14. Kabur

85 9 1
                                    

•¤•¤•¤•¤•¤•
Happy Reading guys💙
•¤•¤•¤•¤•¤•

Kini semua orang berbaju hitam tengah mengerubungi pemakaman Astrid. Calista terus saja menangis sambil memeluk batu nisan sang ibu. Anetha yang juga turut menyaksikan pemakaman, ia tidak tega jika harus melihat sahabat nya menangis sesengukan. Perlahan Anetha mendekati Calista dan mengusap punggung perempuan itu untuk memberikan ketegaran.

Selesai pemakaman, semua orang mulai bubar pulang ke rumah mereka masing-masing. Cuaca sudah sangat dingin dan awan-awan mulai berwarna hitam, hujan akan segera turun. Anetha pamit pulang lebih dulu kepada Chandra dan Calista, lalu melenggang pergi.

"Calista, ayo kita pulang," bujuk Chandra.

Calista masih enggan untuk merespon ucapan ayahnya, ia masih pada posisi awalnya memeluk batu nisan ibunya.

"Hujan sebentar lagi akan turun, sebaiknya kita pulang sekarang," ujar Chandra lalu menggiring tubuh Calista ke arah mobil. Setelah itu mobil melaju menuju kediaman keluarga Chandra.

"Kami pulang!" teriak Chandra saat memasuki rumah.

Axel tidak peduli dengan kehadiran ayahnya dan Calista. Ia masih fokus dengan tayangan di televisi yang ia tonton, sesekali tangannya menyuapkan beberapa cemilan ke dalam mulut.

"Calista lebih baik kamu ke kamar, istirahat." Calista segera melangkahkan kakinya menuju lantai 2 tepatnya ke arah kamar.

Gadis itu langsung membaringkan tubuh nya di kasur empuk. Badannya terasa lemas bahkan baju kelulusan yang ia kenakan dari sekolah masih melekat pada tubuh nya. Calista bangkit dari posisi tidurnya, menarik nafas perlahan. Lalu dirinya mengambil handuk dan pergi ke kamar mandi untuk membersihkan tubuhnya yang sudah lengket.

Disisi lain, Axel beserta Chandra sudah duduk tenang di meja makan untuk makan malam. Kini keduanya menunggu kehadiran Calista terlebih dahulu sebelum memulai acara makan malam.

"Bona, tolong panggilkan Calista di kamarnya. Suruh dia turun untuk makan malam," ujar Chandra memberi perintah kepada asistennya.

"Baik, tuan." Bi Bona segera menaiki satu per satu anak tangga menuju kamar Calista.

Tok..Tok...Tok...

Bi Bona mengetuk pelan pintu kamar Calista, berharap bahwa gadis itu akan membukakan pintu. Namun sayang bukan respon yang ia dapat tetepi malah suara isak tangis seorang wanita yang berasal dari dalam kamar Calista.

"Non, cepat keluar kamar kita makan malam bersama di bawah," ucap Bu Bona, tangan nya masih saja setia mengetuk pintu kamar Calista. Karena tak kunjung mendapat respon, akhirnya Bi Bona membuka paksa kamar gadis itu menggunakan kunci cadangan.

Bola mata Bi Bona melebar saat menyadari keadaan Calista yang terbaring lemas di lantai sambil menangis memegangi bingkai kayu yang terdapat foto almarhumah ibunya.

"Hiks ... ibu," lirih Calista di sela tangisannya.

Bi Bona langsung menghampiri Calista dan merengkuh tubuh mungil gadis itu ke dalam pelukannya. Tangannya terulur mengusap lembut rambut gadis itu.

"Calista, ayo kita ke bawah sekarang untuk makan malam," ucap Bi Bona membujuk Calista.

"Aku gak lapar, Bi." Tolak Calista, gadis itu melepas pelukannya dan berjalan ke arah ranjang untuk merebahkan tubuhnya.

"Bibi keluar aku pengen tidur." Usir Calista halus, gadis itu perlahan menutup kedua bola matanya. Bi Bona menuruti permintaan gadis itu, ia melangkah keluar kamar dan dengan hati-hati menutup kenop pintu. Setelah itu ia melenggang pergi menuruni anak tangga.

PINK STAIN [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang