스물 다섯

7K 1K 21
                                    

Author POV

Langit semakin gelap dan udara malam semakin dingin. Jeno memutuskan untuk segera pulang. Ditambah kekasihnya itu baru saja sembuh.

Lelaki bermata sipit itu mengantarkan Jaemin pulang terlebih dahulu. Sepertinya Jeno sudah sangat paham dengan sang kekasih yang tidak kuat dengan suhu dingin. Terbukti dengan sebuah selimut yang selalu berada didalam mobil miliknya.

Jeno melajukan mobilnya membelah keheningan malam kota Seoul. Suasana begitu hening, kekasih manisnya sudah terlelap dikursi penumpang.

Sejam perjalanan dan mobil milik Jeno akhirnya tiba dihalaman rumah Jaemin. Jeno awalnya ingin membangunkan kekasih manisnya itu, tapi ia urungkan.

Dengan sangat pelan Jeno membuka pintu kursi penumpang. Melepaskan selimut serta sabuk pengaman Jaemin. Tangannya menyusup kebelakang lutut Jaemin sementara tangan satunya memeluk lembut tubuh Jaemin.

Ia berjalan sangat pelan, tidak ingin membuat kekasihnya itu terbangun. Didepan pintu sudah berdiri ibu Jaemin dengan senyuman manisnya.

"Maafkan Nana selalu merepotkanmu Jeno"

"Ahhh~ tidak eomma, aku senang direpotkan oleh si manis ini"

Yoona terkekeh lembut dan langsung mempersilahkan Jeno untuk masuk. Lelaki bermata sipit itu meminta izin terlebih dahulu untuk memasuki kamar Jaemin. Sebenarnya Jeno tidak perlu izin, tapi ia masih mempunyai sopan santun.

Dengan sangat pelan dan lembut Jeno membaringkan tubuh Jaemin diranjang. Jeno menarik selimut tebal Jaemin sampai batas dada.

"Engg~ Nono~"

Jeno yang mendengar panggilan baru dari Jaemin terkekeh pelan. Lelaki manis itu masih terlelap dalam mimpinya ngomong-ngomong.

Tangan Jeno terulur untuk mengelus pipi Jaemin. Mengecup kening kekasihnya dan membisikkan kata cintanya sebelum pergi meninggalkan Jaemin.

😷

6 April 2020

Pagi ini entah kenapa Jaemin merasakan nyeri didadanya. Ia terbangun dengan peluh yang membasahi wajahnya.

Tangannya mengobrak-abrik laci nakas disampingnya, mencari obat. Menegak obat tersebut dan menundukkan kepalanya. Tangannya masih meremat dadanya yang terasa nyeri.

Setelah dirasa denyutan itu sudah mereda, Jaemin berjalan pelan kekamar mandi membersihkan badannya, bersiap untuk kekampus.

Jam sudah menunjukkan pukul delapan. Ia hanya memakai baju sedapatnya dan berjalan menuruni anak tangga.

Dimeja makan keluarga Na kecuali kakaknya Jaehyun sudah berkumpul. Jaemin duduk dimeja makan tersebut. Jeno belum menjemputnya.

"Nana, kamu tidak apa-apa ? Bibirmu sangat pucat"

Ayah Jaemin yang menyadari hal tersebut langsung mengutarakan pikirannya.

"Aku tidak apa-apa ayah"

"Tapi wajahmu sangat pucat Nana"

Ibu Jaemin yang tadinya sibuk didapur kini ikut menghampiri anaknya. Mengusap pundak Jaemin dengan lembut.

"Eomma Appa tenang saja aku benar tidak apa-apa"

"Kamu sudah membawa obatmu ?"

"Eum!"

"Yasudah kita sarapan dulu"

Mereka bertiga menghabiskan sarapan dalam diam. Jaemin lah yang pertama selesai. Ia lagi-lagi tidak menghabiskan makanannya.

Tidak lama setelah Jaemin menegak obatnya ponsel miliknya bergetar menandakan ada pesan masuk. Dari Jeno yang mengatakan bahwa ia sudah didepan.

Red Carnation [NOMIN] ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang