Hidup kaya dengan penuh rahasia dan hubungan yang tidak di ketahui orang lain.... Sebuah kekacauan dalam keluarga membuat keduanya harus terikat satu sama lain... dengan dua sisi dari seorang penguasa, masalah baru dimulai mengancam keduanya...
Apa...
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Hari ini.......
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
C9 school kehilangan murid terpintarnya...
Tepat di hari senin disaat ujian masuk universitas di seluruh kota diadakan...
~~~~~~
Seorang anak lelaki mengenakan pakaian serba hitam berjalan di tengah hujan salju melangkah dengan enggan dan perasaan campur aduk. Berkali kali ia mencoba berputar dan kembali tapi sangat sulit, sulit untuk kembali dan juga melanjutkan langkahnya, tapi dengan sebuah niat ia menembus rasa sesaknya.
Tak ia rasakan betapa dingin atau terasa beku tubuhnya, ia berjalan lunglai dengan tanpa tenaga, di tangannya menggenggam setangkai bunga mawar merah yang baru saja ia petik di jalan ntah milik siapa.
Ia sendirian di tengah hujan salju yang lebat tak lagi ia hiraukan peringatan yang sering di katakan orang itu padanya bahwa ia bisa sakit karena ini. Sesaat ingatan itu terlintas sesaat itu pula air wajahnya menjadi sendu.
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
"Hah." lelaki itu menghentikan langkahnya ketika ia sampai di atas tangga menuju ke sebuah tempat yang sama sekali tak pernah ia ingin datangi..
Tempat yang seumur hidupnya selalu ia hindari, tempat yang paling ia benci di dunia ini. Tempat terburuk
Kalian tau kenapa tempat ini tempat terburuk.. karena di tempat ini ia akan menjadi lemah, semua kenangan semua ingatan yang pernah ia dapatkan akan berputar, ingatan tentang kebahagiaan yang akan menjadi kesedihan di tempat ini... tempat paling memilukan dan menyayat.
Tempat orang tercintanya beristirahat....
Satu persatu ia menuruni tangga, sorot matanya menyiratkan sebuah penyesalan teramat besar juga kesedihan yang luar biasa.
Tangkai mawar itu ia genggam semakin erat setiap kali ia menambah turunan tangga yang ia lewati. Hingga darah menetes dari telapak tangannya namun tak ia rasakan, rasa sakit karna luka di tubuhnya tak ada apa apanya karena luka di hatinya jauh lebih sakit jika hanya di bandingkan itu.
Langkah demi langkah ia ambil, hingga lima langkah lagi ia sampai tujuannya.
Sebuah gundukan berselimut salju dengan batu nisan yang masih terlihat sangat baru.
Sekali lagi ia meremat tangkai bunga yang ia bawa.
Kenapa ia harus ketempat seperti ini kenapa? ingin kabur rasanya tapi inilah yang terjadi inilah kenyataan yang harus ia lalui dan rasakan.
Tangan kekarnya bergetar, pundak lebar itu juga melemas kepalanya menunduk.
Kenapa.. kenapa meninggalkanku
Lagi lagi sesak yang terus membelenggunya dua hari yang lalu kembali ia rasakan, perasaan tertahan yang tidak bisa di ungkapkan beban yang memenuhi hati dan pikirannya. Bahkan untuk yang terakhir kalinya ia tak bisa melihatnya....
"Jadi ini? kamu bilang kita bakal ketemu lagi, kita bahkan belum sempat berbaikan- tapi kenapa- ." Lelaki itu ambruk di tempatnya. Mengusap wajahnya dengan lengannya. Merasa frustasi.
"Kenapa pergi-"
Lelaki itu. Jinyoung mendekat menuju batu nisan yang tertancap disana ia usap perlahan lalu merematnya tiba tiba.
"Andai, andai aku yang disana andai saja aku yang di ruangan itu-" Krystal bening menetes dari mata gelapnya mengalir melewati pipi pucatnya membawa sebuah tekanan.
Rematannya pada batu itu semakin keras setiap kenangan yang ia ingat berputar di kepalanya.
"Gue gapapa jin." Kalimat itu kalimat terakhirnya, sorot mata terakhir yang ia lihat adalah sebuah ketulusan mata itu berbohong jika ia baik baik saja tapi kenapa jinyoung tak bisa melakukan apapun kenapa ia diam.
Kini ia kehilangan....
"Bodoh kamu bodoh!" Jinyoung berteriak mengadah ke langit, kembali ia menunduk di pandangnya gundukan di depannya dengan mata basahnya.
"Andai aku bisa memutar waktu, mungkin aku yang akan di bawah sana bukan?"
Jinyoung tersenyum pedih dengan air yang terus menggenang di pelupuk nya.
"Kau pasti kedinginan." Ia bangkit berdiri menatap tempat itu.
Pelan pelan ia letakkan di tengah tengah gundukan, setangkai mawar merah yang ia genggam sejak tadi. Mawar yang membeku.
"Kau tau aku kehilangan banyak sekali selama 4 hari ini, semuanya menghilang berturut turut." ia menghela nafasnya dan mengusap pipinya yang basah.
"Bahkan tak tersisa. Aku sendirian sekarang."
"Benar aku sendirian." jinyoung tertawa hambar.
"Ternyata ini yang harus aku bayar. Hidupku tidak pernah seperti umumnya, padahal hanya itu yang aku inginkan. Hidup normal."
"Tapi kenapa, kenapa semuanya berantakan."
❄❄❄❄❄❄
Jinyoung terus menatap tempat itu meski ia di hujani salju yang tak berhenti seakan ikut menangisinya. Ia lihat dari ujung ke ujung sampai di batu dengan ukiran nama.
"Sepertinya aku belum pernah mengatakan ini, bahkan sampai pertemuan kita yang terakhir."
Jinyoung kembali berjongkok, dahinya disandarkan di batu hitam itu, sambil memeluknya ia berbisik.
"Aku juga sangat berterimakasih padamu terimakasih sudah bersamaku dan menjagaku."
Tak lama sosok itu pergi, meninggalkan penuh semua lukanya disini. Di pandangnya dari atas tempat itu.
"Cantik."
Tempat ini indah cukup indah untuk membuang luka. Tapi aku sedikit lega....
Semoga aku tidak akan datang ketempat ini lagi untuk waktu yang lama...
Seulas senyum antara pedih dan syukur itu tersemat di wajahnya ia merasa dirinya akan sangat rindu, tapi inilah yang harus ia hadapi.... mungkin ini hukumannya