Dengan tangan bergetar, deru nafas yang memburu dan kemantapan dalam hati. Jari jempol Riani dengan perlahan menekan kata 'Ya' dalam sekejap cerita ke empat yang telah Riani karang telah resmi di hapus.
Riani menghembuskan nafas putus asa. Mungkin impiannya untuk menjadi penulis harus iya kubur dalam-dalam.
Menulis itu mudah, namun yang sulit itu membangun pondasi kepercayaan dalam tulisannya. Dari beberapa cerita karangan Riani yang telah iya tulis pasti selalu berakhir mengenaskan.
Putus asa.
Salah satu sifat Riani yang tak bisa di obati adalah putus asa. Apalagi jika tidak ada dukungan atau bahkan di nyinyirin orang. Dalam sekejap pasti kepercayaan dirinya akan hancur menyisakan keputus asaan dan tak minat lagi untuk menulis.
"Bodo amat! " seru Riani tak peduli. Bagai obat penenang kata-kata itulah yang membuat Riani acuh dan tak memperdulikan kegagalannya.
"Ri? Solat yuk? " panggilan dan ajakan sahabat Riani--Tari mampu mengalihkan Riani yang tengah fokus dengan ponselnya.
"Dah, adzan kah? "
Tari mengeleng kepala, "Enggak tau, enggak denger nih, " Jawabnya.
Memang semenjak mereka Pkl (Praktik kerja lapangan) sekali pun mereka tak pernah mendengar suara kumandang adzan.
Riani melirik ke arah jam dinding, sudah jam setengah satu lebih berarti adzan Dzuhur sudah terlewat dari tadi.
Riani akhirnya mengangguk. Merapihkan tempat makan, minum dan langsung memasukannya ke dalam tas.
Ngomong-ngomong agar kalian nggak penasaran Riani dimana dan sedang apa. Mari autor jelaskan.
Riani itu orangnya agak serius kalau melakukan sesuatu pasti langsung fokus dan enggak bisa teralihkan sama apapun, kecuali kalau pekerjaan itu sudah selesai. Nah, di karenakan Riani ingin belajar lebih, magsudnya dia ingin belajar bukan hanya tentang matematika, fisika apalagi kimia. Mata pelajaran itu yang amat Riani tidak sukai. Mangkanya dia memilih sekolah ke Smk agar bisa belajar juga dalam bidang multi media.
Riani suka menulis. Dan dalam pelajaran yang telah iya ramu adalah menggambar di komputer (Desain grafis) mengenal beberapa komponen bentuk-bentuk desain grafis dan lain sebagainya. Bukan hanya itu, jiwa keseriusan Riani di tantang saat iya belajar membuat animasi atau Fotografi.
Lalu apa hubungan nya dengan Riani suka menulis?
Hm, jawabannya adalah karena jika Riani gagal dalam merangkai kata setidaknya iya bisa saja mengambar dan menuangkan karangannya menjadi komik. Tapi itu masih sebatas rencana, karena sekarang Riani tengah menekuni pklnya di salah satu percetakan yang lumayan besar.
Fasilitasnya lengkap. Dapur, kamar mandi, sofa serta tempat solat pun ada. Dan juga di belakang ruangan itu, terdapat tanaman-tanaman serta hewan-hewan yang selalu Riani hindari. Ulet bulu. Yeah, gitu deh lengkap pokoknya sampai-sampai hewan yang amat Riani takuti pun juga ada.
Setelah solat akhirnya Riani dan Tari memutuskan untuk kembali bekerja. Menghitung ribuan kertas-kertas hasil cetak dan menyusunnya untuk di jadikan buku.
"Ta, Si Aa'Fauzi ganteng ya? " bisik Riani mengajak Tari ngobrol. Sesekali matanya melirik salah satu karyawan disini paling ganteng, sayangnya si Aa'udah punya pacar.
"Hm, bener.Adem bener dah liatnya, " sahut Tari dengan mata yang berbinar. Untung si Aa' gantengnya enggak sadar di liatin.
Tak ada percakapan lain, selain di kejar target kecepatan dan ketelitian di uji di sini.
Ada sebelas orang yang ikut pkl di sini. Dari sebelas orang itu di bagi tiga dan setiap harinya pasti selalu bergilir sesuai jadwal dan pekerjaannya masing-masing.
Jangan menyangka di sini semuanya rajin bekerja. Dua cowok dan sembilan cewek semuanya terkadang sering bermalas-malasan. Kecuali Riani dan Tari yang selalu serius dengan pekerjaan.
"Ta, Ri. Pulang yuk?" Sahut Wati mengajak pulang.
Memang hanya hari sabtu saja yang pulang lebih cepat. Lebih tepatnya jam tiga dari biasanya pulang jam empat.
"Hayu kita pulang!" Seru Riani semangat kalo urusan pulang ya Riani jagonya.
"Tunggu bentar, " Tari terlihat kewalahan membereskan barang-barangnya kedalam tas.
Riani dan Wati menunggu sedangkan yang lain sudah pulang.
"Nah, selesai. Yuk kita pulang!" Seru Tari tak kalah semangatnya.
Jumlah pegawai di sini ada tiga orang. Di bagian ngedit mengedit ada Aa'Tara yang sudah menikah. Di bagian mesin ada Aa'Fauzi yang paling ganteng. Dan di bagian potong-memotong kertas ada Aa'Fasya yang agak agak dingin.
Setelah mencium tangan dan berpamitan mereka pun segera bergegas pulang.
Wati mengendari motor membonceng Tari, berhubung mereka rumahnya berdekatan. Dan Riani mengendarai motornya seorang diri. Sesekali iya menengok kanan kiri melihat pemandangan jalan yang indah.
Hidup akan terasa nikmat jika kita mensyukurinya. Sebaliknya kita akan merasa kurang jika kita tidak belajar bersyukur.
****
*Aa'= panggilan kakak dalam bahasa sundah untuk laki laki.
KAMU SEDANG MEMBACA
Bodo Amat!! (Selesai)
Teen FictionBodo Amat!! Itulah satu kata yang selalu terucap dari bibir merah muda asli Riani. Ya, gadis cantik dengan tingkah bar-bar itu dirinya. Dengan segudang cerita, dengan berlatar tempat di pedesaan. Inilah kisah Riani dan cintanya.