19. Deeptalk......

69 9 33
                                    

Jihoon pov

Aku berdiri diatas pasir, tanpa alas kaki. Udara dingin menyentuh kulitku di sertai angin yang cukup bisa mengayunkan helaian rambutku menjadi berantakan. Aku memeluk diriku sendiri dan meringis merasakan dinginnya tempat ini, pandanganku tertuju luas kedepan sana aku juga mendengar deburan air yang saling bertabrakan menciptakan suara gemuruh yang bagiku cukup menenangkan.

Lalu aku menoleh pada seorang tak jauh dari pandanganku, orang itu berjalan mendekat, ia memakai kaos berwarna putih dan celana jeans biru selutut senada dengan ku yang menggunakan jaket biru cerah dan celana jeans biru tua. lelaki itu datang membawa dua minuman hangat pesananku ditangannya, tak lupa senyum menawannya kala ia menyodorkan minumannya padaku.

"Menikmatinya?" dia bertanya padaku dengan suara rendah yang sedikit terbawa angin, pandangannya tertuju pada hamparan laut luas, sebenarnya aku tak yakin tepatnya apa yang ia tanyakan, minumannya? atau tempat ini? tapi aku mengangguk pelan menyetujui apapun pertanyaan itu karena aku menikmati semuanya, ya semuanya termasuk pemandangan yang lebih menarik di sampingku ini.

Lihatlah pahatan indah di wajahnya itu, begitu tegas, mata hidung bibir ah bagaimana bisa manusia sesempurna dia, di tambah sayup sayup cahaya rembulan yang entah mengapa membuat wajah itu bersinar sangat rupawan di mataku. Manik tajam yang tampak lebih santai garis rahang tajam sempurna dan senyum itu, dia menatapku dengan senyumnya.

"Kenapa ji ada sesuatu."

"Ah nggak koq." Suaraku sedikit serak aku ketahuan melirik nya tadi malunya pipiku bahkan terasa panas, pasti merah, beruntung disini cukup gelap jadi lelaki di sampingku ini tidak akan mengetahuinya.

Aku meliriknya sekali lagi lewat ekor mataku, lelaki yang sudah bersamaku selama 5 tahun terakhir kini sudah dewasa, kita hampir lulus dan aku senang bisa menjadi rumah baginya.

Kita sedang berlibur, hanya kita berdua saja, tempatnya tidak cukup jauh koq karena kita memang sudah sering kesini, tempat ini cukup ramai di sore hari tapi jika di jam segini sudah tidak ada orang yang berkunjung lagi.

Aku menyingkap lenganku sedikit memperlihatkan jam yang kupakai di sebelah kiri tanganku, pukul 9 malam.

Jinyoung dan aku sering ke tempat ini bersama dulu, tapi sudah hampir 2 tahun kita tak pernah ketempat ini lagi, dan akhirnya kita kembali kesini untuk...

"Duduk." Jinyoung menepuk sebelah tempat ia terduduk, ku ikuti saja keinginannya.  Aku duduk sambil memeluk kedua lututku, aku merinding sejenak kala memduduki pasir yang dingin. Merasa sedikit tak nyaman tapi aku menyamankannya sebisaku.

Helaan napas panjang terdengar dari mulut jinyoung, ia mengadah ke langit lalu kuikuti arah pandangnya, ia melihat bintang bertaburan aku tertegun sesaat oleh bintang bintang diatas sana, lalu pandanganku turun menatap lelaki di sampingku yang sudah memejamkan matanya. Seperti mencari sebuah ketenangan.

"Apa yang kau takutkan jihoon?" lelaki itu masih terpejam dengan kepala mengadah. Ah sesinya sudah di mulai. Aku berharap sesi ini tidak akan berat.

"Aku... " jujur banyak sekali yang aku takutkan dan khawatirkan tapi aku akan memilih salah satu.
"Tidak bisa hidup normal seperti orang orang."

Matanya terbuka, lelaki itu menatapku lekat dan terdiam sesaat.

"Apa menurutmu selama ini kau tidak hidup normal?"

"Ya. Ada banyak kejadian menggemparkan dalam hidupku." Aku tersenyum kecut meratapi kejadian kejadian dalam hidupku.

"Ayahku seorang narapidana dan aku orang tidak berada, hidup dengan susah payah bergantung beasiswa, latar belakang yang bisa saja di gunakan seseorang untuk menolakku bekerja ditempatnya."

STARRY EYES // deepwinkTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang