~¤~¤~¤~¤~¤
Happy Reading guys🖤
~¤~¤~¤~¤~¤Calista kini menginjakkan kakinya di rumah lamanya. Rumah dimana tersimpannya banyak kenangan bersama almarhumah ibunya. Calista menarik nafas panjang, lalu masuk ke dalam rumah dengan menggeret kopernya.
Ia menaruh kopernya terlebih dahulu di dekat sofa ruang tamu, setelah itu pergi menyusuri setiap ruangan di dalam rumah sederhananya.
Ruang pertama yang Calista temui adalah dapur. Di dapur banyak sekali kenangan yang almarhumah ibunya buat semasa hidup, mulai dari memasak bersama hingga membuat kue.
Setelah itu Calista menoleh ke arah ruang tamu lebih tepatnya pada sofa, disana Calista sering bercanda ria bersama ibunya. Terkadang duduk bersama sambil menyaksikan acara siaran tv.
Calista kembali melangkahkan kakinya menaiki tangga. Langkahnya berhenti saat melihat bingkai foto dari ukiran kayu yang berisi foto nya saat masih bayi.
"Apa itu, sayang?" tanya Astrid saat melihat Calista membawa satu bingkai foto.
"Ini foto ku waktu masih bayi, seperti nya bagus jika di letakkan disini," ucap Calita sembari mencari letak titik yang tepat untuk menancapkan bingkai foto tersebut.
"Biar ibu bantu," ucap Astrid menawarkan diri, wanita itu pun memegang kursi yang Calista naiki saat sedang menancapkan paku pada dinding.
"Selesai!" Calista turun dari kursi dan tersenyum ke arah sang ibu.
"Perfect." Puji Astrid, lalu keduanya tertawa bersama.
Seketika air mata Calista mengalir deras begitu saja di pipinya. Dengan cepat gadis itu menghapus air matanya dan menarik nafas berusaha bersikap tegar. Tempat terakhir yang Calista hampiri ialah kamar. Ya, kamar adalah tempat dimana ia dan almarhumah ibunya lebih sering menghabisi waktu disana.
Bercerita, tidur bersama, hingga membuat mainan dari kertas origami, semuanya masih tersimpan di memory Calista. Lagi dan lagi air matanya jatuh kembali tanpa di suruh. Gadis itu sudah tidak tahan lagi untuk menahan isak tangis nya, perlahan ia mengambil bingkai foto ia dan ibunya dan membawanya kedalam pelukan.
"Ibu...hiks, kalau saja kita gak pindah ke rumah Axel. Mungkin sampai sekarang ibu masih disini sama Calista," gumam Calista sambil memandang sendu bingkai foto yang ia pegang.
Tok...Tok..Tok..
Terdengar suara ketukan pintu dari lantai bawah, Calista menaruh kembali bingkai fotonya dan bergegas menuruni anak tangga.
Cklek!
"Loh, Neta? Ngapain kesini?" tanya Calista menatap heran kehadiran sahabatnya.
"Emangnya kenapa, sih? Gak boleh?" cetus Anetha.
"Ya bukan gitu, yaudah deh masuk dulu," ujar Calista mempersilahkan sahabatnya masuk ke dalam rumah.
Anetha memasuki rumah sahabatnya yang minimalis itu lalu mendaratkan bokongnya di sofa ruang tamu.
"Rumah lo rapi juga ya." Puji Anetha sembari memperhatikan seluruh sudut ruang dalam rumah.
"Kaya baru pertama kali main aja, kamu." cibir Calista.
"Eh—hehe." Anetha hanya merespon cibiran sahabatnya dengan cengiran khas nya.
"Mau minum dong, Cal. Haus banget nih tenggorokan gue," ucap Anetha.
"Ambil aja di kulkas!" Suruh Calista, gadis itu membawa koper nya kedalam kamar yang ada di lantai bawah. Kenapa gadis itu tidak memilih tidur di kamar atas? Karena Calista ini adalah type cewe yang phobia sekali dengan hantu, jadi wajar saja dia parno dengan kematian ibunya.
KAMU SEDANG MEMBACA
PINK STAIN [COMPLETED]
Teen FictionKonflik besar yang terjadi diantara keluarga Calista dan Axel, menyebabkan Calista harus menanggung beban kehidupan sendiri. Hinaan, cacian serta kekecewaan terus saja melanda di dalam kehidupan sang gadis. Suatu hari Axel melamar Calista, namun it...