[24] Kirei 9, The Flowers

5.4K 624 77
                                    

"Sejak kapan abang suka korea?"

. . . .

"Good morning, sweet heart", kalimat itu yang aku dengar saat membuka mata dipagi hari.

"Morning Faj"

"Aku ga pernah bosen disuguhi wajah imut kamu begitu bangun tidur"

Rasa kantuk masih melanda, aku hanya mengalihkan pandangan ke arah lain, jangan ke Fajri.
Tak baik untuk mengekspresikan secara gamblang.

Tolong ya, aku tau dari tadi sampai sekarang Fajri masih menatapku. Aku bingung harus bereaksi apa. Masih ngantuk, masih lemes, malas banyak gerak.

"Boleh aku cium kamu?"

Pertanyaan itu sukses mengalihkan atensiku dari tembok di belakang Fajri menjadi menatap wajah seriusnya.
Aku belum mampu buka suara lagi.

Tanpa menunggu jawabanku, Fajri memberi kecupan di kening dan hidungku.

Aku yang menjadi objek sasaran sedikit terjekut dan ...
Kecewa?
Tapi kecewa karena apa?
Gak mungkin kan aku berharap Fajri nyium di spot lain?
Wahh, gak, jangan, Raqil udah gila.

Dengan pikiran yang sudah melayang entah kemana, aku tersadar begitu jari Fajri mendarat di bibir bawahku, mengusapnya ke kanan dan kiri.
Tatapanku kini terfokus padanya yang masih mengusap bibirku dan pandangan Fajri yang mengarah ke bibirku.
Tak lama pandangannya beralih menatapku lagi, kini kita saling beradu pandang.
Fajri mengikis jarak dan berakhir menempelkan keningnya pada keningku sehingga hidung kita bersentuhan. Aku reflek memejamkan mata.

"Semua objek yang ada di kamu selalu sukses menggoda iman aku, Qil", jarinya masih mengusap bibir bawahku. "Terutama bibir ini", lanjutnya.

Aku mendorong pelan bahunya agar sedikit menjauh, menggeleng-gelengkan kepala sebentar untuk meredakan panas dipipi.

Please.

Jangan blushing.

"A-ak-aku mau ke toilet duluan ya"

Aku beranjak dari kasur, berjalan cepat ke toilet, menutup kasar pintu, dan diam di depan cermin sambil menepuk-nepuk kedua pipiku.

'Shit. Aku beneran suka sama Fajri?'

.

.

.

.

"Udah siap de?", suara abang disertai ketukan dipintu kamarku.

"Bentar bang"

"Nanti langsung ke depan aja ya. Abang mau manasin mobil dulu"

"Iya", jawabku sedikit teriak.

Ini hari Minggu, hari dimana aku janji untuk menemani abang ke toko bunga. Entah untuk keperluan apa. Belum aku tanya.

Usai merapikan tatanan rambut, aku bergegas menyusul abang ke luar.
Aku melihat abang keluar dari mobil dengan pakaian rapi dan wangi. Tumbenan si abang rapi gini.
Tampang gantengnya keliatan, biasanya juga kalo ke kampus gayanya biasa aja. Ini kayak dandanan anak kencan aja.

Aku menghampiri abang hendak menjahili, "Bang, tumben pake kemeja warna cerah", aku ikut duduk di kursi teras samping abang.

Aku menghampiri abang hendak menjahili, "Bang, tumben pake kemeja warna cerah", aku ikut duduk di kursi teras samping abang

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
For himTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang