열아홉

7.1K 1.1K 8
                                    


Author POV

Sudah sejam mereka berkeliling taman bermain, namun remaja perempuan bernama Lee Lami itu tidak kunjung ditemukan.

Jeno masih mengedarkan pandangannya keseluruh area taman bermain hingga langkahnya tiba-tiba terhenti karena Jaemin yang kini melepas genggamannya.

Lelaki bermata sabit itu mengalihkan pandangannya kepada sang kekasih. Wajah yang sudah pucat serta peluh menghiasi. Rasa khawatir Jeno semakin membuncah saat melihat pemandangan dihadapannya.

"Nana! Hey kamu tidak apa-apa ?"

Ahh Jaemin sebenarnya sudah tidak kuat untuk memutari area bermain tersebut. Ia sangat lelah dan pikirannya yang terus bekerja membuat rasa sesak didadanya sedikit berulah.

Tidak terlalu parah untungnya, namun tetap saja sedikit rasa nyeri didadanya sangat mengganggu.

Jaemin berusaha tersenyum ditengah ia menahan nyeri jantungnya. Tetapi Jeno yakin jika kekasihnya itu sedang tidak baik-baik saja.

Hey lihatlah bibir semerah cherry nya kini berubah menjadi sangat pucat.

"Kita istirahat dulu"

"T-tapi Jeno"

"Tidak ada penolakan" Jeno berpindah tempat dihadapan Jaemin. Ia menjongkokkan tubuhnya "Naiklah"

"A-aku tidak apa-apa Jeno"

"Na Jaemin, naiklah" sebuah penekanan terdengar jelas dari ucapan Jeno yang biasanya terdengar lembut.

Tidak ingin membuat lelaki bermata sabit itu marah, Jaemin menuruti perintah kekasihnya. Kini Jeno menggendong Jaemin dipunggungnya. Membawa tubuh mereka ke tempat istirahat.

Setelah mendudukkan Jaemin dikursi panjang, Jeno izin untuk membeli minuman. Untungnya sang pedagang tidak terlalu jauh dari tempat Jaemin berada.

"Minum dulu" Jaemin masih menuruti perintah Jeno.

Ia menegak air putih yang diberikan oleh Jeno. Berusaha menenangkan kembali denyutan dijantungnya.

"J-Jeno ayo kita cari Lami lagi"

"Tidak, kita tunggu kabar dari pihak informasi orang hilang"

"Tapi Jeno bagaimana jika Lami kenapa-napa ?"

"Na Jaemin! Berhentilah mengkhawatirkan orang lain disaat kondisimu lebih mengkhawatirkan!" Sungguh Jeno tidak bermaksud untuk membentak Jaemin.

Lelaki manis itu menundukkan kepalanya. Takut akan bentakkan Jeno.

"Ohh astaga maafkan aku Nana, sungguh maafkan aku, aku tidak bermaksud membentakmu"

Jeno berjongkok dihadapan kekasihnya dan menangkup wajah manis tersebut. Kembali mengusap pipinya agar sang kekasih kembali tenang.

"Nana, aku tidak ingin kamu kenapa-napa begitupula dengan Lami, tapi Lami itu sudah besar, dia bahkan pernah menghilang seperti ini dan kembali bersama anggota polisi, dia mengerti apa yang harus dilakukannya Jaemin, Lami, dia pemegang sabuk hitam taekwondo, jika memang ada yang berniat jahat padanya kupastikan anak itu bisa melindungi dirinya sendiri" Dengan nada yang sangat lembut Jeno menjelaskan kepada Jaemin.

"Loh! Nana! Jeno!" Hingga sebuah teriakkan nyaring menginterupsi mereka.

Itu adalah Haechan, Renjun dan Somi. Mereka bertiga berlari menghampiri Jeno dan Jaemin. Mata Renjun menangkap wajah Jaemin yang tidak baik-baik saja.

"Ada apa ?"

"Ohh, kami sedang jalan-jalan lalu adikku menghilang" Renjun mengangguk.

"Nana are you okay ?" Anggukkan lemah dan senyuman simpul dari Jaemin menjawab pertanyaan tersebut.

Red Carnation [NOMIN] ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang