Aku pergi dari keramaian yang ada di resto itu, ku abaikan suara Nasel yang berkali kali memanggilku. Mungkin ia tidak akan mengejarku hingga terlalu jauh karena dilingkungannya ada banyak teman temannya yang mungkin akan membuatnya malu jika ia mengejarku.
Aku memainkan gas motorku hingga mengundang sorot mata para pengendara motor lainnya, terkadang suara klakson lain terdengar bunyi. Ku lihat toko Anya sudah ditutup, karena aku belum mengetahui tempat tinggal Anya, mungkin besok aku akan menemuinya di sini.
Sesampainya di tempat tinggalku, ku nyalakan beberapa lampu di ruangan ruangan yang memang butuh penerangan. Sungguh berantakan, aku belum sempat untuk membereskan apartemenku ini. Sekarang waktunya untuk relax dan istirahat. Langkah pertama yang aku ambil adalah mandi setelah itu membereskan kekacauan ditempat ini.
Tak kusangka pekerjaan rumah lebih berat dari apapun yang sering aku kerjakan. Rasanya pegal pegal dibagian punggung, andai saja aku punya tempat spa pribadi mungkin aku akan sering mengunjunginya setiap aku pulang. Stop berkhayal seseorang mengetuk pintu apartemenku dengan kasar, padahal didepan terdapat bell yang bisa sampai terdengar kedalam. Suara tinggi khas Nasel terdengar olehku, ku buka pintu apartemen.
"Nasel"
Ia langsung bergegas memasuki ruanganku, dan membanting tas mahalnya itu ke sofa, kenapa tidak membantingnya ke lantai saja ya. Oke lanjut lagi..
Aku menutup pintu dan berbalik badan melihat Nasel yang tengah marah padaku, ku lihat raut wajahnya yang memerah yang mungkin sebentar lagi akan meledak."Nasel" ucapku lagi
"Bay siapa orang yang kamu sebut itu ha!? Aku ga salah denger kamu sebut dia dengan jelas, kamu selingkuh Abay!" tuhkan meledak juga
"Dia temen aku sel" jawabku singkat
"Temen yang mana?"
"Kamu ga perlu tau"
"Kenapa?"
"Itu urusan aku"
"Kamu gila, aku tanya sebagai pacar kamu bay" ujarnya seraya memukulku berkali kali
Aku pegang bahunya, ku elus rambutnya.
"Tunggu jangan marah kamu belum minum"ujarku
Dia hanya menatapku, lalu memutarkan bola matanya.
"Bisa bisanya..."ucapnya tidak dilanjutkan
Ia langsung pergi membawa tasnya, sebelum ia sampai depan pintu ku tarik lengannya.
"Mau kemana? Tinggal dulu disini udah malem"pintaku
"Aku mau pulang bay!"
"Kita selesaiin masalahnya sel"
"Aku ga mau!" Ia menendang kakiku lagi.
Asal kau tau dia selalu menendang tubuhku berkali kali atau memukulku berkali kali ketika amarahnya sedang naik. Mungkin dia bercita cita menjadi pemain sepak bola. Aku hanya merintih kesakitan karena dia menendang bagian tulang keringku. Sosoknya menghilang dari hadapanku setelah aku mendengar hantaman pintu yang ia tutup secara kencang. Lagi lagi aku merasa ilfeel melihat tingkahnya seperti itu.
Biarkan lah dia pergi, entah maunya apa aku tidak peduli.
°°°
:: Anya ::
Lagi lagi aku menunggu pesan dari seseorang yang belum tentu ia memikirkanku. Seling beberapa waktu ada pesan dari Martin yang begitu membuatku bosan, sepertinya tidak ada pembahasan lain dengannya kalau bukan menanyakan sudah makan atau belum, bagaimana hari tadi di toko, dan pertanyaan lainnya setelah itu menghilang tak berkabar apapun lagi denganku.
KAMU SEDANG MEMBACA
Behind the Rainbow
RomansaSeorang gadis yang mencari jati dirinya '. Behind the Rainbow [GxG] Status ' On going Genre ' Romance Rated ' Mature 🔞 Author ' Unicorn