[13] I Love You

8.7K 1K 233
                                    

"Kalau gak ngerepotin, saya mau nginep aja bun"

. . . .


Sambil mengelus-elus pergelangan tangan yang terasa perih, aku menatap Fajri yang juga sedang menatapku dengan wajah datarnya.

"KENAPA FAJ?! ADA AP - mpphhhh", ucapanku terpotong karena ulah Fajri, dengan tidak sopan-nya dia membekap mulutku dengan tangan penuh dosanya.

"Sstt, dut jangan cerewet dulu. Gue cuma mau nanya"

Aku hanya merespon dengan anggukan. Tadinya mau aku jilat dan gigit tuh tangan, beraninya main bekap mulut orang, namun aku urungkan karena dengan perlahan Fajri melepasnya.

"Mau nanya apa?", tanyaku usai mengatur nafas.

Lagian mau nanya juga pake acara nyeret-nyeret segala. Heboh dah.

"Kapan lo sama gue bisa kayak gitu?"

Hah?

Maksudnya?

"Masa lo sama abang lo sendiri keliatan mesra, sama gue kapan?"

"Gue udah bilang kan? Kalo gue suka sama lo", ucapnya lagi, aku hanya diam mematung.
Semakin aku diam, semakin Fajri melangkahkan kakinya mendekatiku.

"Kok lo diem? Gue kan nanya, jawab dong"

Fajri terus mendekat, bukannya mundur, aku malah tetap terpaku di tempat.

"Harus gue apain biar lo bisa jawab pertanyaan gue?"

Sekarang jarak kita hanya sekitar beberapa cm, Fajri sedikit mencondongkan badannya ke arahku.
Tangan kanan-nya sukses meraih pucuk kepalaku dan mengelusnya.

"Ini tuh lo yang gak peka atau gue yang kecepetan?"

Ok.

Sampai sini aku masih dibuat bingung olehnya.

Fajri masih setia mengelus pucuk kepalaku dan menatapku lekat, sampai suara seseorang sukses membuyarkan semua.

"Woy bangke buru keluar! Udah siap nih. Jangan keenakan istirahat", teriaknya sambil menggedor pintu.

Siapa?

Jelas itu Dian :)

"Ok, duluan aja. Bentar lagi nyusul", teriak Fajri yang masih setia menatapku.

"Yo, kita tunggu. Urang duluan ke bawah ya"

Setelahnya aku bisa mendengar langkah kaki yang menjauh dari pintu luar kamar. Tatapanku beralih ke Fajri, dia menyunggingkan senyuman padaku. Tangannya yang sempat mengelus pucuk kepalaku kini sudah beralih ke pipiku.

"Enghh, Faj. Ayo ke bawah, mau mulai bakar-bakar tuh"

Ga ada respon dari ajakanku.

"Faj, ayo ih", aku mulai jengah dan segera menepis tangannya yang menempel di pipiku. Fajri tersenyum lagi.

"Iya, ayo", akhirnya Fajri sadar juga.

Usai kejadian tidak jelas di kamar itu, Fajri keluar kamar dengan menggenggam erat tangan kananku sampai halaman rumah.

.

.

.

.

Acara kumpul keluarga rutin akhirnya selesai pukul 21.30 WIB, sekarang kami sedang membereskan segala peralatan yang sudah dipakai.

"Neng, pulangnya nanti dianter sama bang Rafiq ya", ucap bunda yang sedang membawa sisa ikan bakar.

For himTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang