9. First time....

93 12 1
                                    


Jihoon pov-

Aku hidup sangat sederhana bersekolah di sekolah negeri dengan tunjangan beasiswa yang aku dapatkan, aku belajar sangat keras agar tak pernah merepotkan kedua orangtuaku, ya kedua orangtuaku masih ada mereka sehat tapi...

Aku membenci salah satu diantara mereka..

Mereka selalu bertengkar saat bertemu, aku yang setiap hari mendengar suara tinggi yang selalu mereka lontarkan itu benar benar frustasi. Aku cukup tau masalah mereka adalah keuangan, dan utang mereka yang sangat banyak, aku sendiri tak tau uang itu untuk apa.. karna aku yakin bukan untukku juga... aku bersekolah tanpa biaya dan tak butuh uang untuk tranportasi ke sekolah karna aku bisa berjalan kaki, aku juga tak pernah meninta uang jajan, setiap hari ibuku memang membekali makan siang untukku.

Ayahku bekerja sebagai buruh bangunan yang tidak setiap hari bekerja tentu menjadikannya tak punya pendapatan tetap, sedang ibuku ia tak bekerja hanya di rumah karna memiliki riwayat penyakit pernapasan yang mengharuskannya tidak boleh terlalu lelah.

Seharusnya kehidupanku tak seburuk itu bukan, aku sudah sangat meringankan mereka aku juga anak tunggal jadi mereka tak punya tanggung jawab yang lain bukan tapi kenapa orang itu selalu menghabiskan uangnya untuk hal yang tidak berguna, dan saat ia kehbisan uangnya ia pasti akan membentak bentak ibu, aku lelah.

Setiap pulang kerumah aku selalu menemukan berbotol botol minuman keras di sudut sudut ruangan rumah dan bau tembakau dari dalam rumah ketika aku membuka pintu. Dan aku sangat benci itu..

Aku masih berada di sekolah menengah pertama saat kejadian itu terjadi, di kelas 2, masih cukup kecil untuk mengetahui semua keadaan keluargaku.. seharusnya anak anak di usiaku masih menikmati masa masa itu bukan untuk bermain. Tapi tidak denganku, aku tak mengenal dunia luar sama sekali tak punya teman dan sangat tertutup semua waktu kugunakan untuk belajar sebanyak mungkin aku juga malu untuk berteman...

Benci dengan kebisingan rumah, aku sering pulang larut agar tak bertemu dengan ayahku dan tentu karena aku benci mendengar isakan dari ibuku setiap ia mendapat bentakan dari orang itu. Karna aku tak punya teman setiap pulang sekolah aku biasanya di perpustakaan tengah kota belajar sampai tutup, setiap hari.. tapi terkadang ada woojin, iya dia saudaraku ibunya adalah adik dari ibuku, kamu cukup dekat, hanya dia satu satunya temanku. Karena kita beda sekolah aku jarang bertemu juga dengannya.

Aku tak peduli dengan keadaan rumah, tepatnya tidak ingin peduli meski seberapa keras aku tak ingin memikirkannya tetap berputar di kepalaku, sebenarnya yang aku khawatirkan hanya satu yaitu keadaan ibuku.

"Tunggu ibu bertahanlah aku akan membawamu pergi dati neraka ini." Aku sedang berbaring di kamar setelah pulang lebih cepat karena sangat lelah dan tentu barusan aku mendengar pertengkaran itu lagi, mendengar suara tangis ibuku yang tertahan dari dalam kamarnya sesaat di lanjut gebrakan pada meja dan bantingan pintu rumah. Aku terbiasa dengan semua ini, aku cukup mencoba bertahan asal dia tidak melukai fisik ibuku aku masih bisa menahan kan? lagi pula aku masih kecil apa yang bisa aku lakukan?

Pagi ini aku lewati seperti biasa, aku membuka pintu kamar mendatangi sosok manis bermata sendu di dapur sedang sibuk dengan tugasnya di setiap pagi.

"Ibu." Panggilku dengan menampakkan senyum tulus, iya aku tulus aku tidak ingin ibuku lebih sedih kalau tau aku juga sangat frustasi dengan tingkah ayah.

Ia tampak baik baik saja setiap aku memandangnya, mungkin ia berpikir aku tak mendengar tangisan itu setiap malam, dia pikir aku sudah terlelap hingga ia melepasnya sendirian setiap malam.

Sorot mata penuh kasih sayang itu menatapku ia mencoba mengukir senyuman semanis mungkin di hadapanku, memberiku sekotak bekal yang kemudian aku terima.

STARRY EYES // deepwinkTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang