Pagi yang cerah, udara juga tampak rendah polusi, sinar matahari dengan leluasa menusuk bumi memberi kesan hangat. Seharusnya di saat seperti itu hujan agar suasana menjadi lebih mendalami tapi kenapa cerah.
Seorang pemuda memakai sebuah jas lengkap terlihat sangat rapi seperti akan menghadiri suatu acara formal tapi sebenarnya tidak juga.. ntahlah jihoon juga tidak tahu itu formal atau tidak yang jelas ia hanya ingin terlihat sopan.
Di oleskannya lipbalm pada bibir plum miliknya memberi kesan lembap dan pink alami, kedua tangannya menyapu seluruh jas yang ia pakai dan membenahinya. Lalu mengambil sebuah kotak berwarna merah yang ada di sampingnya.
"Anda bisa menunggu di sini." Kata jihoon si pemuda itu pada seseorang yang di depannya dari kursi penumpang.
"Apa tidak perlu di temani?"
"Tidak usah."
"Kau yakin jihoon." Sesaat jihoon menghentikan tangannya yang akan segera membuka pintu mobil.
"Aku yakin, anda sudah cukup banyak membantu ku juga jinyoung ini adalah sesuatu yang harus aku lihat sendiri, bukan tidak menghargai anda hanya.. sebuah privasi."
"Bukan itu maksud ku jihoon."
"Lalu?" jihoon mengernyit menatap lelaki yang lebih tua darinya mungkin lebih tua 8 tahun meski tak terlihat wajahnya yang menghadap ke depan.
"Maksudku, tentang perasaanmu apa kau kuat nanti, aku hanya takut kamu kenapa kenapa."
"Tidak pak Hwang, aku bisa. Terimakasih selalu peduli terhadapku." Jihoon membuka pintu mobil meninggalkan pak Hwang, seseorang yang mengantarnya ke tujuan hari ini.
Pak hwang Minhyun salah satu orang kepercayaan Bae jinyoung sepertinya sudah pernah dijelaskan juga sebelumnya, ia juga saksi dimana semua kejadian ini di mulai, saat Bae jinyoung bertemu dengan Park Jihoon dan apa yang membuat tuannya itu berubah total. Hingga mulai dari situ pak Hwang selalu ikut andil dalam hal melindungi Park Jihoon. Sudah pasti orang yang menyuruhnya adalah Baejinyoung, sebetulnya tak disuruh pun Hwang Minhyun akan tetap menjaga tuannya yang otomatis juga menjaga jihoon. Sebenarnya ia masih muda hanya saja dia terlalu berwibawa dan sangat pantas untuk di hormati jadi jihoon memanggilnya dengan sebutan pak Hwang agar terlihat lebih formal.
"Hum aku tidak pernah ketempat seperti ini." Manik jihoon menjelajah seluruh sudut tempat disana, dua kata yang bisa ia katakan tentang tempat itu, indah dan sendu.
Meski angin berhembus cukup kencang pagi ini dan juga matahari yang bersinar terik, namun tidak dengan suasana hati Jihoon yang dilanda rasa gelisah serta ketidakyakinan akan pantasnya dia berada di tempat seperti ini, jujur ini pertama kalinya ia datang menemui Ibu jinyoung.
Perlahan Jihoon berjalan di sebuah anak tangga menuju ke atas tempat yang sangat indah, pegunungan di tepi pantai, bisa di lihat juga pemandangan luasnya laut biru yang terbentang dibawah sinar mentari dengan angin yang cukup hangat.
"Silahkan lewat sini." Seseorang dengan pakaian hitamnya yang rapi menuntun jihoon ke sebuah aula dimana terdapat kotak kotak tempat seperti penyimpan surat, Jihoon tampak bingung karena memang banyak sekali dan apa mungkin jihoon bias mencari kotak dengan kunci yang pas seperti yang ia bawa?
"Mari. Saya sudah di beritahu akan ada yang datang untuk melihat kotak milik Nyonya Baejoohyun. Oh rupanya Jihoon tidak perlu repot repot mencari, ia pun segera mengikuti orang tersebut yang menuntunnya, tak lama ia sudah berdiri di jajaran kotak yang terlihat lebih sedikit dari yang ada di depan tadi, dan ini terlihat lebih privasi sepertinya.
"Saya tinggal, jika ada yang perlu di bantu silahkan panggil saya, saya ada di depan."
"Baiklah terimakasih" Tidak lupa jihoon membalas membungkuk sebelum orang tersebut pergi.
KAMU SEDANG MEMBACA
STARRY EYES // deepwink
Fiksi PenggemarHidup kaya dengan penuh rahasia dan hubungan yang tidak di ketahui orang lain.... Sebuah kekacauan dalam keluarga membuat keduanya harus terikat satu sama lain... dengan dua sisi dari seorang penguasa, masalah baru dimulai mengancam keduanya... Apa...