Aretha sudah datang delapan menit lebih awal dari janjinya dengan Alta. Dia menikmati secangkir late untuk menemaninya. Dia melirik jam, ini sudah lewat lima menit dan Alta belum juga sampai. Padahal Aretha ingin segera melunasi rasa penasaran yang Alta buat.
Lonceng cafe berbunyi, Aretha melihat Alta masuk dengan senyum yang tak pernah luntur. Alta berjalan menuju meja Aretha.
"Langsung to the points oke," ucap Aretha menyandarkan punggungnya ke kursi cafe dan menyilangkan kedua tangannya di depan dadanya.
"Oke. Gini, gue mau jelasin kalau gue nembak lo bukan karena gabut atau iseng doang, gue emang sayang sama lo Aretha. Dan gue deket sama Aqila karena dulu waktu SMP saat lo pindah, gue jadian sama Aqila dan bisa dibilang Aqila frist love gue. Gue putus sama Aqila karena salah paham doang," ucap Alta panjang kali lebar.
Aretha hanya mengangkat alisnya. Dia menunggu kelanjutan cerita dari Alta. Alta menatap mata Aretha dalam-dalam. Aretha hanya memandang Alta datar tanpa ekspresi.
"Terus?" Ucap Aretha
"Terus, pas lo sekolah dan satu sekolah sama gue, buat gue makin suka sama lo Aretha. Gue pacaran sama Zahra buat lihat apa lo cemburu atau enggak dan ternyata lo suka ama gue. Saat hari pertama kita pacaran, Aqila datang dan jelasin semuanya. Gue seneng dan tanpa pikir panjang rasa yang dulu ada muncul kembali"
"Bego," ucap Aretha dengan ekspresi datar
"Iya, gue bego karena dari dulu gak mau dengerin penjelasan yang Aqila beri. Gue milih menghindar. Mulai di situ gue bingung perasaan gue ada pada lo atau ada pada Aqila. Gue sebenarnya gak mau bikin kalian berdua sakit hati, tapi gue bingung harus milih siapa."
"Kesalah pahaman apa yang terjadi antara lo sama Aqila," ucap Aretha dengan tatapan berubah menjadi sedikit melembut.
Alta menceritakan kesalah pahaman yang terjadi di antara mereka berdua. Aretha mendengarkan dengan baik-baik. Rasa penasaran yang ada pada diri Aretha perlahan mulai mendapat jawabannya satu demi satu.
"Dan gue mau ucapin kalimat berpisahan sama lo," ucap Alta tersenyum.
"Maksud lo?" Ucap Aretha mengernyitkan dahinya.
"Gue mau pergi besok. Gue mau lanjutin sekolah gue di Amerika ikut papa gue yang kerja di sana," ucap Alta masih dengan senyumannya yang tidak pernah luntur.
"Tapi, lo udah kelas tiga kan,"
"Iya, gue tahu. Tapi, keputusan gue udah matang buat pindah sekolah," ucap Alta masih dengan senyumannya.
"Apa alasannya karena gue?" Tanya Aretha memastikan.
Alta menggeleng pelan. Dia berdiri dan keluar dari cafe. Aretha terdiam sekejap. Apa benar alasan Alta pindah itu dirinya. Alta tidak menjawab pertanyaan membuat sebuah logo tanda tanya muncul di pikiran Aretha.
Aretha berdiri dan pulang kerumahnya. Saat sampai di dalam rumah, Aretha berjalan dengan tatapan kosong sampai tidak menyadari di ruang tamu jika ada dua orang tamu yang tersenyum melihat Aretha pulang.
"Aretha," panggil mamanya
"Eh, iya ma. Ada apa ma?" Ucap mama Aretha melirik dua orang tamu yang masih setia duduk
Aretha mengalihkan pandangannya ke kursi tamu. Ternyata dua orang tamu yang sedang duduk dan tersenyum adalah Sandy dan mamanya. Aretha berlari memeluk mama Sandy dan pelukan Aretha dibalas oleh mama Sandy. Mereka semua duduk. Mama Aretha meletakkan beberapa bingkisan yang dia bawa untuk mengucapkan terima kasih ke Aretha karena telah menolongnya.
"Aretha, sekali lagi saya mau berterima kasih karena kamu sudah menolong Tante," ucap mama Sandy tersenyum.
"Tante repot-repot banget sampai bawain saya buah-buahan. Aretha jadi enak" ucap Aretha tersenyu membuat semua orang ikut tertawa.
"Kemarin ucapan aja gak cukup bagi Tante, jadi Tante meminta Sandy untuk menemani Tante ke rumah kamu. Makasih sekali lagi karena sudah menolong saya dengan mendonorkan darah kamu Aretha, walaupun kamu pobia sama jarum suntik kamu tetap memaksakan menolong Tante."
"Udah Tante selow aja, kalau Aretha masih bisa membantu akan Aretha bantu walaupun melewati badai dan Guntur sekalipun," ucap Aretha alay.
"Kealayan lo udah merajalela Ret," ucap Sandy membuat Aretha cemberut
Cukup lama mereka berbincang-bincang sampai tanpa mereka sandari hari sudah mulai gelap. Mereka berdua pamit untuk pulang. Setelah selesai makan malam Aretha membuka ponselnya. Dia ingin sekali menelepon Alta untuk bertanya agar rasa penasarannya hilang. Tapi ego dan gengsinya terlalu besar dan menolak untuk melakukan itu.
"Bodo ah," ucap Aretha yang pada akhirnya memutuskan menelepon Alta
Sudah kelima kalinya tapi nomer Alta tidak lagi aktif. Pikiran negatif memenuhi pikiran Aretha. Dia mulai berpikir Alta pindah karena dirinya. Aretha merutuki dirinya sendiri. Seharusnya Aretha tidak berbicara terlalu kasar ke Alta. Apa mungkin Alta merasa sakit hati karena ucapannya.
"Bego lo Ret, lo kalau mau marahin orang dipikir dulu kalimatnya,” ucap Aretha memukul dahinya.
Aretha sudah emosi saat melihat Alta membohonginya. Bagi Aretha menjadi Alta yang mencintai dua hati sekaligus itu tidak mudah. Besok Aretha akan pergi ke bandara untuk menemui Alta dan meminta maaf secara langsung.
Hari ini Aretha bisa, tapi sudah malam. Pasti papa dan mamanya melarangnya untuk pergi. Sudahlah, Aretha menarik selimut untuk menutupi sebagian tubuhnya, dia tertidur dan masuk ke alam mimpi.
KAMU SEDANG MEMBACA
Gadis Onar
Novela Juvenil"Apa yang lo pegang, gue anggep sampah!" Seorang gadis troublemaker atau gadis yang sering membuat onar.Aretha Zayba Almira yang biasa dipanggil Aretha. Yang sudah pindah sekolah entah sudah berapa kali, hingga takdir mempertemukan Aretha dengan sah...