Aretha hari ini sedang berada di depan kantor guru untuk mencoba melepaskan seekor burung dari sangkarnya. Dengan kursi kayu sebagai tumpuan kakinya, dia mengambil sangkar burung yang tergantung. Saat burung itu sudah terlepas, Aretha bergegas untuk lari dari situ. Nafasnya ngos-ngosan hingga tak sengaja menabrak seorang siswa yang sedang berjalan berlawanan dengan Aretha.
"Kalau jalan pakek mata dong!!" ucap siswa itu.
"Eh, yang ada jalan itu pakek kaki. Mana ada jalan pakek mata, serem dong. Gila ini anak," ucap Aretha bersiap untuk lari lagi saat melihat pak botak mengejarnya.
Saat Aretha ingin berlari, siswa itu menarik tangan Aretha agar tidak mencoba kabur. Aretha menarik tangannya dari genggaman siswa itu. Namun gagal, tidak ada pilihan lain, Aretha memukul dititik kelemahan di area lengan siswa itu. Saat siswa itu melepas genggaman tangannya, Aretha menggunakan jurus berlari seribu bayangan.
"Aretha jangan lari kamu!" ucap pak botak mengejar Aretha.
"Gila itu cewek," kata siswa itu saat Aretha dan pak botak berlari melewatinya.
Pada akhirnya Aretha berhasil ditangkap pak botak dan disuruh menunggu di ruang BP. Pak botak masuk dan duduk di hadapan Aretha. Pak botak menggelengkan kepala tanda heran dengan kelakuan Aretha. Sedangkan Aretha hanya duduk diam dan melemparkan senyuman hangat ke pak botak.
"Apa yang kamu lakukan Aretha?" Tanya pak botak mengelus kepala botaknya.
"Santuy pak, gak usah ngegas gitu dong. Rileks, tenangkan pikiran," ucap Aretha membuat pak botak mengelus dadanya.
"Gimana saya bisa santai Aretha. Itu burung kesayangan bapak, itu burung pemberian kakek saya."
"Widih berarti pak botak manggilnya kakek dong. Kakek burung, kakek burung gitu dong, kan seumuran sama kakeknya pak botak. Berarti pak botak lebih muda dong."
Pak botak geleng-geleng kepala dengan perkataan Aretha yang selalu bisa menjawabnya dan membuat pak botak tidak bisa berkata-kata lagi. Sudah pasrah pak botak melihat kelakuan Aretha. Baru dua hari Aretha bersekolah disini membuat semua guru hanya bisa pasrah dan geleng-geleng kepala dengan kelakuan Aretha.
"Gini pak, kata guru biologinya Aretha, binatang itu tempatnya di alam bebas pak. Burung juga binatang kan, butuh kebebasan juga pak, jadi Aretha lepasin aja deh,” ucap Aretha dengan nada meyakinkan, "tapi tenang pak, kalau lapar pasti balik," kata Aretha melanjutkan ucapannya.
"Kalau gak balik?" Tanya pak botak memajukan badannya.
"Ya hilang pak," ucap Aretha santai
Sekali lagi Aretha membuat pak botak kehabisan kata-kata. Sebagai gantinya Aretha dihukum untuk hormat bendera selama satu jam. 45 menit Aretha lalui di bawah tiang bendera. Gebby datang dengan membawa air mineral dingin.
"Capek gue, kaki gue gak berasa. Gue gak lumpuh kan By?" ucap Aretha saat berteduh di bawah pohon karena hukumannya selesai dan jam olahraga masih berlangsung
"Aretha kalau ngomong jangan gitu. Salah Aretha sendiri sih,” ucap Gebby sambil menyerahkan air mineral
"Tapi niat gue baik lho By, gue cuma mau lepasin itu burung. Kasian gak bisa bebas," tutur Aretha membuka tutup botol air mineral dan meminumnya.
"Iya, Gebby tahu, tapi ya lihat-lihat dulu dong," tutur Gebby duduk di samping Aretha.
"Iya dah iya, lain kali gue mau ngelepasin macan aja kalau gitu."
Ucap Aretha tertawa saat melihat Gebby terkejut. Mendengar Aretha mulai tertawa Gebby pun ikut tertawa. Saat jam-jam pelajaran bergilir dan bel istirahat berbunyi. Aretha tidak ke kantin karena malas mengantri, padahal perut Aretha meronta-ronta minta makanan. Gebby sedang ada bimbingan lomba jadi Aretha sendiri di kelas. Hingga Alta datang membawa dua roti coklat dan minuman untuk Aretha.
KAMU SEDANG MEMBACA
Gadis Onar
Teen Fiction"Apa yang lo pegang, gue anggep sampah!" Seorang gadis troublemaker atau gadis yang sering membuat onar.Aretha Zayba Almira yang biasa dipanggil Aretha. Yang sudah pindah sekolah entah sudah berapa kali, hingga takdir mempertemukan Aretha dengan sah...