니가좋다 -Yes! It's You

244 23 1
                                    

Kini tersisa Myung Soo dan Na Eun dalam ruang rawat inap itu. Situasi canggung, Na Eun membuang pandangannya ke luar jendela, sementara Myung Soo sendiri menggaruk tengkuknya yang tidak gatal.

"Kata dokter, hari ini kau sudah bisa pulang, Eun" kata Myung Soo hampir tak terdengar.

Na Eun mengangguk tanpa mengalihkan pandangannya pada Myung Soo.

"Kau tidur di mana semalam?" tanya Na Eun dengan pandangan yang masih melihat jendela luar.

Tentu saja Myung Soo senang bukan kepalang, bagaimana tidak? Ini kata Na Eun pertama padanya tanpa jeritan, bahkan dengan keperdulian, berarti, Na Eun masih mengkhawatirkannya kan? Bukan kah itu hal yang bagus?

"Euh? Aku tidur di luar ruangamu Eun, di bangku tunggu, tapi, bukankah seseorang harus menatap lawan bicaranya saat berbicara? Apa aku salah? Dokter Son?" Myung Soo memancing keprofesionalan Na Eun dan sedikit menjahilinya.
"Sudahlah, lupakan" Na Eun memang tidak lagi menatap jendela, tapi ia juga tidak menatap Myung Soo, ia tertunduk.
"Maaf, baiklah, aku tidak akan memaksa dirimu untuk menatapku" tapi dengan cepat Na Eun membalas ucapannya.
"Hentikan basa-basimu, dan peluk aku" tentu saja Myung Soo kini terbelalak dengan kata itu dan Na Eun nya yang kini menatap intens wajahnya.

Myung Soo masih tercengang yang membuat Na Eun merasa, lelakinya ini mengabaikannya, bahkan menolak permintaannya.

"Ya sudah kalau tidak mau" bahkan sekarang bukan hanya pandangan Na Eun yang menghadap ke jendela, bahkan kedua tangannya melipat di dada tanda ia sedang kesal.

'Uh, manis sekali istriku' gumam Myung Soo dalam hati.

"Siapa bilang tidak mau? Bahkan aku jauh lebih merindukanmu" kata Myung Soo memeluk Na Eunnya yang terduduk di ranjang pesakitan itu, lalu mencium puncak kepala istrinya.
"Memangnya aku ada bilang merindukanmu? Sampai kau bilang jauh lebih merindukanku?" jawabnya sambil mendongak menatap wajah lelakinya.
"Bukankah permintaan peluk ini adalah tandanya?" tanya Myung Soo balik dengan senyum.
"Anakmu yang merindukan dirimu, bukankah sudah ku bilang?" Na Eun kembali mengalihkan pandangannya malu.
"Anak kita sayang, bukan cuma anakku, iya kan baby nya appa" kata Myung Soo sambil berjongkok dan mengusap pelan permukaan perut Na Eun yang masih terbalut baju rumah sakit.
"Baby lebih nyaman jika berada di sisi ayahnya, bukan aku merindukanmu, paham Myung?" Myung Soo tentu saja tersenyum simpul, iya karena Na Eun nya sudah mau memanggil namanya lagi.

Tidak lama perawat datang ke ruangan itu memberitahu bahwa Na Eun sudah jauh lebih baik dan di izinkan untuk pulang sekarang. Myung Soo membantunya berberes dan perawat tadi membantu Na Eun mengganti bajunya sebelum pulang. Saat Na Eun keluar dari kamar mandi dan perawat itu sudah pamit, Myung Soo menatapnya intens dari sofa tempat ia duduk.

"Kenapa?" tanya Na Eun heran dengan tatapan itu.
"Aku sedang berfikir"
"Memirikan apa?"
"Memikirkanmu" bagaimana mungkin Na Eun tidak blushing? Jawaban macam apa itu? Satu kata namun mengapa efeknya sangat besar?

"Kau sakit Eun?" tanya Myung Soo berdiri dan menghampiri Na Eun nya untuk menempelkan tangannya pada kening Na Eun.
"Tidak" Na Eun menepis tangan itu lalu menyentuk keningnya dengan telapak tangannya sendiri.
"Tapi wajahmu memerah?" bodoh!

Na Eun merutuki semu di pipinya lalu beranjak keluar dari kamar itu.

"Kau masih mau di sini? Kalau begitu aku pulang naik taxi saja" kata Na Eun pada Myung Soo yang masih terdiam dalam ruangan.
"Hah? Mana bisa begitu, kau pulang dengan aku! Bukankah baby lebih nyaman jika berdekatan dengan appanya? Bagaimana bisa kau memisahkan kami?" tanya Myung Soo balik yang membuahkan tanya sendiri dalam diri Na Eun.

'Benar, bagaimana mungkin aku bisa memisahkan baby dari ayahnya?' batin Na Eun.

Akhirnya Na Eum sadar, bahwa mendiami suaminya ini adalah tidakan yang tidak benar.

'Baiklah, lupakan saja kekesalan ini, kau sudah sangat keterlaluan Eun' ia berniat berbaikan dengan Myung Soo.

Sekarang mereka berdua sudah duduk di mobil, duduk bersisian dengan Myung Soo yang tentunya duduk di tempat pengemudi.

"Chagi-ya" Myung Soo memanggil dan Na Eun melihat ke arahnya.

Myung Soo senang karna Na Eun mau melihatnya dengan panggilan sayang itu, bukan kah artinya istrinya sudah tidak marah?

"Wae?" tanya Na Eun yang tidak langsung di jawab oleh Myung Soo tapi malah ia memberhentikan mobilnya di bahu jalan.

"Kenapa berhenti Myung?"
"Maaf" hanya kata itu yang muncul dari mulut Myung Soo.
"Tidak usah di bahas ya? Aku memaafkanmu, maaf juga aku mungkin" kata Na Eun sambil menyentuh rahang suaminya itu mengelus pipi tirus suaminya.
"Tidak-tidak, kau tidak salah, tentu saja kau harus memarahiku, meneriakiku, bahkan menjauhiku jika aku menyakitimu, tapi sebelun hal terakhir terjadi, aku akan melakukan semuanya untukmu, Eun, apa kau ingin aku berhenti ke kantor untuk beberapa waktu? Untuk menghabiskan waktu bersama mungkin? Memperhatikan perkembangan si kecil" tangan Myung Soo menyusup ke perut Na Eun mengelusnya pelan seakan baby akan sakit jika ia mengusapnya terlalu kasar.
"Aku tidak ingin egois Myung, aku tahu, bagaimana kerasnya aku tidak mau berhenti bekerja di saat kau menyuruhku berhenti karena kehamilanku, aku tidak ingin kau terpaksa melakukan sesuatu karena aku, jika diperlukan, kau bisa menentukannya sesuai dengan keinginanmu, aku akan menerima keputusanmu dengan baik" Myung Soo mencium kening Na Eun sekarang.
"Kau memang yang paling mengerti aku Eun, baiklah, mulai hari ini aku akan melimpahkan pekerjaanku pada Jong In, aku merindukanmu, dan tidak mau melewatkan perkembangan baby" tentu saja Na Eun tersenyum simpul.

"Kajja, kita pulang" kata Myung Soo lalu kembali melajukan mobilnya.

TBC-070520

The Two Kims ✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang