Terkadang, apa yang kita lihat belum tentu benar. Dan apa yang tidak kita lihat belum tentu sepenuhnya salah.
Masih dalam keadaan menangis, Rania memilih pulang jalan kaki dari rumah Caesar. Tanpa memiliki tujuan kemana arah kakinya melangkah. Kedua wajahnya juga masih merah bekas tamparan yang diberikan oleh Marlene Julia kepadanya. Benar-benar terasa menyakitkan.
Hatinya selalu sakit ketika Marlene Julia mencaci makinya. Semua yang dikatakannya tak pernah benar. Rasa sayang Rania terhadap Caesar sangat tulus. Ia tidak pernah memikirkan soal harta maupun tahta. Hanya saja, terkadang sudut pandang orang lain berbeda menilainya.
Ponsel Rania berdering. Dilihatnya sang mama menelepon.
Maka, dengan cepat dia mengangkatnya, sebelum terkena omelannya nantinya.
"Iya, hallo mi.."
".........."
"Aku lagi di sekitaran taman kota nih, mi."
".........."
"Ok mi. Bye.."
Begitu selesai mendapat telepon dari sang mama, Rania segera menunggu sang mama menjemputnya. Tidak lupa untuk menghapus air matanya terlebih dahulu. Kalau sampai mamanya tahu bahwa ia menangis lagi karena ulahnya Marlene Julia, sudah pasti ia akan dimarahi habis-habisan dan tentu saja dilarang untuk bertemu si Caesar lagi.
Selang beberapa menit. Sebuah mobil hitam bak milik seorang aktris papan atas, bisa dikatakan mobil yang sangat mewah dengan nomor plat K 321 YN, berhenti di parkiran taman kota.
Seorang wanita paruh baya bertubuh langsing, fashionable, serta mengenakan kaca mata turun dari mobilnya. Umurnya boleh tua, tapi dia sama sekali tidak terlihat tua. Melainkan seperti seorang gadis berumur belasan tahun.
Wanita itu membuka kaca matanya yang diletakkan di atas kepalanya, matanya bertualang mencari keberadaan seseorang.
Tidak lama setelah itu, seseorang yang dicarinya pun datang menghampirinya.
"Hai sayang.."
"Hai mi.." Sapa Rania.
"Temenin mami shopping yuk ?"
"Males ah mi. Kita langsung pulang aja."
Rania langsung masuk ke dalam mobil. Wajahnya sangat tidak bersemangat. Membuat wanita yang ada di hadapannya saat ini jadi kebingungan.
• Kelyn Clarissa
Wanita itu adalah Orangtuanya Rania Adila. Mereka bukan terlihat seperti ibu dan anak, meliankan seperti kakak dan adik. Makanya Rania paling malas kalau hangout maupun berbelanja bersama maminya, orang-orang pasti akan mengatakan 'kenalin dong kakaknya', atau 'kakaknya udah punya pacar belom ? Boleh daftar gak ?' dan masih banyak lagi.
KAMU SEDANG MEMBACA
RAIN
Non-Fiction"Oyy.. ! Lo manusia apa bukan ?" Teriak seseorang yang tidak jauh dari belakangnya. Dengan cepat, Naiara menghapus air matanya. Seseorang itu pun mendekati Naiara. Ia tidak terlihat seperti dalam kondisi sadar sepenuhnya. "Ooh, ternyata lo manusia."...