[01] Keperawanan Kening Raqil

37.2K 1.8K 210
                                    

"Kening aku udah ga perawan lagi"

. . . .

"Raqil, bangun nak. Kamu harus sekolah"

Ughh.. lagi-lagi ada yang mengganggu tidurku.

"Emmhh, iya bun, tunggu 10 menit lagi. Aqil masih ngantuk nih", jawabku.

"Eh ga boleh gitu dong. Ini udah jam 6 loh, ayo bangun", pinta bunda.

"Iya bun", aku tetap menjawab tapi enggan untuk membuka mata.

Kesal melihat kelakuanku, bunda mengeluarkan sebuah ultimatum,

"Kalau ga bangun juga, uang jajan kamu bunda kurangin selama sebulan"

Oh, shit.

Ini nih yang membuat aku tidak bisa lari dari kenyataan.
Kejam banget sih, padahal cuman 10 menitan doang buat nempel di kasur. Duh, kalau bukan bunda udah aku bodo amatin. Tapi ini bunda, ultimatumnya itu lho, selalu jadi kenyataan.

Dengan berat hati aku membuka mata, dan mendapati bunda berada disamping kasur.

"Nah gitu dong bangun, kan gantengnya jadi nambah. Sana mandi dulu, terus sarapan", aku mengangkat sudut bibirku kaku dan bunda bergegas keluar kamarku.

Aku pun langsung menuju kamar mandi dengan ogah-ogahan. Selesai mandi dan berpakaian rapi, aku langsung turun ke bawah untuk sarapan pagi. Kebetulan kamarku berada di lantai 2, begitu juga abangku yang letak kamarnya berada di samping kamarku.

"Pagi bun, pap, bang", ucapku menghampiri meja makan disambut dengan kecupan di kening dari abangku.

"Pagi Aqil sayang"

"Apaan sih bang, Aqil udah gede, udah ga pantes dicium gitu, geli tau ga", curhatku

Abang yang mendengar celotehanku hanya terkekeh,
"Suruh siapa kamu manis, abang kan jadi khilaf"

"Manis manis, emangnya Aqil tuh gula?", tanpa sadar aku mengerucutkan bibir mungil ini.

Napa sih punya abang gini amat, kan jadi kayak brother complex. Horror emang.

"Udah, udah, sekarang waktunya sarapan, bukan ajang untuk berdebat", bela papa sambil terkekeh melihat tingkah kedua anaknya dan kami pun memulai sarapan dengan tenang.

.

.

.

"Heh, itu muka napa ditekuk gitu? Udah kayak monyet aja"

Plis, baru beberapa detik aku menghempaskan pantatku dibangku kelas, ini anak main nyambar aja.

"Kening aku udah ga perawan lagi, An", balasku sambil jitak kepala Dian, cewek yang bertanya tadi. Seenaknya ngatain aku monyet.
"Gara-gara bang Rafiq, ck", lanjutku.

"Eh tolol, sakit onta! Dramatis banget sih jadi cowok. Dicium sama abang sendiri dikatain udah ga perawan, dasar", keluh Dian sambil jitak kepalaku dengan buku yang dipegangnya.

Aku yang mendapat boomerang jitakan hanya bisa meringis, malas berdebat dengan cewek tomboy macam Dian. Ga akan kelar-kelar deh kalau udah adu mulut sama Dian.

Dian Rasya, sahabat aku dari awal masuk SMA. Dian itu tomboy, gaya nya kecowok-an banget, cara ngomongnya juga suka ceplas-ceplos gitu. Tapi anaknya friendly kok, ramah, kalau ketemu yang dikenalnya selalu disapa duluan. Dian ini punya motor Ninja yang dipakai kemana-mana kecuali buat ke sekolah. Penampilan fisiknya bisa dibilang tinggi untuk ukuran cewek pada umumnya, badannya ramping, kulit nya kuning langsat dan wajahnya lumayan cantik sih (agak sangar dikit haha).

Yah, walaupun sedikit menyebalkan tapi Dian itu ramein anaknya, betah aja gitu kalau ngobrol bareng. Sekelas juga pada segan sama Dian, kenapa coba?

Dian jadi ketua kelas hahaha, dengan tampang sangar kayak cowok gitu juga dia punya aura berwibawa dan otaknya juga encer. Kelakuannya sableng, tapi selalu peringkat 1 dikelas, padahal sering tercyduk molor tiap jam pelajaran.
Udah segitu aja perkenalan Dian nya ya.

Akunya kapan nih?

Nanti aja kali ya hehe

"Raqil, katanya bakal ada murid pindahan dari Jakarta ke kelas kita. Bau-baunya sih bakal sebangku sama kamu nyet", terang Dian sambil menunjuk bangku kosong sebelahku.

"Baguslah, aku ga bakal kesepian lagi haha. Bosen dikerjain mulu sama kamu An, capek batin"

Dian yang mendengar keluhanku hendak menjitak kepalaku lagi, namun segera dia urungkan setelah mendengar ucapan salam dari seseorang yang datang dari pintu kelas. Siapa lagi kalau bukan guru.

Dian yang duduk dibangku depanku segera memutar badan dan bangkunya menghadap ke depan.

"Si-", Dian hendak menyiapkan, namun dipotong oleh pak Toni, wali kelas kami.

"Gak usah disiapkan Dian, Bapak hanya akan menyampaikan sesuatu. Berhubung beberapa menit lagi bel masuk nih, bapak percepat saja takut menganggu KBM pertama kalian", jelas pak Toni.

Pak Toni terlihat melambai-lambaikan kecil tangan kirinya ke arah pintu kelas, seketika pandangan teman-teman terfokus pada sosok lelaki yang memasuki kelas dengan santai nya.

Gerakannya kayak di slow motion gitu, padahal mah tidak, kan jadi kayak di drama-drama gitu,lol.

Saat sosok lelaki itu sudah disamping pak Toni, tiba-tiba terdengar jeritan "Kyaa.." yang terlontar dari cewek-cewek penghuni kelas, kecuali si Dian yang bodo amat.

"Anjirt, telinga aing bisa budek nih", samar aku bisa mendengar Dian mengeluh bersamaan teriakan cewek-cewek sambil menutupi telinganya.

Aku hanya terkekeh geli melihat reaksi mereka haha. Cowok-cowok di kelas hanya memberi reaksi seadanya, tidak seheboh para ughtea yang haus akan cogan.

"Hey, sudah sudah, kondusif ya semuanya. Kalian kedatangan keluarga baru di kelas ini, dari Jakarta nih. Silahkan nak perkenalkan diri"

Lelaki jangkung yang berdiri disamping pak Toni itu sempat terdiam sejenak, tatapannya menjelajah isi kelas sampai tatapannya bertemu denganku.









T b c h o n e y

T b c h o n e y

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
For himTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang