❄ 23. Tanpa pawang, Lea barbar ❄

103 30 54
                                    

Seminggu sudah Alea dan Giffard tidak bersapa seperti dahulu. Bahkan, mereka terlihat seperti orang yang tidak saling mengenali satu sama lain. Alea merasa sedikit kecewa kepada lelaki itu, karena Giffard sama sekali tidak mau memberikan alasan yang jelas mengenai berakhirnya hubungan mereka. Walau Alea tahu percis ini karena Bundanya yang tidak menyutujui hubungannya, namun Alea hanya ingin lelaki itu jujur terhadap perasaannya, ia ingin Giffard sendiri yang mengatakannnya. Alea tidak ingin saling diam seperti ini. Sungguh menyiksa Alea.

Namun, untuk memulai menyapa pun ia tidak berani. Ini lah sisi lain Alea, jika sudah diakhiri, ia tidak pernah mau memulainya lebih dulu. Gengsi? Mungkin. Namun, hatinya tak bisa berbohong jika ia sedang berpaspasan dengan Kingnya itu, ia selalu ingin merentangkan kedua tangannya dan memeluk pangerannya erat erat. Tetapi, egonya berkata lain.

"Le, nonton basket yu! Bete nih." ajak Karin.

Karin merasa bosan harus menemani Alea yang sedari tadi meminta untuk tetap tinggal di kelas saja. Sedangkan, Dienna dan Qila bahkan seisi kelas sudah pergi meramaikan lapangan. Ayolah, kini SMA Mahatma tengah mengadakan pertandingan persahabatan, banyak siswa siswi dari sekolah lain yang berdatangan kesini. Tak mungkin Alea dan Karin hanya diam di kelas seperti anak kutu buku.

Alea menjelajahi sekelilingnya. Ternyata di dalam kelas hanya tersisa mereka berdua dan dua orang yang dijuluki kutu buku kelas.

"Kantin aja." pinta Alea.

Karin menggeleng sambil menggoyang goyangkan jari telunjuknya di depan wajah Alea, menandakan tidak setuju.

"BIG NO!"

Alea menghela napasnya kasar. Ia memasukkan earphone nya ke dalam tas, lalu beranjak keluar kelas yang langsung disusul oleh Karin.

"Katanya basket SMA Garuda bagus ya, Le?" tanya Karin meminta persetujuan.

"Au." jawab Alea ketus.

Melihat itu, Karin hanya menggerutu tanpa suara.

"Mending lo cari cogan dari sekolah lain." saran Karin saat mereka sudah berada di pinggir lapang.

Mata Karin berbinar binar melihat tim basket dari sekolah lain yang menurutnya sangat menggoda.

"Mata lo ntar copot!" Alea mengusap kasar wajah Karin.

Karin terusik dan langsung menepis lengan Alea kasar.

"Dua kucrut kita dimana?" tanya Karin tak melihat keberadaan Dienna dan Qila.

"A-"

"BODOAMAT!" potong Karin cepat cepat saat ia tahu kata apa yang akan keluar dari mulut Alea. 'Au' haha.

-------------------------------------

"Point kita beda tipis, bro jangan sampe kekejar." ucap Kevin selepas meneguk minumannya.

Regan hanya menatap satu persatu tim lawan di sebrangnya.

"Kepung si Rigel. Dia paling berpengaruh di timnya."

"Kalo dia dikepung, Giffard sama lo juga bakal dikepung." ucap Tio.

"Gak mungkin. Paling mereka cuma bisa kepung salah satu diantara kita. Kalo Rigel juga kita kepung, gue yakin kita bakal menang. Tanpa Rigel, mereka semua sampah." jawab Regan.

Aldo bertepuk tangan heboh sendirian. "Ayang gue emang paling top!"

"Bacot lo!" Regan melemparkan botol minum kosong ke arah Aldo.

"Tapi kita gak bisa remehin gitu aja." ucap Giffard yang sedari tadi hanya menyimak.

Kevin mengangguk anggukkan kepalanya setuju. "Bener. Kita harus bikin strategi."

My Cold King ( On Going ) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang