Kehidupannya

152 21 0
                                    

Abay bercerita tentangnya dimulai dari kapan ia menjadi wanita tomboy dan apa yang menjadi ia seperti ini, tak ku sangka ia pernah berhubungan dengan pria tetapi tidak bertahan lama karena ketidak tertarikannya terhadap lawan jenis. Ia lebih tertarik dengan wanita karena pesonanya, karena kepedulian seorang wanita, dan juga lembutnya seorang wanita. Tetapi sampai kini ia belum menemukan wanita yang benar benar menjadi terpilih baginya.

Untuk saat ini ia hanya menghabiskan waktu dengan cara menikmati tubuh wanita wanita yang sering ia setubuhi, begitu jahat menurutku. Tapi entah kenapa semakin ia bercerita lebih dalam semakin aku tertarik olehnya.

Setelah panjang lebar kami berbincang, kini ia tahu mengapa aku bisa tertarik oleh butchy. Yaa mungkin kalian hanya tahu aku adalah wanita normal. Tapi di dalam kenormalan ini aku pun pernah berhubungan dengan butchy sewaktu aku menginjak kelas 2SMP. Dulu aku belum tahu bahwa butchy itu apa, tapi aku tidak mempermasalahkan itu karena menurutku itu adalah hal unik yang pernah aku lihat, yaa.. sosok maskulin dengan ciri ciri berpenampilan layaknya seorang pria.

"Anya, gimana menurut pandangan kamu waktu pertama lihat aku?"

Aku menelan air ludahku sendiri.

"Haruskah?"

"Ya aku mau tau Anya"

Aku menceritakannya sesingkat mungkin, aku melihatnya dimulai dari segi fisik yang menurutku dia mempunyai daya tarik tersendiri dimulai dari bibir yang sedikit tebal pada bagian bawah juga yang membelah dua belahan yang memberi kesan sexy, hidung yang mancung bisa-bisanya aku memikirkan bagaimana jika aku bermain prosotan diatas hidungnya, rahang yang terlihat kuat menambah aura pesona yang kuat dan juga ini sedikit keterlaluan menurutku, aku masih bisa melihat indahnya bongkahan pantatnya dibelakang itu menyembul dengan sempurna. Mohon jangan hujat karena ini benar benar indah menurutku hanya saja tidak ada apapun dibagian dada hanya terlihat dada yang bidang.

Abay menatapku sedalam itu ketika ku ceritakan tentangnya. Aku sedikit terkejut bisa saja disaat aku menceritakannya semua pada orangnya langsung aku bisa mendapatkan sebuah tamparan atau amarah.

Tapi ternyata tidak, ia menatapku lembut sambil menyunggingkan senyuman manisnya. Lalu ia mendekat kearahku, lebih dekat, yaaa lebih mendekat lagi, tepat di depan mataku sekitar 7cm. Bola mataku membesar, dan jantungku.. dia bisa dengar jantungku tidak ya. Kenceng banget rasanya hiks.

"Suaranya lembut" ujarnya memecahkan keheningan

"A..a..apaa?" Aku dibuat bingung olehnya

"Jantung"

Mukaku merasa panas, panas.. kenapa ini yaampun.

"Cie melting" ejeknya

"Ih apaan sih!" Spontan aku menutup mukaku dengan kedua lenganku

Dia langsung menyambar remote tv yang ada di depan, dan menyalakannya.

"Suka nonton film?"tanyanya

"Heem suka"

"Genre apa?"

"Thriller, tapi bukan horor"

"Kenapa kalau horor?"

"Takut" ujarku

"Thriller kadang ada film yang berbau horor juga"

"Ya maksud aku thriller yang diperanin sama psychopat kaya gitu"

"Sadis ya"

"Heem"

"Kapan kapan kita nonton ya"ajakknya

Mau banget.. aku hanya mengangguk pelan. Lalu kami melanjutkan aktivitas dirumahku dengan perbanyak asupan asupan film yang seru, terkadang kami berdua beradu argumen karena berbeda pendapat dari sudut pandang masing masing tentang film yang di ributkan. Sampai akhirnya kami berdua lupa akan waktu telah menunjukkan pukul 19.00.

Bola mata itu menatapku dalam lagi. Seperti ia ingin mengatakan sesuatu yang mungkin sulit untuk ku tebak.

"Anya, thanks ya" ucapnya. Aku membalasnya dengan senyuman, jujur hari ini aku merasa senang berada didekatnya.

"Kapan kapan main lagi ke sini ya bay" ujarku

Dalam sekejap... Cup!!-
Apa itu tadi? Abay mengecup bibirku tanpa aba aba? Kau tau aku hanya melongo pada saat itu. Aku langsung melihat tingkah Abay yang terlihat salting. Ia langsung berdiri tepat di depanku dan mondar mandir.

"Aku harus pulang" katanya

"Kamu kenapa abay?" Tanyaku

"Ah ga apa apa , ayok?"

"Kemana?"

"Temenin aku ke depan"

"Ahh iya"ucapku

Aneh aku tidak merasa geli atau pun marah karena tingkahnya itu, apa yang ia pikirkan sehingga mengecup bibirku. Aku selalu memikirkannya sampai Abay pun telah meninggalkan apartemenku, masih saja ku pikirkan soal tingkahnya yang agak membingungkan. Ku elus bagian bibir bawahku.

"Abay..." gumamku sambil melihat kearah pantulan cermin tepat di depanku.

🌈Unifcorn

Behind the RainbowTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang