Aretha berlari dengan kencang melewati lorong-lorong kelas, niat Aretha yang ingin berangkat pagi ke sekolah untuk mengerjakan tugas matematika, lebih tepatnya menjiplak tugas temannya.
Saat hampir sampai di kelasnya, Aretha dikejutkan dengan melihat Aqilla yang tengah menangis di dalam kelasnya. Kelas Aqilla tampak sepi. Aretha menghentikan aktifitas berlari dan masuk ke kelas Aqila. Aretha duduk di depan meja Aqila.
"Ngapain lo kesini?" Tanya Aqila
"Buat nemenin lo lah, kasihan gue lihat lo nangis sendiri. Temen lo Feli kemana sih, gak biasanya lo berdua kagak bareng," ucap Aretha duduk di samping Aqila.
"Huwaa Aretha, Feli Ret," ucap Aqila yang tiba-tiba memeluk Aretha sambil menangis.
Aretha membiarkan Aqila memeluk dirinya, dia akan bertanya jika Aqila sudah merasa sedikit tenang tidak menangis tersedu-sedu seperti ini. Sampai akhirnya Aqila melepas pelukannya dan tidak menangis sehisteris tadi.
"Udah nangisnya. Mau cerita ke gue gak, biar beban lo sedikit berkurang. Gini-gini gue pendengar yang baik kok."
"Feli Ret, ternyata dia cuma manfaatin gue doang. Dia temenan sama gue karena uang gue. Kita temenan sejak SMP, lima tahun itu gak lama Aretha," ucap Aqila dengan suara yang seraknya.
"Terus lo sedih gini gak ada gunanya Aqila. Gini deh, lo gak boleh nangis, lo gak boleh ngeluarin air mata buat orang gak tahu diri kayak Feli. Air mata lo gak pantes buat Feli, ngerti? Lo tahu gak semua orang berhak bahagia. Lo lihat Feli, dia bahagia tanpa lo jadi kenapa lo gak bisa tanpa dia," tutur Aretha panjang kali lebar
Aqila tersenyum lalu mengangguk. Baru pertama kalinya Aqila melihat Aretha bersikap dewasa seperti ini, biasanya dia seperti anak kecil yang sering sekali berbuat onar. Aqila merasa bersalah karena pernah berbuat jahat ke Aretha dulu.
Sekejap Aretha mendengar suara bel berbunyi, kelas Aqila kini sudah mulai ramai murid yang berdatangan. Aretha menepuk jidatnya sendiri karena baru ingat belum mengerjakan matematika. Padahal niat utamanya berlari tadi, supaya cepat sampai kelas untuk menjiplak tugas temannya. Tanpa sepatah kata lagi, Aretha segera berlari menuju kelasnya.
"Siap-siap dihukum lagi kan," ucap Aretha sambil berlari.
Jam menunjukkan pukul 09.05, sudah hampir dua jam Aretha masih berdiri di depan kelas dengan kaki diangkat satu sedangkan kedua tangan memegang kedua telinganya. Kakinya mulai pegal. Dia dihukum karena tidak mengerjakan tugas matematika. Boro-boro Aretha ngerjain tugas, melihat bukunya saja membuat Aretha mual.
"Bu indah, Aretha udah bisa kembali ke tempat duduk gak, kaki Aretha udah pegel Bu," ucap Aretha dengan suara lantangnya, "biasa aja dong Bu matanya. Kalau copot beneran baru nyesel," ucap Aretha santai saat Bu indah memelototinya.
"ARETHA....."
"Gak usah teriak Bu, kuping Aretha masih normal ya, masih bisa denger suaranya Bu indah. Suaranya Bu indah aja Aretha dengerin apalagi suara hatinya doi yang minta Aretha menjauh walaupun itu sakit buat Aretha"
Satu kelas tertawa saat mendengar apa yang Aretha ucapkan, tak banyak dari mereka yang menyoraki Aretha.
"Sama aku aja atuh neng kalau doinya gak mau."
"Bucin terus."
"Sad dong."
"Busettt langsung jleb aja."
KAMU SEDANG MEMBACA
Gadis Onar
Teen Fiction"Apa yang lo pegang, gue anggep sampah!" Seorang gadis troublemaker atau gadis yang sering membuat onar.Aretha Zayba Almira yang biasa dipanggil Aretha. Yang sudah pindah sekolah entah sudah berapa kali, hingga takdir mempertemukan Aretha dengan sah...