"Eh buset. Ganteng-ganteng tiis"
. . . .
"Hey, sudah sudah, kondusif ya semuanya. Kalian kedatangan keluarga baru di kelas ini, dari Jakarta nih. Silahkan nak perkenalkan diri"Lelaki jangkung yang berdiri disamping pak Toni itu sempat terdiam sejenak, tatapannya menjelajah isi kelas sampai tatapannya bertemu denganku.
Dia langsung membuka suara.
"Nama gue Fajri Al Fatih, salam kenal",
Selang beberapa detik, dia diam. Ga ngomong apa-apa lagi.
Pak Toni yang disebelahnya kelihatan terheran, "Ada lagi yang ingin disampaikan?"
Lelaki yang bernama Fajri itu menggelengkan kepala, di ikuti sorakan kecewa dari para ughtea penghuni kelas.
'udah gitu aja? Mantul, singkat amat cuy', batinku
Aku melihat pak Toni senyum memaklumi.
"Kalau begitu ...", ucapan pak Toni sempat terjeda karena sedang mengedarkan pandangan seperti mencari sesuatu,
"... nah, nak Fajri bisa duduk sebangku dengan Raqil", lanjut pak Toni sambil menunjuk kearah bangkuku yang kosong satu.
Fajri hanya mengangguk dilanjut melangkah ke bangku tempatku duduk, sampai di depanku dia diam sejenak memandangku.
Aku yang peka dipandangnya membalas dengan senyuman kecil, tapi reaksi Fajri datar. Selang beberapa detik, dia menjatuhkan pantatnya di bangku sebelahku dengan kalem.
"Nah kalau begitu bapak kembali ke ruang guru ya, untuk nak Fajri semoga cepat beradaptasi, Raqil bantu nak Fajri ya", pesan pak Toni sebelum beranjak pergi dari kelas.
Aku dan Fajri mengangguk bersamaan.
Suasana kelas menjadi ribut sesudah pak Toni pergi, para ughtea berbisik-bisik ria sambil menatap Fajri namun enggan untuk menghampirinya.
Aku yang dilanda suasana canggung memberanikan diri untuk mengajak berkenalan.
"Uy kenalin, aku Raqil Adriansyah", aku mengulurkan tangan namun tangan mulus ini malah dikacangin
"Hem",
Singkat, padat dan jelas
'kampret, songong amat di hari pertama masuk', batinku
"Haha, ngukuk. Raqil dikacangin euy sama abang Fajrul",
ejek Dian yang entah sejak kapan udah muterin bangkunya menghadap aku dan Fajri, disertai kekehan teman sebangkunya, Tini.Fajri yang mendengar omongan Dian sedikit mengangkat alisnya sebelah, tanda tidak suka, karena Dian salah menyebutkan namanya.
"Fajri, An. Bukan Fajrul. Fajrul mah nama anak kelas sebelah", ralatku cepat diikuti anggukan Fajri.
'nah gitu dong respon', aku ngebatin lagi.
"Eh iya sorry bro. Kedengerannya mah Fajrul, hehe", Dian plus wajah tanpa dosa nya.
"Maka nya kalau punya telinga tuh dipake yang bener, An", jelasku
"Iya iya, lagian udah minta maaf ini ke Fajri nya. Sorry ya bro", pinta Dian sambil menepuk bahu Fajri.
"Hem",
"Weh, edan, tiis gitu si abang", Dian terkekeh geli,
"Kenalin dulu atuh, aku Dian", sama hal nya kayak aku, Dian mengulurkan tangannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
For him
RomanceF a j r i x R a q i l ⚠ W A R N I N G ! ! ⚠ Cowok doyan cowok Homophobic? Jangan bandel baca | 5 Mei 2020 - |