Entah aktifitas apa saja yang mereka lakukan di Seoul sampai membuatnya harus kembali di markas pukul 9 malam. Setelah menjemput Hobak yang selama seharian penuh ini dititipkan di pet shop, mereka pun kembali ke markas dengan wajah yang agak kusut. Mereka baru saja terjerat hutang karena tidak punya cukup uang untuk membayar biaya penitipan Hobak.
Yeji menjadi orang pertama yang keluar dari mobil sambil menggendong Hobak di tangannya. Kemudian ketika hendak membuka pintu rongsokan rumah itu, ia meletakkan Hobak di lantai terlebih dahulu. Namun ketika ia membukanya, pintunya jebol lagi. Pintu kayu itu langsung jatuh begitu saja ke dalam ruangan dan menimbulkan suara yang mengejutkan. Tapi yang membuat Yeji panik, leher Hobak terluka karena teriris besi-besi berkarat yang mencuat dari pintu. Dengan refleknya ia menyelamatkan kucing tersebut dan melihat kondisinya.
Woojin yang jiwa kepeduliannya terhadap hewan tidak terlalu besar itu justru mengecek keadaan pintunya, "Kenapa pintunya bisa jebol lagi, sih!?" kesalnya.
Yeonjun juga ikut mengambil alih Hobak untuk melihat kondisinya. Ia ikut merasa ngilu ketika melihat luka gores di leher Hobak yang cukup parah, "Ah, bagaimana ini? Apa yang harus kita lakukan? Hobak-ah, kau tidak apa-apa?" ujarnya sambil berbicara pada kucing hitam itu. Yeonjun sangat panik, tetapi reaksi kucing itu biasa saja, seperti tidak merasakan rasa sakit apapun.
Yeji hanya berjongkok, ikut memandangi Hobak sambil merenungkan sesuatu. Ia ingat betul bahwa tadi siang Soobin sempat menyuruh seseorang pergi ke Anyang untuk menyelundup ke markasnya, jadi pikirnya orang tersebut masuk secara paksa lewat pintu depan dan menghancurkan pintu utama. Itu masuk akal, menurutnya. Tapi sampai sekarang pun, ia masih belum berani bicara tentang rahasia itu kepada ketiga rekan yang lain. Yeji juga harus memikirkan bagaimana reaksi Yeonjun ketika menyadari bahwa kakaknya bukanlah orang yang cukup baik. Jadi mungkin ia lebih baik diam untuk sementara waktu.
"Hobak-ah, apa tidak sakit?" ujar Yeonjun yang sedari tadi terus-terusan memperhatikan Hobak. Hobaknya sendiri malah dengan santainya duduk di tanah sambil menjilati bulunya. Tentunya Yeonjun keheranan.
Yeji pun berdiri dan mulai angkat bicara, "Ayo kita cari makanan untuk makan malam. Tadi aku lihat ada beberapa warung makan yang masih buka di sekitar permukiman. Kita cari yang harganya murah, ayo berikan receh kalian."
"Tapi ini sudah jam 9, loh." ujar Yeonjun.
"Tidak apa-apa. Kau dan aku akan pergi beli makan. Woojin akan menetap di markas untuk membetulkan pintunya dan Jinyoung.. kau bisa mengobati lukanya Hobak, kan? Nah, ayo, Kak Yeonjun! Kita pergi cari makan!" jelas Yeji yang mengutus semuanya seenak jidatnya, kemudian mau tidak mau Yeonjun hanya menurut dan ikut masuk ke mobil untuk beli makan.
Woojinnya tentu protes, "Kenapa aku selalu dapat bagian yang berat-berat, sih!?" dan hal itu membuat Jinyoung tertawa kecil.
Menuju ke permukiman warga yang jaraknya terbentang 2 km dari markas mereka, Yeonjun mengendarai mobilnya bersama Yeji untuk mencari makanan. Malam itu, permukiman warga masih cukup ramai, beberapa warung makan sederhana masih buka, bahkan para bapak-bapak masih ada yang berkumpul untuk menonton TV bersama.
Mobil mereka pun berhenti di sebuah warung sederhana yang cukup ramai dengan manusia-manusia pemabuk, namun makanannya pasti terjamin murah. Yeonjun masuk lebih dulu dan Yeji mengikutinya di belakang. Tapi kemudian Yeji menghentikan langkahnya ketika melihat seorang pria berjaket hitam sedang mondar-mandir di samping warung.
"Kak Yeonjun, aku kesana sebentar, ya. Nanti aku kembali lagi," ujar Yeji yang langsung kabur begitu saja.
"Hei, mau kemana?" pertanyaan Yeonjun tentunya tidak terjawab. Yeonjun pun kembali fokus untuk memesan makanan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Matryoshka Team | TXTZY ABCIX
FanfictionBukan detektif atau polisi. Namun karena suatu kesalahpahaman, mereka diutus untuk menyelidiki kasus hilangnya salah seorang pelajar SMA 2 tahun yang lalu. ≡Nation's worst detectives has formed≡