaksa melajukan jarinya untuk menulis apa yang ada di papan tulis.
"Selesai," ucap Hayeon sambil melempar penanya ke sembarang arah.
"Jangan di buang-buang," peringat Soobin mengambil pena Hayeon yang jatuh dari atas meja.
"Iya-iya, aku minta maaf," balas Hayeon memasukkan alat tulisnya ke dalam tas.
"Ayo cepatlah," rengek Soobin.
Hayeon akhirnya menyelesaikan aktivitasnya dan langsung beranjak untuk keluar kelas.
Dengan tidak sopannya, Soobin menggandeng tangan Hayeon begitu saja.
"Jangan macam-macam ya!" Peringat Hayeon. Sedangkan Soobin hanya terkekeh.
"Karena tadi kau sudah memukul lenganku dengan keras, jadi imbalannya kau harus bergandengan tangan denganku," balas Soobin tersenyum penuh kemenangan karena bisa mencari kesempatan.
"Oohh, begitu ya...." jawab Hayeon mengangguk-anggukkan kepala.
"Jika kau mau di gandeng, aku akan memukulmu lagi seperti tadi. Mau?" Tawar Hayeon.
Nyali Soobin menciut begitu saja. Pukulan di lantai bawah tadi sudah membuat Soobin tidak berhenti mengusap lengannya. Benar-benar terasa perih.
"Tidak- tidak."
Mereka berjalan menyusuri koridor untuk menuju ka kantin. Banyak pasang mata yang terpaku pada mereka. Ada juga yang berbisik-bisik pada teman sebelahnya.
Tapi, Soobin tak menghiraukan mereka. Soobin seakan-akan berjalan di tengah kuburan yang sangat sepi. Bagi Hayeon, tatapan mereka adalah ketidaknyamanan. Hayeon mempercepat langkahnya agar cepat sampai di kantin.
"Hayeon!" Teriak seseorang saat mereka sampai di kantin.
Keduanya menoleh walau nama Hayeon saja yang terpanggil. Terlihat Chani yang tengah berjalan dengan santainya ke arah Hayeon dan Soobin. Hayeon memutar bola matanya jengah karena Chani tak kunjung sampai. Ia berjalan dengan sangat santai.
"Dia siapa?" Celetuk Soobin.
"Teman," singkat Hayeon.
"Teman apa?"
"Teman hidup," gurau Hayeon.
Lalu, Soobin langsung menarik bahu Hayeon agar gadis itu menghadap ke arahnya, dengan lembut tentunya.
Soobin menatap mata Hayeon lekat-lekat. Jantungnya sedikit tidak tenang saat menatap mata gadis itu. Tapi Soobin tau, ada kebohongan di mata Hayeon.
"Aku tahu kau berbohong," ucap Soobin.
Hayeon yang tidak tahan dengan situasi ini langsung mengalihkan pandangannya.
"Kalau benar, bagaimana?" Tanya Hayeon sedikit menantang jawaban dari Soobin.
"Kalau dia memang teman hidupmu nanti, maka aku akan meminta bertukar peran dengannya," jawab Soobin melepas pegangan dari bahu Hayeon.
Hayeon kembali menggelengkan kepala. Kemudian, gadis itu membalikkan badannya untuk kembali melihat Chani. Namun, laki-laki itu sudah berdiri di hadapannya.
"Eoh, mengejutkan saja." Pekik Hayeon.
Chani terkekeh. Lalu melihat ke arah Soobin.
"Siapa?" Tanya Chani menunjuk ke arah Soobin.
"Dia Soo-"
"Choi Soobin."
Soobin mengambil tangan Chani dan menyalaminya. Chani hanya tersenyum. "Kau murid baru ya?" Tanya Chani kemudian.
"Iya, aku murid baru."
Chani hanya menangguk.
"Kau mau kemana?" Tanya Chani pada Hayeon.
"Ke kantin. Apa kau mau bergabung dengan kami?" Tawar Hayeon.
"Tentu saja. Aku kan ke kantin karenamu. Tadi aku ke kelasmu, tapi Hyunjin kata, kau sudah pergi."
"Begitu ya. Ayo kita makan," ajak Hayeon berjalan terlebih dahulu. Kemudian Chani di belakang Hayeon, dan Soobin memilih berjalan di belakang mereka.
Soobin merasa ada hal yang tidak enak. Ia merasakan sesuatu hal saat kedatangan Chani. Hayeon juga terlihat sangat akrab sekali dengan Chani. Apa mereka dekat?
Setelah pesanan di antarkan ke meja mereka. Akhirnya tiga remaja itu makan bersama. Tak ada yang berniat membuka suara satu pun. Mereka ingin menikmati makanannya masing-masing.
Satu persatu, makanan mereka habis. Paling akhir habis adalah Hayeon. Saat Soobin dan Chani sudah menghabiskan makanan mereka, Hayeon masih mengunyah sisa makanan yang ia masukkan pada suapan terakhir. Hayeon mengambil gelas dan langsung meminum minumannya dengan sedotan.
"Aku sudah memutuskan Yeji," ucap Chani dengan tiba-tiba. Karena terkejut, Hayeon tersedak minuman.
Soobin langsung mengelus pundaknya untuk membantu meredakan batuk Hayeon.
"Apa? Kenapa kau memutuskan dia?" Tanya Hayeon tidak percaya.
"Aku lebih baik meninggalkan dia daripada harus meninggalkanmu," jawab Chani tanpa menghiraukan Soobin yang ikut terkejut dengan jawaban Chani.
Seketika emosinya naik. Soobin meminum air yang ada di gelasnya. Lalu menaruh gelas itu dengan kasar di atas meja. Soobin beranjak dari duduknya untuk membayar makanan dan minumannya. Kemudian, ia pergi meninggalkan Hayeon.
Tentu saja Chani merasa heran dengan sikap Soobin yang terlihat marah itu. Mata Hayeon terus mengikuti punggung Soobin yang kian menjauh dari kantin.
"Maaf Chan, aku pergi dulu," Pamit Hayeon.
Chani ingin menahan Hayeon untuk pergi. Tapi, sudah terlanjur sulit karena Hayeon pergi begitu saja menyusul Soobin.
"Makanannya bagaimana?" Gumam Chani.
Chani akhirnya berinisiatif untuk membayar makanannya dan juga Hayeon. Lalu, ia menyusul Hayeon yang mengejar Soobin.
Aku mengejar orang, yang mengejar orang lain.
KAMU SEDANG MEMBACA
PARTNER
أدب الهواة❝Jika aku memang pasanganmu, selangkah pun aku tak dapat berjalan tanpa dirimu.❞