"Raqil, bangun nak. Udah jam 6 loh, kamu harus sekolah".
"Emmh, iya bun tunggu 10 menit lagi. Aqil masih ngantuk nih", jawabku.
"Eh, ayo bangun!"
"Iya bun", aku tetap menjawab tapi enggan untuk membuka mata.
Kesal melihat kelakuanku, bunda mengeluarkan ultimatum, kelemahanku.
Oh, shit.
Dengan berat hati aku membuka mata dan mendapati bunda berada disamping kasur.
"Nah gitu dong".
Aku tersenyum kaku dan bunda bergegas keluar kamar.
Dengan langkah berat karena masih mengantuk, aku bersiap untuk mandi.
Selesai dengan semua, aku bergegas turun untuk sarapan.
"Pagi semua", ucapku menghampiri meja makan, naasnya disambut dengan kecupan di kening dari abangku.
"Apa sih bang, Aqil udah gede ya, udah ga pantes dicium gitu, geli tau ga", keluhku.
Abang hanya terkekeh mendengar keluhanku tersebut, ugh, betapa menyebalkannya.
"Suruh siapa jadi adek manis begitu".
"Dikata Aqil tuh gula? Idih", tanpa sadar aku mengerucutkan bibir.
Mungkin ini yang disebut dengan brother complex. Mengerikan bukan?
...
"Heh, itu muka kenapa ditekuk gitu? Mirip monyet anjir"
Sialan, Dian. Baru saja aku masuk kelas, ini bocah main ngatain aja.
"Kening aku udah ga perawan lagi, An", balasku sambil menjitak kepala Dian.
"Gara-gara bang Rafiq nih", lanjutku.
"Eh, tolol, sakit woy. Dramatis banget jadi cowok, disayang sama abang sendiri malah bikin dia jadi orang mesum dasar", keluh Dian sambil balas menjitak kepalaku dengan buku yang dipegangnya.
Aku meringis karena mendapat boomerang jitakan, malas berdebat dengan cewek tomboy macam Dian. Ga akan ada ujungnya kalau udah adu mulut dengannya.
Dian Rasya, sahabatku dari awal masuk SMA. Tomboy, anak motor, ngomong ceplas-ceplos, tapi anaknya friendly. Dia ramah dan selalu menyapa duluan. Dian ini tinggi, bahkan lebih tinggi dari aku, badannya ramping, kulitnya kuning langsat, dan wajahnya sangar tapi lumayan cantik juga sih.
Walaupun dia selalu menyebalkan, tapi Dian itu asik, selalu betah kalau ngobrol bareng. Tapi temen-temen sekelas segan ke Dian, karena Dian adalah ketua kelas.
Karena tampang sangarnya itu ngebantu dia buat pimpin kelas, kelakuannya emang diluar nalar tapi dirinya selalu jadi peringkat 1 di sekolah. Uniknya, Dian udah terlalu sering ketauan tidur tiap mata pelajaran dan ternyata itu semua gak berpengaruh buat kecerdasannya haha.
"Aqil, katanya bakal ada murid pindahan dari Jakarta tuh. Bau-baunya sih bakal sebangku sama kamu", terang Dian sambil menunjuk bangku kosong sebelahku.
"Baguslah, gak akan sepi dong. Bosen dikerjain mulu sama kamu, An, capek batin".
Dian hendak menjitak kepalaku lagi, namun segera ia urungkan setelah mendengar ucapan salam dari seseorang yang datang dari pintu kelas.
Dian yang duduk dibangku depanku memutar badan dan bangkunya menghadap ke depan.
"Si-", Dian hendak menyiapkan, namun dipotong oleh pak Toni, wali kelas kami.
"Tidak usah disiapkan Dian, bapak hanya akan menyampaikan sesuatu. Berhubung beberapa menit lagi bel masuk, bapak percepat saja takut mengganggu KBM pertama kalian", jelas pak Toni.
Pak Toni terlihat melambai kecil tangan kirinya ke arah pintu kelas, seketika pandanganku dan teman-teman terfokus pada sosok lelaki yang memasuk ruang kelas dengan santai.
Gerakannya apakah di slow motion? Atau hanya pikiran aku aja?
Setelah sosok itu berada disamping pak Toni, terdengar jeritan "Kyaaa!!" dari perempuan penghuni kelas, kecuali Dian yang bodo amat.
'Tinggi banget?', pikirku dalam hati.
"Anjir lah, telinga aing bisa budek nih", samar aku bisa mendengar Dian mengeluh bersamaan dengan jeritan itu sambil menutupi telinganya sendiri.
Aku terkekeh geli melihat reaksi mereka, berlebihan sekali pikirku. Kayak gak pernah lihat cowok aja.
"Hey, sudah sudah, kondusif ya semuanya. Kalian kedatangan keluarga baru di kelas ini, asal Jakarta, silahkan nak perkenalkan diri kamu".
Lelaki tinggi yang berdiri disamping pak Toni sempat terdiam sejenak, tatapannya sedang menjelajah isi kelas hingga aku merasakan tatapannya bertemu denganku.
T b c h o n e y
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.