Setelah mandi dan berganti pakaian Rara memainkan hp nya. Ia sangat malas untuk melakukan hal lain. Hingga pintu kamarnya diketok oleh seseorang. Rara menyuruhnya masuk.
Oh ternyata Mark dan Haechan.
"kenapa?" tanya Rara langsung pada intinya.
"engga,cuma pengen kesini aja,kamu tumben dikamar biasanya dibawah" tanya Mark.
"ya terus? Masalah? Ga boleh ke kamar sendiri?" ucap Rara menatap malas Mark.
"e-engga bukan gitu,maaf" ucap Mark. Haechan dari tadi diam karena takut dengan Rara. Yang biasanya lemah lembut sekarang seperti singa.
"kak,temenin aku yok" ucap Rara kepada mereka berdua.
"kemana?" tanya mereka bersamaan.
"supermarket"
"mau beli apa?" tanya Haechan.
"beli apa aja" ucap Rara kemudian berdiri dan turun lebih dahulu. Diikuti keduanya.
"kalian ga pake masker? Sama topi?" tanya Rara kearah Mark dan Haechan. Mereka menepuk jidat dan masuk kembali mengambil masker dan topi setelah itu mereka keluar lagi.
Mereka menggunakan mobil karena jaraknya yang agak jauh juga untuk menjaga privasi Mark dan Haechan. Mereka menggunakan sopir tentunya.
***
Setelah sampai mereka masuk kedalam supermarket. Mark dan Haechan menuruti perintah Rara.Rara membeli hampir satu keranjang hampir berisikan snack snack ringan. Saat ditegur Mark,Rara selalu saja marah membuat Mark sabar dan ingat kondisi Rara.
"Ra,ini nggak kebanyakan?" ucap Mark.
"memang kenapa sih?! Lagian kan aku yang pengen" ucap Rara.
Setelah dirasa cukup mereka kekasir. Menghabiskan total sekitar Rp. 150.000 <itung ndiri klo won brp>
"uda ini aja?" ucap mbak kasir.
Rara yang ingin menjawab terpotong oleh Mark. "tunggu,sama ini" ucapnya memberi sebuah benda kepada kasir agar ikut dibayar.
Rara sempat mengerjap kecil dengan apa yang diberikan Mark. Obat pereda nyeri haid. Oh astagaaa.
"totalnya Rp. 155.000" ucap kasir. Rara ingin memberikan uangnya tapi Mark terlebih dulu memberi uang.
"simpen uangnya" begitu ucap Mark. Kemudian mereka kembali ke mobil. Rara sebenarnya masih terkejut dengan Mark tadi.
"kak beli obat tadi buat apa?" tanya Rara.
"buat kamu" ucap Mark. Lagi lagi Rara diam. Bagaimana Mark bisa tau?
"kok tau?" tanya Rara lagi memastikan. "dari Haechan" jawab Mark kemudian Rara melirik kearah Haechan. Haechan yang ditatap menjadi gugup.
"a-apa?" tanya Haechan.
"kakak kenapa tau? Terus tumben diem?" tanya Rara sambil memicingkan matanya kearah Haechan.
"tau dari internet,ya diem lah daripada ngomong bahaya" ucap Haechan Rara mengangguk.
"makasih" ucap Rara membuat mereka berdua melirik.
"buat?" tanya mereka.
"yaa buat semua,pokoknya makasih karna sabar maafin ya kalo buat gaenak,ga sengaja" ucap Rara.
"gapapa kok,jangan lupa diminum obatnya" ucap Mark. Rara mengangguk.
Setelah sampai mereka masuk dan membawa belanjaan mereka kedalam.
"wuihh beli paan tuh?" ucap Lucas tiba tiba yang melihat mereka bertiga masuk kedalam rumah.
"snack kita bertigaaa" ucap Rara.
"bagi dong" ucap Lucas.
Kemudian Rara mengambil sesuatu. Lucas dengan wajah bahagia tak sabar dengan senyum mengembang diwajahnya.
"nih" ucap Rara memberikan sebuah permen kepada Lucas. Senyum diwajah Lucas menghilang menjadi wajah sedihnya.
"yah kok permen sih?" ucap Lucas lesu.
"dih masih baik dikasih,mau ga? Gamau yauda" ucap Rara. Dengan segera Lucas mengambil permen itu dengan wajah lesunya.
"sama sama" ucap Rara. Lucas menatapnya. "makasih" ucapnya dengan nada malas. Kemudian Rara menarik tangan Mark dan Haechan menuju kamarnya.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
Bentar deh gais-,
Makin kesini makin absurd ga sih ceritanya? Gada kepastian nih:v