Sebuah brankar didorong dengan cepat menuju ruang UGD. Nampak seorang gadis yang masih memejamkan mata dengan darah yang keluar dari dahinya. Gadis itu adalah Aretha. Keadaan Aretha kritis karena jarak antara rumah sakit dan tempat kejadian lumayan jauh itu membuat Aretha mengeluarkan banyak darah. Sandy sendiri sudah tergesa-gesa menuju ruang UGD.
Pihak rumah sakit menelpon nomer yang ada di ponsel Aretha hanya ada tiga nomer yang ada di kontak Aretha. Awalnya pihak rumah sakit menelepon nomer Alta karena sering di hubungi Aretha, namun tak ada jawaban. Pada akhirnya pihak rumah sakit menelepon Sandy karena Aretha tidak memiliki nomer mama atau papanya. Sandy duduk di depan UGD dengan hati yang cemas. Sandy mencoba menelepon Gebby untuk mengabari tentang Aretha.
"Hallo By"
"Iya San ada apa" jawab Gebby di sebrang sana
"Lo tolong ke rumah Aretha nemuin keluarganya suruh ke rumah sakit yang deket taman kota," ucap Sandy lesu.
"Ha! Emang siapa yang masuk rumah sakit?” Tanya Gebby berteriak.
"Aretha By, dia sekarang ada di UGD "
Setelah mengetahui itu Gebby segera menutup teleponnya dan bergegas menuju rumah Aretha. Sandy sendiri mengacak-acak rambutnya frustasi karena Aretha masih dalam keadaan kritis.bPintu UGD terbuka, Sandy segera berdiri dan menanyakan keadaan Aretha.
"Dok, temen saya gimana keadaannya?" Tanya Sandy dengan nada cemas
"Kondisi teman kamu masih kritis, benturan di kepalanya membuatnya dan keterlambatan dalam pertolongan pertama membuat teman anda mengeluarkan banyak darah. Dia membutuhkan donor darah dengan golongan A dan untungnya stok darah di rumah sakit masih ada. Teman kamu akan dipindahkan ke ruang perawatan," kata dokter laki-laki itu.
Ruangan serba putih dengan sesosok gadis yang masih memejamkan mata. Dengan perban masih melilit kepalanya. Orang tua Aretha sudah mengetahui keadaan Aretha dari mbok Ijah, tapi mereka belum bisa datang karena sebuah masalah.
Alta sendiri juga belum mengetahui kabar itu, telepon yang masuk dari nomer Aretha sengaja tidak diangkat Alta, bahkan di hari Minggu ini Alta tidak memiliki niatan untuk sekedar mampir di rumah Aretha atau menelepon Aretha, kali ini dia berkunjung ke rumah Aqila.
"Eh Alta, kenapa gak sekalian ajak Aretha?" Tanya Aqila.
"Gak usah, paling kalau diajak dia gak mau," ucap Alta masuk ke dalam rumah Aqila.
Sejak kecelakaan kemarin Aretha belum juga sadar dan membuka mata. Gebby dan Alta baru sampai di ruangan Aretha dirawat. Mereka berdua duduk di dekat ranjang Aretha sedangkan Mbok Ijah pulang ke rumah untuk membawa bajunya karena kemarin saking paniknya mbok Ijah lupa membawa baju ganti.
"Aretha kok masih tidur sih, gak kangen sama Gebby, Aretha gak pingin denger gombalan recehnya Sandy lagi," ucap Gebby mulai terisak.
"Iya, kapan lo bangun. Besok udah sekolah lho. Lo gak mau gitu bikin onar lagi, bikin pak botak panas dingin ngadepin lo," ucap Sandy diiringi tertawa kecil.
Gebby melihat Sandy yang mencoba tegar melihat orang yang dia sayang dalam keadaan kritis. Gebby sendiri merasa kehilangan sahabat sekaligus kakak yang melindungi Gebby. Sebuah tangan memegang bahu Sandy dan Gebby.
"Udah kalian gak usah khawatir gitu, Mbok Ijah tahu non Aretha itu gadis yang kuat. Kalian harus percaya dan berdoa ya kalau non Aretha pasti bisa melewati masa ini" ucap Mbok Ijah tersenyum tulus.
KAMU SEDANG MEMBACA
Gadis Onar
Teen Fiction"Apa yang lo pegang, gue anggep sampah!" Seorang gadis troublemaker atau gadis yang sering membuat onar.Aretha Zayba Almira yang biasa dipanggil Aretha. Yang sudah pindah sekolah entah sudah berapa kali, hingga takdir mempertemukan Aretha dengan sah...