20. Lamaran

59 5 2
                                    

>~<>~<>~<>~<
Happy Reading guys💛
>~<>~<>~<>~<

S

udah setengah jam Calista menghabiskan waktunya hanya untuk menangis. Karena lelah akhirnya gadis itu menarik nafasnya panjang berusaha untuk menetralisirkan nafasnya yang tercekat. Ia menghapus jejak air mata dipipinya, lalu meraih ponsel yang berada di atas nakas.


Tangannya langsung mencari kontak Anetha dan menekan tombol panggilan. Beberapa menit kemudian akhirnya tersambung.

[Hallo, Neta.]

[Eh iya hallo, kenapa Cal?]

[Bisa datang ke rumah aku gak. Aku lagi sedih, nih]

[Rumah lo yang mana dulu nih? Rumah Om Chandra maksudnya?]

[Iya.]

[Oke deh gue otw, lo share aja lokasinya lewat WA!]

Tut.

Sambungan lebih dulu diputus oleh Anetha. Calista segera mengirimkan lokasinya saat ini kepada Anetha melalui WhatsApp. Lalu dirinya membuka jendela kamar dan menatap ke arah langit malam yang dipenuhi bintang dan juga bulan.

"Apa begini rasanya tinggal di kehidupan seseorang yang tidak dikenal? Selalu merasa tidak dianggap. Calista sudah capek bu, pengen deh aku nyusul ibu ke surga aja," monolog gadis itu sambil menghirup kuat udara malam.

Tok..Tok..Tok...

Pintu kamar Calista diketuk oleh seseorang dari luar, yang membuat gadis itu berjalan mendekat ke arah pintu.

"Non keluar dulu sebentar kita makan malam," ucap Bi Bona dari balik pintu.

Calista hanya menghela nafas pasrah, untuk malam ini ia tidak selera makan. Gadis itu pergi ke kamar mandi untuk membasuh mukanya yang bengap karena bekas air mata. Setelah itu ia membuka pintu kamar.

"Loh Non habis nangis?" tanya Bi Bona dengan raut wajah khawatir.

"Ah gak kok Bi ini tadi kelamaan main hp jadi matanya merah," ucap Calista berbohong.

Bi Bona mengernyit bingung, jawaban macam apa itu? Sangat tidak masuk akal! Namun dirinya berusaha untuk percaya atas ucapan gadis di depannya ini.

"Yaudah Bi ayuk kita makan malam pasti ayah sama Axel udah pada nunggu kan," ajak Calista sembari menarik tangan Bi Bona.

Bi Bona menahan tangan gadis itu, "Tunggu!"

Langkah Calista tiba-tiba berhenti lalu ia membalik badannya.

"Loh kenapa Bi?" tanyanya.

"Sebelum makan malam kamu harus dandan dulu yang cantik," ujar Bi Bona perempuan itu mengeluarkan sebuah kotak besar yang di dalamnya sudah tersedia dress dan juga lengkap dengan sepasang sepatu.

"Emangnya kita mau kema—" Belum selesai Calista berbicara, Bi Bona sudah mendorongnya masuk ke dalam kamar.

"Kamu pakai dress ini," ucap Bi Bona memberikan dress berwarna biru laut kepada Calista.

"Pake! Gak ada penolakan!" Tegas Bi Bona.

"Hufftt ... oke." Calista menghela nafasnya pasrah lalu pergi menuju kamar mandi untuk mengganti pakaiannya.

Sambil menunggu Calista, Bi Bona menyiapkan alat make up lengkap untuk merias wajah Calista. Ia ingin menyulap wajah perempuan itu menjadi sangat cantik pada malam ini.

PINK STAIN [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang