Hari ini adalah hari spesial Hayeon dan Soobin. Satu tahun sudah Soobin dan Hayeon memiliki hubungan spesial.
Setelah kepergian ibunya dan juga kepindahan Yeonjun, Soobin benar-benar menepati janjinya. Ia menjaga Hayeon dengan baik. Tak sekalipun Hayeon di buat menangis olehnya. Gadis itu selalu tersenyum bahagia bersama Soobin.
Rencananya, Hari ini Soobin dan Hayeon akan berkencan di salah satu kafetaria. Soobin meminta Hayeon untuk menemuinya di sana.
"Nyonya Hayeon?"
Hayeon langsung mengangguk. Baru saja ia sampai di pintu masuk kafetaria, Hayeon sudah di sambut dengan hangat oleh salah satu pelayan di kafetaria ini.
"Mari saya antar ke tempat yang sudah di sediakan."
Hayeon mengikuti langkah si pelayan itu. Malam ini, bukan hanya Soobin yang akan memberinya kejutan, tapi ia juga akan memberi kejutan pada Soobin.
"Di sini?" Tanya Hayeon tidak percaya.
Pasalnya, tempat yang di tunjukkan oleh pelayan itu, sangatlah gelap.
Hayeon menoleh kesana kemari karena tak mendapat jawaban dari pelayan yang mengantarnya. Pelayan itu tiba-tiba menghilang meninggalkan Hayeon sendiri.
Namun, tak selang beberapa menit, tempat itu di terangi berbagai cahaya. Ada warna merah, kuning, hijau, dan biru.
Banyak lilin di lantai yang terbuat dari kayu. Di hadapan Hayeon ada sebuah danau yang tenang airnya.
"Ekhem."
Hayeon membalikkan tubuhnya dan langsung terpesona. Soobin duduk diantara bunga-bunga yang cantik. Hal itu menambah kadar ketampanan Soobin malam ini.
Namun bukannya tersenyum, Soobin melihat Hayeon dengan tatapan tidak percaya. Gadis di hadapannya ini mengenakan dress dengan cantiknya.
Mereka sama-sama terpesona dengan penampilang masing-masing.
"Kau cantik sekali."
"Kau tampan sekali."
Hayeon dan Soobin mengucapkan hal itu secara bersamaan. Mereka sangat kompak bagaikan paduan suara, walau kalimat yang mereka ucapkan itu berbeda.
"Ahh... haha."
Mereka tertawa canggung. Masing-masing mengalami salah tingkah karena tersipu.
"Kau tidak alergi?" Tanya Hayeon.
"Kau tahu, alergiku hilang karena dirimu."
Hayeon mengernyitkan kening.
"Kenapa?"
"Aku berusaha bermain-main dengan bunga-bungamu setiap aku datang ke toko. Bahkan, aku di minta ibu untuk belajar merawat bunga di rumah."
"Jadi, itu yang membuatmu tidak alergi bunga lagi?"
"Apapun, akan ku lakukan untukmu."
Soobin berdiri dari duduknya dan menghampiri Hayeon.
Posisi mereka, hanya tinggal beberapa centi. Tubuh Soobin yang lebih tinggi memberi kesan romantis pada acara malam ini. Tiba-tiba sebuah alunan lagu yang indah menghiasi mereka.
Soobin meraih kedua tangan Hayeon. Di genggamlah tangan mungil itu. Kemudian, mereka saling menautkan pandangan satu sama lain.
"Selamat hari jadi yang ke satu tahun. Aku bahagia bersamamu selama ini," ucap Soobin tersenyum lebar.
"Selamat hari jadi yang ke satu tahun sayang. Aku juga sangat bahagia selama ini."
"Aku menyayangimu." Soobin mengecup kening Hayeon dengan penuh kasih sayang, dan bisa terbilang lama.
Hayeon tersenyum bahagia. Ia sangat di perlakukan dengan spesial oleh Soobin.
"Aku juga menyayangimu. Dan aku tidak ingin berpisah darimu," balas Hayeon di sela-sela Soobin mengecup keningnya.
Namun, setelah mengatakan hal itu, Soobin langsung berhenti melakukan aktivitasnya dan langsung menjauh.
Hayeon yang menyadari itu langsung mengerutkan kening.
"Kenapa?" Tanya Hayeon.
"Mungkin ini akan menjadi hal terburuk dalam hubungan kita,"ucap Soobin tiba-tiba.
Karena sering terbuka satu sama lain, Soobin selalu gagal menahan apa yang ingin ia rahasiakan dari Hayeon.
"Maksudmu?" Tanya Hayeon masih tidak mengerti.
"Besok aku harus pindah ke Seoul karena ibu akan menikah."
Hayeon seperti tersambar petir tiba-tiba. Kenyataan ini belum bisa di terima baik oleh Hayeon.
Hayeon langsung melepaskan tangannya dari genggaman Soobin. Ia membalikkan tubuh ke arah danau yang tenang.
"Pindah?"
"Haha.... becandamu tidak lucu, sayang." Hayeon tertawa hambar.
Hayeon yakin bahwa ini adalah lelucon yang di buat Soobin untuk membohongi dirinya. Ia yakin, setelah ini akan ada kejutan yang tak di duga-duga.
"Aku sangat menyayangimu...." Soobin memeluk Hayeon dari belakang.
"Aku berjanji, setelah ibu menikah, aku akan kembali kemari."
"Lalu sekolahmu?"
Tanya Hayeon mulai parau.
"Aku akan melanjutkan sekolah di sana. Setelah lulus, aku akan kembali kemari."
Hayeon langsung melepaskan pelukan Soobin dengan kasar.
"Kenapa harus pergi? Kau kan bisa menghadiri pesta ibumu? Dan kau bisa pergi ke Seoul bersamaku nanti." Nada bicara Hayeon tiba-tiba meninggi.
"Tadinya begitu, tapi ibu tidak memberiku izin. Aku tetap harus ikut dengannya. Beliau tidak mau terjadi sesuatu padaku."
"Tapi ada aku di sini, Soobin. Aku bisa menjagamu. Aku bisa melindungimu dari apapun. Jadi kau tidak perlu pergi," pinta Hayeon penuh penekanan. Air mata pertamanya jatuh. Baru kali ini Hayeon di buat menangis oleh Soobin. Dimalam satu tahun hubungan mereka.
"Maaf." Soobin menundukkan kepalanya. Ia tak bisa berkata apa-apa lagi. Ia tak bisa memberi penjelasan yang logis pada kekasihnya. Semuanya rumit.
Hayeon tiba-tiba membalikkan tubuhnya. "Aku pulang." Kemudian ia pergi meninggalkan Soobin sendirian disana.
Setelag keluar dari kafetaria, Hayeon berlari sekencang air matanya yang turun. Ini yang di sebut kejutan. Kejutan besar yang tak pernah Hayeon duga, dan tak pernah Hayeon harapkan.
Ia sangat membenci perpisahan yang mendadak. Semua yang meninggalkan Hayeon selalu saja mendadak. Ayahnya, ibunya, Yeonjun, dan sekarang, Soobin. Kekasihnya sendiri.
Setidaknya, pamitlah jauh-jauh hari agar kita memiliki hal yang indah untuk di kenang.
KAMU SEDANG MEMBACA
PARTNER
Fiksi Penggemar❝Jika aku memang pasanganmu, selangkah pun aku tak dapat berjalan tanpa dirimu.❞