26. Friends.....

67 11 10
                                    

Sebuah mobil hitam berhenti di depan perusahaan Bj company, salah satu perusahan paling besar dari JX group milik keluarga Bae. Mobil itu terparkir sembarang hingga seorang penjaga mengomel tapi setelah pintu terbuka dan menampilkan sosok tinggi dengan wajah tak asingnya penjaga itu terdiam dan langsung memberikan hormat.

Siapa yang tidak mengenal pewaris tunggal dari JX group, Seorang anak tampan dengan visual yang menakjubkan perpaduan dewa dan dewi keluarga Bae yang memang terkenal sangat karismatik juga kecerdasaannya.

Visual jinyoung memang sedikit mirip dengan ayahnya. Tidak, sebenarnya memang mirip dari segi apapun itu visual bahkan sifat. Sungguh itu adalah hal yang paling jinyoung benci di dunia yaitu mirip dengan ayahnya.

Semua orang di lobi yang sibuk lalu lalang pun menghentikan kegiatan mereka terkaget karena seorang pewaris muda mereka tidak ada angin hujan mendatangi kantor.

Semua orang terkejut terlebih hampir semua karyawan disini mengetahui bahwa Jinyoung seharusnya berada di rumah sakit.

Lelaki yang tak pernah datang ke kantor hampir 6 tahun, tapi semua karyawan tetap mengenalinya bagaimana tidak, aura bahkan tatapan dan sorot mata visual yang di gadang gadang menjadi salah satu lelaki tertampan di korea itu. Semua orang mengetahui perkembangan sang anak, bahkan desas desus pertengkaran keluarga mereka.

"Oh selamat siang tuan."

"Selamat siang."

"Ada yang bisa di bantu?"

Begitulah semua orang menyapa nya di setiap sudut saat melihat nya, namun sapaan itu tak pernah di balas nya atau di gubris sekalipun. Suasana hati yang kalut membuatnya enggan berpikir dan ramah itu bukan gayanya.

Ting! Pintu lift tertutup.

"Hah hah hah. Akkh." Jinyoung terengah dan meringis kesakitan, ia membuka 3 kancing kemejanya dari atas, di lihatnya luka yang bahkan belum mengering itu terasa nyeri dan darah merembes membuat perban putih yang membungkusnya berwarna merah hampir semua. Ia melihat dirinya di pantulan dinding lift yang bisa untuk bercermin, bibirnya pucat dan keringat membasahi keningnya.

Tidak jinyoung harus kuat, hanya luka kecil bukan? itu tak masalah, demi jihoon. Jinyoung tidak akan kehilangan orang tersayangnya lagi tidak itu tidak akan terjadi. Apalagi orang yang merebutnya itu adalah Ayahnya bukan dia benar benar bukan lagi ayahnya jika apa yang ada dipikirannya sekarang adalah benar perbuatannya.

Jinyoung menegakkan kembali tubuhnya, menghela napas tiga kali agar tenang sebelum.

Ting! pintu lift terbuka.

"Dimana presdir?" Lelaki dingin itu melihat seseorang yang ia ketahui adalah sekretaris dari presdir berjalan berlawanan dengannya dan sedikit terkejut melihat jinyoung.

Jinyoung tak menghentikan langkahnya sekretaris tadi pun kini mengikutinya.

"Ah- Presdir ada di ruangannya." tampaknya sekretaris itu sedikit gugup, ia bahkan tidak akan menyangka bahwa jinyoung akan ketempat ini lagi, dan secepat ini.

"Tapi bukankah tuan seharusnya di rumah sakit?"

Jinyoung menghentikan langkahnya lalu berbalik menatap datar sekretaris yang sama tinggi dengannya. Lelaki yang mengenakan kacamata itu ikut terhenti.

"Jadi? kalian berharap aku sekarat disana?"

Nada itu datar, kalimat itu pun tak ada penekanan tapi raut wajah jinyoung seakan meremehkan setelahnya ia tersenyum dan kembali berjalan.

"Tenanglah, aku tidak akan mati secepat itu."

Tampak jelas lelaki berkacamata itu menahan emosi nya ia berusaha tenang. Bagaimana pun ia hanya menjalankan perintah, ia hanya bekerja dan mencari uang. Selama ia di gaji dan itu termasuk pekerjaannya apapun itu akan ia lakukan.

STARRY EYES // deepwinkTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang