❄ 25. Sepupu itu ternyata... ❄

102 21 31
                                    

Hallo syg sygku apa kabar? :*
Aku ucapkan terimakasih banyak buat kalian yang masih stay baca ceritaku ^^
Di part ini bacanya santai aja ya, jangan buru buru..
Aku saranin siapin mental buat kalimat terakhir di part ini :(
Eitss.. bacanya pelan pelan, maniezz jangan buru buru pengen ke bagian akhir, nanti shock aku gak tanggung jawab :(
Happy reading !!
Gracias !! ^^

-----------------------------------

"Lea, Papi mau bicara."

Genta berjalan menghampiri putrinya yang sedang duduk di atas ranjang sambil menonton sebuah film di laptopnya. Gadis itu menoleh sebentar pada Papinya, lalu mengangguk mengizinkan. Walau hubungannya belum dikatakan benar benar baik, namun Alea merasa sikap Papinya akhir akhir ini menjadi sedikit lebih hangat dan memperhatikan dirinya.

"Tapi Lea sambil nonton ya, Pi. Nanggung soalnya."

Genta menghela napasnya pelan. Ia memandangi wajah putrinya dari samping. Ia jadi teringat sosok almarhumah istrinya. Memang benar, wajah Alea sangat mirip dengan Nara.

"Jika ada teman di rumah ini, kamu mau?"

Alea menyatukan alisnya bingung. "Temen? Maksudnya, temen aku gitu?"

Genta menggeleng. Ia bergerak agar dirinya lebih dekat dengan Alea. "Sodaramu."

"Hah?! Aku punya sodara? Bukannya kata Papi kakak aku udah meninggal, ya?"

Genta mengangguk. "Nanti Papi ceritakan yang ini. Jadi, jika dia ada di sini, apa kamu mau?"

Alea memutar bola matanya. Ia mengetuk ngetuk dagunya dengan jari telunjuk, sedang berpikir.

"Hmm.. cewe atau cowo?"

"Perempuan. Seusia denganmu."

Alea membuka matanya lebar lebar. "Ah gak mau! Nanti aku kalah cantik."

Alea menghentikan aktivitas menontonnya dan menutup laptopnya. "Pokoknya Lea gak mau."

"Tapi teman temanmu juga cantik. Kenapa kamu tidak takut kalah?"

"Nggaklah! Diantara mereka itu, cuma aku yang paling cantik," ujar Alea dengan percaya dirinya.

"Percis Nara," gumam Genta.

"Apa, Pi?"

"Tidak. Jadi, kamu tidak mau?"

"Emang kenapa, sih dia di bawa kesini? Kan bukan sodara kandung aku."

"Ibunya sakit. Ayahnya sudah tidak ada. Papi hanya ingin membantu meringankan bebannya saja."

Hati Alea bergetar mendengarnya. Jika ia berada di posisi Papinya, pastilah ia akan melakukan hal yang sama. Sebenarnya, bukan masalah kalah cantik atau apa pun yang membuat Alea tidak mau menerima orang itu. Namun, Alea sedikit kurang suka jika ada orang baru di rumah. Dari dulu memang gadis itu tidak mudah akrab dengan orang asing.

"Lea pikir pikir dulu deh, Pi."

Genta mengangguk paham.

"Tapi, kasian juga ya dia. Tapi, Lea juga males kenalan sama orang baru. Tapi-"

"Sudah. Jika kamu sudah bersedia, beritahu Papi." lelaki itu tersenyum dan mengelus rambut putrinya sebelum beranjak pergi.

------------------------

"BIG NO, LEA! JANGAN MAU!"

Saat Alea menceritakan ucapan Papinya semalam, diantara ketiga sahabat Alea, hanya Karin lah yang sangat sangat menolak.

My Cold King ( On Going ) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang