Kini Calista sedang menggenggam tangan dingin sang ibu >Astrid<. Sambil menatap sendu wajah sang ibu yang terlelap tidur. Tidak lama kemudian tangan Astrid perlahan mulai bergerak, pertanda bahwa ia sudah sadar.
"Bu, gimana keadaan ibuu sekarang?" tanya Calista cemas.
"Ibu baik-baik saja sayang," jawab Astrid lemah.
"Maafkan ibu telah membuatmu khawatir," lirih Astrid.
"Bu,kalo ada yang sakit ibu harus kasih tau aku. Jangan nutupin sesuatu ke aku,Bu. Tahukah Ibu saat Ibu tiba-tiba pingsan? Aku sangat kaget dan takut," ucap Calista.
"Calista takut kalo sampai terjadi sesuatu sama ibu," Calista bangkit dari kursinya dan memeluk ibu nya.
"Sstt sudah sayang mama gapapa kok," ucap Astrid berusaha tersenyum.
"Mulai sekarang dan seterusnya, kalo ibu ngerasain sakit ataupun keram bilang sama aku, okey!" Perintah Calista.
"Iya sayang iya," ucap Astrid sambil mengelus rambut sang putri.
Ceklek!
Pintu kamar terbuka, menampilkan sesosok pria dengan setelah jas hitam yang menempel pada tubuhnya. Astrid yang melihat sosok pria itu seketika tubuhnya menegang.
"Chandra?!" gumam Astrid.
Sedangkan Calista yang belum mengetahui siapa pria yang memakai jas itu pun hanya menatap bingung ke arah pria yang umurnya lebih tua dari nya.
"Hai,kamu siapa ya? Apakah kamu datang ke sini untuk menjenguk ibu ku?" tanya Calista ramah.
"Iya." jawab Chandra >Ayahnya Axel<.
"Lena...hmm..ini Om Chandra, dia adalah teman ayahmu," ucap Astrid sedikit gugup.
"Om benarkah itu?" tanya Calista.
"Ah iya."
"Ya ampun om aku senang bisa ketemu sama om," ucap Calista girang.
"Iya saya juga senang bisa bertemu dengan Calista" balas Chandra.
Calista pun hanya tersenyum.
"Bagaimana keadaan ibumu?" tanya Chandra.
"Masih nunggu hasil tes dari dokter. Saat ini aku masih belum tau apa yang terjadi sama ibu. Tapi kondisi ibu sudah lebih baik sekarang." jawab Calista.
"Syukurlah kalo begitu."
"Oh ya,Om. Ibu pernah bilang sama aku kalau ayah sudah meninggal, saat ibu baru mengandungku beberapa bulan," jelas Calista.
"Lena.." tegur Astrid.
"Ibu gak pernah mau cerita tentang ayah, tapi aku ngerti. Karena ketika ibu berbicara tentang ayah, Ibu pasti sangat sedih. Om,apakah om punya foto ayahku? Aku sangat penasaran dengan wajah ayahku."
"Tapi aku berfikir bahwa ayahku pasti memiliki kepribadian yang hebat dan sangat tampan. Kalau tidak begitu mana mungkin ibu mau menikah dengan ayah, ya kan, Om?" ucap Calista sambil sedikit tertawa.
"Benarkah itu Calista?" tanya Candra penasaran.
"Iya!"
"Om lihatlah baru saja kita omongin ayah, ibu sudah menangis saja. Jadi om percaya kan betapa sayang nya ibu ke ayah," ucap Calista.
"Aku sangat iri kepada ayahmu. Dia memiliki anak perempuan yang manis seperti mu," ujar Chandra.
"Lena" Panggil Astrid.
"Iya?" Calista pun menoleh ke arah ibunya.
"Kamu bisakah keluar dulu, tolong belikan Om Chandra kopi, nak"
KAMU SEDANG MEMBACA
PINK STAIN [COMPLETED]
Teen FictionKonflik besar yang terjadi diantara keluarga Calista dan Axel, menyebabkan Calista harus menanggung beban kehidupan sendiri. Hinaan, cacian serta kekecewaan terus saja melanda di dalam kehidupan sang gadis. Suatu hari Axel melamar Calista, namun it...