"Bahas bendera"
. . . .
"Kenalin. Saya papah Fajri, Elda Bramasta Fatih. Istri dari ayahnya Fajri"Hah?
Gimana gimana gimana?
Istri?
Istri ayahnya Fajri?
Calm down.
Dia kan cowok. Kok istri?
Aku menatap ke arah Fajri yang ternyata menatapku juga, aku memberikan tatapan untuk meminta penjelasan darinya. Namun sebuah suara memasuki pendengaranku lagi.
"Kaget ya?", tanya dia yang mengaku sebagai papahnya Fajri.
"I-iy-iya", jawabku sambil menggaruk tengkuk yang ga gatel sama sekali, "Hmm, saya harus bilang apa ya ke anda? Papah, kakak, om atau tan--tante ?", aku memberanikan diri bertanya dengan diakhiri suara yang pelan saat di ujung kalimat.
Asli anjir malu aing.
Kan tadi dia bilang papahnya Fajri, terus dia bilang lagi kalau dia istri ayahnya Fajri. Jadi aku kudu otoke?
"Haha, enak nya manggil saya apa?"
Anjir malah nanya balik. Ini lagi, si Fajri malah ga ngebantuin aku berkomunikasi, dia malah anteng mainin sayurnya lagi. Kan kampret.
"Panggil saya om aja", lanjutnya. Aku bernafas lega karena mendapat jawaban bukan mendapat pertanyaan balik lagi. Ok, aku panggil cowok awet muda ini om. Om Elda.
Boleh gak sih namanya diplesetin jadi om Elsa? Dosa gak? Gatau kenapa jadi kepikiran queen Elsa dari projen setelah ngedenger nama papahnya Fajri. Lol
Ngomong-ngomong penghuni rumah ini cuman dua orang aja? Terus 'ayah' nya Fajri kemana? Kakak tiri Fajri kemana?
"Fajri, jangan mainin makanan. Makan sarapan kamu"
Aku yang sempat celingak-celinguk menoleh ke piring Fajri yang masih penuh, sedangkan piring aku udah bersih kinclong. Lol
Hadeuh si Fajri kenapa sih?
Ada apa dengan om Elda dan Fajri?
Gak akur gitu.
Membingungkan."Rumah Raqil dimana?", tanya om Elda yang sudah berdiri di sampingku sambil mengambil piring milikku dan menumpukannya dengan piring kotor lainnya. Om Elda membawa piring kotor ke arah wastafel yang gak jauh dari meja makan.
"Daerah sini om, di jalan Meteor"
Aku mencolek lengan Fajri dan memberi tatapan tajam seolah berkata 'MAKAN!'.
Mungkin karena dia tau arti dari tatapanku, Fajri langsung memakannya. Daritadi kek makan, ngapain juga mainin makanan.Om Elda yang lagi nyuci piring menengok ke belakang, menatapku sambil ngomong "Meteor?"
"Iya om, kenapa?", aku mengernyit heran. Apa si om Elda baru tau kalau di komplek ini ada nama jalan 'Meteor' ? Kayaknya sih iya. Lagian kan mereka baru beberapa bulan pindah kesini ya, jadi mungkin belum tau. Yaudahlah.
Tapi ekspresinya itu loh, ekspresi terkejut yang kayak kepergok selingkuh. Kan aku jadi penasaran om Elda kenapa terkejut segala. Masa iya karena nama jalannya, iya tau sih komplek ini unik. Tapi ya, gitulah."Oh ngga, cuman keinget seseorang aja", jawabnya sambil tersenyum dan melanjutkan mencuci.
Aku hanya tersenyum canggung sambil melirik ke Fajri yang udah ngabisin makannya. Gamau kepo lebih lanjut tentang permasalahan om-om, ya walau wajahnya ga pantes disebut om. Lol
Ketahuilah Faj, ada banyak pertanyaan dari aku untuk kamu."Anterin pulang sekarang yuk", bisik ku ke Fajri yang anteng natap aku.
"Kamu belum mandi", dia ikutan bisik-bisik.

KAMU SEDANG MEMBACA
For him
RomansaF a j r i x R a q i l ⚠ W A R N I N G ! ! ⚠ Cowok doyan cowok Homophobic? Jangan bandel baca | 5 Mei 2020 - |