~•~•~•~•~•
Happy Reading guys🧡
~•~•~•~•~•Seketika ruang rawat inap yang diisi satu pasien itu mendadak ramai.
"Dok, tolong selamatkan nyawa dia," ucap Chandra.
"Tolong tenang dulu, Pak! Kami juga sedang berusaha," ucap sang dokter lalu memompa kembali detak jantung Astrid.
Nit...Nit..Nit...
Sepertinya tuhan sangat menyayangi Astrid, oleh karena itu ia mengambil nyawa perempuan itu. Tubuh Chandra melemas dan terjatuh begitu saja di lantai, ia tidak sanggup untuk menerima kenyataan pahit ini.
"Maaf, Pak. Kami sudah berusaha semaksimal mungkin, namun seperti nya tuhan berkata lain. Ikhlaskan beliau, jenazah akan kami bawa untuk dibersihkan," ucap sang dokter menepuk pelan bahu Chandra guna menguatkan pria itu. Setelah itu ia keluar dari ruangan diikuti 2 perawat di belakang nya.
"Tuan yang sabar, mungkin ini yang terbaik untuk Bu Astrid," ujar anak buah Chandra.
Chandra bangkit dari posisi duduk nya sembari mengusap wajah nya bekas air mata, lalu ia berjalan ke ranjang Astrid.
"Kenapa kamu pergi cepat sekali? Tidakkah kamu kasihan pada Calista? Anakmu saat ini tengah berbahagia merayakan hari kelulusan nya, namun ... kamu malah pergi meninggalkan nya," lirih Chandra sambil menggenggam tangan pucat Astrid.
"Apa sebaiknya kita beritahu Calista saja?" tanya anak buah Chandra.
Chandra menghela nafas sebentar, "Biar aku yang memberitahu nya."
Setelah itu Chandra keluar ruangan dan menghubungi Calista. Dalam hatinya ia ragu untuk menelfon putrinya itu, namun mau bagaimana lagi? Mau 'tak mau Calista memang harus mengetahui fakta yang sebenarnya.
Tidak lama kemudian sambungan telepon terhubung.
[Hallo, Ayah. Kenapa menelfonku?]
[Calista maafkan ayah, nak. Ayah ... gagal menjaga ibumu.]
[Maksud ayah apa? Aku gak paham.]
[I-ibu mu, dia ... meninggal]
[A-apa?! Ayah jangan bercanda ini tidak lucu!]
[Tidak Calista! Ayah tidak sedang bercanda. Ayah serius!]
[Hiks ... kenapa cepat sekali?!]
[Maafkan ayah, Calista.]
[Aku akan kesana.]
Tut...
Sambungan di akhiri lebih dulu oleh Calista.
Calista POV
"Net, aku pamit duluan," ucap Calista tergesa-gesa, sesekali gadis itu menghampus jejak air mata yang jatuh di pipinya.
"Lo kenapa, Cal?" tanya Anetha panik saat menyadari sahabat nya menangis.
"Aku mau ke rumah sakit," jawab Calista lalu beranjak pergi, namun tangan nya di tahan lebih dulu oleh Anetha.
"Apa sih, Net?! Lepasin aku. Aku mau ke rumah sakit." Calista memberontak minta di lepaskan, namun Anetha tidak menggubris ucapan gadis itu.
"Gue tanya lo kenapa?" tanya Anetha kali ini dengan raut wajah serius.
"I-ibu ..."
"Iya ibu lo kenapa?" tanya Anetha.
"I-ibu a-aku ... meninggal," jawab Calista.
"WHAT?!" Pekik Anetha.
"Lo jangan bercanda, Cal. Sumpah ini gak lucu sama sekali, anjir." Anetha menggerutu sebal.
KAMU SEDANG MEMBACA
PINK STAIN [COMPLETED]
Teen FictionKonflik besar yang terjadi diantara keluarga Calista dan Axel, menyebabkan Calista harus menanggung beban kehidupan sendiri. Hinaan, cacian serta kekecewaan terus saja melanda di dalam kehidupan sang gadis. Suatu hari Axel melamar Calista, namun it...